Chapter 14 : Bertemu Ayah

6.4K 624 10
                                    

Happy Reading!!

.

.

Lita dinyatakan dalam kondisi koma. Arvin merasa jantungnya diremas. Dia tidak bisa. Gadis itu, cinta pertamanya. Orang yang mewarnai harinya dengan kesederhanaan dan ketidak pekaannya. Apapun yang dilakukan oleh gadis itu, semuanya begitu menarik untuknya. Keheningan yang terbangun diantara mereka juga sangatlah nyaman.

Semua sumber semangat dan juga kebahagiaannya kini tergolek lemah diatas brankar rumah sakit. Kulitnya pucat dan plester luka, perban menutupi beberapa bagian tubuhnya. Arvin tidak sanggup melihatnya. Tapi dia juga enggan meninggalkannya. Dia ingin menjadi yang pertama hadir kala gadis itu membuka matanya.

Tangannya menggenggam erat tangan mungil gadis itu. Benaknya terus memanjatkan doa untuk kesembuhan gadis itu.

Greekk~

Suara pintu digeser menarik perhatiannya dari gadis itu. Manik Arvin menatap bingung kehadiran pria paruh baya itu yang sudah ia kenal itu. Pria itu juga tampak terkejut dengan kehadirannya disana.

"siang om, kenapa om ada disini?" sapa Arvin.

Pria paruh baya itu tampak lelah. Ia melangkah kearah lita. Arvin masih mengamatinya, mencoba menerka-nerka apa hubungan ayah temannya dengan orang yang dia sukai itu.

Pria paruh baya itu mengulurkan tangannya, mengelus lembut pipi gadis itu sebelum menariknya kembali. "jangan menatap om gitu. Om cuma mau melihat langsung kondisi putri om." Ucapnya jujur.

Manik Arvin terbelalak. Demi apa? Ini adalah hal yang tidak disangka-sangka. "p-putri?"

"ceritanya panjang. Singkatnya dia putri kandung om, dengan ibu yang berbeda dengan Brian." Ujarnya lagi.

Berbagai spekulasi muncul dikepala jenius Arvin. Tak butuh waktu lama sebelum dia mengangguk paham dan tidak menanyakan lebih jauh. Arvin kembali menatap gadis itu. Kalau dilihat-lihat memang ada sedikit kemiripan antara Lita dengan Brian. Walau tidak begitu ketara.

Pria paruh baya itu tak lama disana. Ia membiarkan sahabat anaknya itu menjaganya. Arvin juga memilih untuk bungkam dan tidak memberi tahukan penemuannya itu pada siapapun. Karena menurut Arvin, dia tidak berhak mencampuri urusan keluarga orang lain.

.

Lita membuka matanya dua hari kemudian. Ia menatap bingung langit-langit kamarnya yang tampak berbeda. Ia mengerjab beberapa kali mencoba memproses apa yang terjadi. Kepalanya terasa nyeri. Tubuhnya juga terasa kaku. Tenggorokannya terasa kering seperti gurun sahara. Ia menolehkan kepalanya kesamping. Dan mendapati seorang pemuda yang biasa bersamanya saat disekolah.

"a..r..vin.." suaranya lirih dan terbata.

Mendengar suara itu Arvin bangkit dari posisinya dan langsung menatap Lita. "lo butuh sesuatu? ada yang sakit? gue panggilin dokter dulu ya?!"

"a-ir.."

Tanpa banyak tanya lagi, Arvin mengambilkan segelas air. Ia kemudian membantu gadis itu untuk duduk. Setelah itu ia memanggil dokter untuk memastikan keadaan gadis itu.

.

"syukurlah kondisinya sudah membaik, jika beberapa hari kemudian kondisinya tetap membaik maka bisa dipulangkan.."

"terima kasih dok."

Lita secara mental menghitung berapa banyak yang harus dia keluarkan untuk biaya rumah sakit. Belum lagi dia belum mengabari kak Terre. Apa dia akan dipecat? Oh tidak. Kalau dipecat dia harus nyari tempat kerja baru dong. Ugh.. itu sangat merepotkan.

Figuran: Meaning Of Life (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang