Jennie POV
Tidak ada yang bisa menerka nasib seseorang kedepannya. Aku selalu berpikir jika orang lain perlu untuk jatuh hati padaku. Pesonaku, parasku, dan tahtaku. Siapa yang tidak akan terpikat apalagi tergoda karena segala apa yang aku miliki?Lisa. Seumur hidup aku belum pernah menemui manusia sejenis wanita itu. Dunia terasa begitu sempit mampu mempertemukan kami dengan begitu mudah. Lisa dengan segala kemisteriusannya yang mampu membuatku bimbang tak berpendirian.
Dia sangat mudah menerka nasib seseorang. Aku sadar jika salah fatal menyebutnya pengecut apalagi berpikir jika dia tidak akan mampu melakukan hal-hal diluar dugaanku.
"Ah.. ah.. ah.. Lisa.."
Aku mengetahui dengan jelas bagaimana rasanya seorang wanita menyetubuhiku dengan begitu arogan menyatakan jika hanya dirinyalah yang berhak melakukan semua itu.
Dibalik peluh keringatku yang terus menetes aku mendesah dengan begitu kuat. Lisa begitu gagah tak ingin menghentikan aktivitasnya meruda paksa tubuhku dengan penuh rasa percaya diri.
Tidak! Dia bukan Lisa. Sungguh, bukan Lisa-ku. Aku tak menemukan kelembutan hati apalagi kelemahan wanita itu dibalik setiap pergerakannya. Dia menyerbuku dengan sangat egois menegaskan jika aku hanya miliknya dan hanya dialah yang berhak menaruh perasaan cintanya padaku.
Bagaimana denganku? Aku bahkan tidak tahu bagaimana cara membalas perasaan seseorang. Kukira seks hanya sekedar seks tanpa perlu adanya keterikatan satu sama lain. Bukankah seks juga mengartikan sebuah perasaan untuk saling memiliki? Itu sudah cukup bukan? Jadi apa gunanya cinta?
Drrrt drrrt
Aku kira suara dering telepon diatas ranjang mampu menghentikan tindakan Lisa. Namun aku yang sudah tak berdaya hanya bisa menjatuhkan kepala diatas pundaknya dengan tubuh kami yang masih menyatu kini saling berhadapan.
Aku mendekap leher Lisa kuat-kuat untuk menjaga keseimbangan tubuhku dan Lisa semakin membawa kedua jarinya masuk ke dalam vaginaku yang sudah terbelah dengan posisi satu kakiku naik ke atas ranjang mempermudah tindakannya. Saat Lisa melakukannya aku hanya bisa membuka mulutku lebar-lebar dengan menatapnya sayu tak ingin berkata-kata.
"Jangan bersuara,"
Entah bodoh atau gila. Jika Lisa ingin aku diam lantas kenapa dia semakin mendorong jari-jarinya keluar masuk kedalam lubang vaginaku semakin liar sembari menjawab panggilan dia dekatkan ponselnya pada telinganya.
"Tumben sekali kau meneleponku?"
Lisa menyapa seseorang dibalik telepon tanpa adanya keraguan atau bahkan kekhawatiran melihat keadaanku yang masih ingin mendesah tatkala dia semakin menusukku jauh kedalam tubuhku.
"Ah—"
Desahanku terputus ketika dengan cepat Lisa membungkam mulutku dengan telapak tangannya. Dia mengapit ponselnya diantara pundak dan telinganya sembari berbicara dibalik telepon.
"Hmph—"
Sialan, demi tuhan dia suka sekali mempermainkanku. Aku tak mampu menahan lenguhanku tatkala semakin kuat Lisa membuat lubang vaginaku semakin melebar karenanya.
"Andwae, itu bukan suara apa-apa. Aku sedang menonton tv saja,"
Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan disana. Lisa mengunci tatapan kami dengan tersenyum sarkas saat aku hampir membuka mulut merasakan jemari Lisa yang keras dan brutal dibawah sana.
Dia sengaja melakukannya. Mungkin ingin melihat seberapa jauh aku bertahan didalam godaannya.
Dia menegaskanku untuk menuruti apa yang dia perintahkan padaku. Namun karena jemarinya memberontak menggodaku, aku tak sanggup lagi untuk tidak mendesah hingga pada akhirnya aku memutuskan menarik tangan untuk menutup mulutku sendiri dengan satu tangan lainnya menjambak rambut Lisa kuat-kuat agar dia segera menghentikan tindakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE JERK of HYPER
Fanfiction"Sebenarnya siapa yang hypersexual disini? Kau atau aku?" "Kita berdua." THE JERK of HYPER Can you control yourself? ⚠️18+ Area⚠️