Happy Reading!!
.
.
"jadi yang lolos Lita, sama Rene.. buat perlombaan finalnya akan diadakan langsung ditempatnya waktunya masih lumanyan lama sih. Kemungkinan habis kamping," ucap Bu Mai.
"Loh? Sekolah ngadain kamping bu?" tanya Rene.
Bu mai mengangguk, "iya, sekitar dua minggu lagi. Habis seleksi olimpiade."
Rene dan anggota klub lukis mengangguk, sementara Lita tenggelam dalam pikirannya lagi. Dia bertanya-tanya apakah kamping ini membutuhkan persetujuan dari walinya? Bibinya sudah tidak ada sekarang, jadi siapa yang jadi walinya? Orang itu? atau mungkin ayahnya? Lita mendengus pelan. Dia pernah melihat sang ayah saja tidak.
"...ta.."
"Lita.." panggilan itu menyadarkannya dari lamunannya.
"kamu nggak papa?" tanya Bu Mai.
Lita tampak bingung namun mengangguk. "kalo kamu sakit istirahat ya. Jangan dipaksain. Kata guru-guru lain juga kamu keliatan nggak sehat sama sering ngelamun." Ucap Bu Mai khawatir.
Lita tersenyum, "saya nggak papa kok bu. Cuma kecapean aja mungkin.." ucapnya meyakinkan.
Bu Mai tampak mengangguk. "ya udah. Karena udah sore kita tutup kegiatan klub hari ini.. kita sambung nanti.. sampai jumpa lagi.. dan hati-hati nanti pulangnya.. selamat sore."
"sore bu.."
.
Hari berlalu begitu cepat, Lita dengan cepat kembali menyesuaikan keadaannya. Ia kembali terbiasa dengan rutinitas monotonnya lagi. Berita tentang orang itu pun semakin jarang ditayangkan ditelevisi dan dia bersyukur karena hal itu.
Tapi, Lita masih sama. Walau jiwanya berbeda dia tetap Lita. Seperti pemilik tubuh aslinya, dia masih harus mengonsumsi obat tidur untuk bisa terlelap. Kecemasan yang ia alami juga tidak begitu membaik. Walaupun sekarang dirinya lebih bisa mengendalikan dirinya, mungkin karena dia sudah terbiasa?
Dan hal yang membuatnya merasa agak terganggu adalah si pentolan sekolah Arvin. Entah berapa kali sudah dia menangkap pemuda itu tengah menatap dirinya. Lita bertanya-tanya apa dia punya hutang yang belum dibayarkan? Atau ada sesuatu yang salah dengannya? apa dia berbuat salah pada Arvin? Memangnya apa yang sudah dia lakukan? Jaket milik pemuda itu juga sudah dia kembalikan harusnya permasalahan diantara mereka sudah selesai.
Lita mati-matian berusaha untuk bersikap seolah semuanya baik-baik saja. Dia berusaha untuk menyembunyikan rasa gelisahnya ketika terus ditatap seperti itu. Karena demi apa, tatapannya menakutkan. Suer deh. Lita berasa akan dihukum mati oleh tatapan itu.
Hari ini Bu Ayu mengumumkan tentang masalah kamping itu. Semuanya diberikan kertas persetujuan yang harus ditanda tangani oleh orang tua atau wali. Dan Lita sekarang bingung, memangnya dia punya wali?
"buu.. kalau orang tua sibuk semua gimana ttdnya?" tanya salah satu dari teman sekelasnya.
"boleh dittd oleh kakak atau keluarga kalian yang lain.." jawab Bu Ayu.
Elmira mengangkat tangan. "bu. Kalau ndak punya saudara, trus keluarga lain juga nggak ada. boleh minta ttd pembantu dirumah nggak bu?"
Bu ayu tampak menghela napas lelah. "bilang dan izin sama orang tua atau wali kalian masing-masing.. kalau perlu orang tua kalian suruh telpon ibu aja kalau nggak bisa ttd langsung.. udah ya.. ibu masih ada keperluan lain yang harus di selesaikan. Jangan lupa tugasnya dikumpul hari ini juga." ucap Bu Ayu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Figuran: Meaning Of Life (END)
Ficção AdolescenteNabil si gadis desa yang putus sekolah dan bekerja membantu kakek neneknya. Akibat suatu kejadian dia harus meregang nyawa dan terbangun di ruangan asing yang menurutnya sangat mewah. Lita, figuran yang hanya pernah disebutkan namanya dan namanya m...