Sepuluh

1.5K 41 0
                                    

Assalamualaikum
Welcome back
Enjoy:)
________

Sudah tiga malam berturut-turut Nana melakukan shalat istikharah dan ia sudah yakin akan menuruti apa yang ayahnya mau, sepulang ayahnya dari kantor ia akan bicara mengenai keputusannya.

Sudah beberapa hari ini ia tak bertemu dengan sahabatnya jadi sekarang ia akan memutuskan untuk mengunjungi rumah sahabatnya sekalian membawa kukis buatannya. Ia membuat kukis coklat kesukaan sahabatnya.

Ia telah selesai bersiap dan mulai melangkahkan kaki meninggalkan kediamannya, ia berjalan sembari menunduk sampai tak sadar apa saja yang terjadi di sekitarnya. Ia mendengar suara langkah kaki mendekat, kemungkinan orang yang sedang jogging.

"Ehh..assalamualaikum dek, mau kemana nih pagi-pagi?" sepertinya gadis itu mengenal suara yang menyapanya. Ia mendongakkan wajahnya namun setelah tau siapa yang ada di hadapannya buru-buru saja ia menundukkan kembali wajahnya.

"Waalaikumussalam kak, emm..ini saya mau ke rumah mami."

"Ohh ke rumah mami ya, kalo gitu bareng aja kebetulan kakak mau pulang." gadis itu mengangguk saja dan mulai mengikuti langkah kaka dari sahabatnya itu.

"Emang kamu mau ngapain ke sana dek?" Tanya Rey, sebenarnya ia tak penasaran dengan apa yang ingin gadis dibelakangnya lakukan sesaat sampai di rumahnya, namun ia hanya mengusir keheningan yang ada ditengah mereka.

"Saya mau ketemu Alisa kak." sebenarnya sudah ia duga juga sih, pasti gadis itu ingin bertemu dengan adiknya. Beberapa hari yang lalu adiknya misuh-misuh tidak jelas karena sang sahabat tak kunjung membalas pesan darinya, ada-ada saja.

"Mmm...kakak tidak bekerja?" tanya gadis itu, pasalnya ia aneh melihat laki-laki itu ada saat pagi hari dan jogging dengan santainya.

"Iya dek, kakak di kasih libur sama kepala rumah sakit soalnya beberapa hari yang lalu kakak sibuk sampai pulang larut. Katanya libur untuk istirahat, besok juga kakak kerja lagi."
Gadis itu mengangguk, percakapan mereka selesai sesaat sampai di rumah yang mereka tuju.

.
.

'Assalamualaikum'
Salam mereka berbarengan membuat Rey sedikit tertawa, entahlah rasanya lucu sekaligus aneh.

'Waalaikumussalam'
Jawaban salam terdengar dari dalam rumah, beberapa detik berlalu pintu itu terbuka menampakkan gadis dengan taburan tepung di muka nya.

"Hahaha...astagfirullah dek kamu lagi ngapain, lagi dandan hmm." sang adik mendelik kesal karena tiba-tiba abangnya menertawakannya, memang apa yang salah dengannya. Melihat wajah yang kebingungan itu, Rey menyodorkan handphone nya berniat membuat sang adik berkaca. Maka itu semakin cemberut saja melihat banyak sekali tepung yang ada di pipinya.

"Bukan ih adek lagi bikin kue."

"Emang kamu bisa?" Tanya sang abang sembari sedikit menggoda adiknya

"Abang mh ihh...

"Udah jangan misuh-misuh mulu, nih tamunya gak mau diajak ke dalem apa." sang adik menengok kan kepalanya ke belakang sang abang

"ehh Na, kamu kemana aja, ayo masuk." gadis itu menarik sahabatnya ke dalam rumah, membawanya ke dapur karena sepertinya kue yang ia buat telah matang. Alis membuka oven dan mengambil kue buatannya dari dalam sana, sedangkan sang sahabat duduk di meja makan, melihat apa saja yang akan dilakukan Alis.

"Aku bikin kue ini tuh buat minta maaf sama kamu, niatnya siang ini aku mau nemuin kamu ke rumah bunda tapi keburu keduluan kamu nya kesini."

"Kamu minta maaf buat apa, kamu gak salah apa-apa ko Lis."

"Kamu sih gak bales pesan dari aku, ya aku kira kamu marah." gadis itu bercakap sembari menghias kue buatannya dengan lelehan coklat dan berbagai candy mini di atas kue itu.

"Wih enak nih." Reyhan berkata sembari mencolek lelehan coklat dan memakannya, hal itu membuat sang adik yang tengah menghias kue cemberut kesal.

"Abang ih, ini kan buat Nana kenapa dicolek?"

"Habisnya kayak enak banget sih." Rey hendak mencolek lagi lelehan coklat itu namun keburu digeplak oleh sang adik.

"Na kuenya jadi rusak, maaf ya"

"Iya gak papa, boleh gak kuenya aku potong sekarang?"

"Boleh dong, nih." Nana menyodorkan pisau khusus kue kepada sahabatnya, seperti acara ulang tahun saja pake potong kue segala. Nana mulai memotong kuenya. Ia memberikan potongan pertama kepada sang sahabat dan kedua untuk kakak dari sahabatnya itu, mereka memakan kue itu bersama.

"Aku juga bawa kukis kesukaan kamu." kata Nana sembari menyodorkan kotak berisi kue buatannya, sebelum Alis mengambil kue itu namun keduluan oleh abangnya.

"Kayaknya enak nih dek, kakak coba ya." Rey menyuapkan satu kukis ke dalam mulutnya tanpa menghiraukan adiknya yang protes karena kukis untuknya malah dimakan oleh sang abang.

"Emmm..enak dek, buatan kamu sendiri?" tanya Rey sembari mengunyah kukis yang ada di mulutnya. Nana hanya mengangguk saja, jika kedua orang yang ada di sana sadar, mungkin mereka akan melihat sedikit rona merah dari balik cadar yang Nana pakai.

"Ihh abang siniin kukis adek." Alis merebut kotak kukis dari abangnya dan menarik sahabatnya ke kamarnya, biasa dia ingin curhat-curhat. Mereka berdua mengobrol sampai sore menjelang, bahkan yang biasanya mereka membantu mami memasak tapi kali ini tidak. Hari ini mami masak ditemani oleh anak sulungnya yang tampan, sekalian belajar masak katanya. Setelah selesai ikut makan karena paksaan, Nana pulang ke rumahnya karena hari semakin senja.

Sesampainya di rumah ia bergegas membersihkan diri karena sebentar lagi waktu maghrib akan tiba.

.
.

Setelah melaksanakan shalat isya, Nana turun ke bawah hendak makan malam bersama walaupun sore tadi ia sudah makan namun ia merasa lapar kembali. Kedua orang tuanya sudah ada di sana tinggal menunggu Anis dan adiknya. Setelah kedua orang yang ditunggu datang mereka semua melaksanakan makan malam bersama.

"Ayah, kakak udah punya keputusan tentang tawaran ayah waktu itu." Nana membuka suara dari keheningan tadi.

"Apapun keputusan kamu, nerima atau tidak ayah pasti terima itu, jadi apa keputusan kamu kak?"

"Mmm...Bismillah kakak nerima tawaran ayah, kakak yakin pilihan ayah itu yang terbaik buat kakak." Nana berkata dengan mantapnya tanpa terbata sedikitpun.

"Alhamdulillah. Kakak serius?"
Terlihat sumringah rasa senang dari raut muka yang sang bunda tunjukkan.

"Bun, kakak serius sama keputusan kakak. Selain kakak yakin dengan ini, kakak juga mau turutin kemauan ayah sama bunda sebagai bukti dari bakti kakak ke kalian. Maaf kakak belum bisa bahagian kalian, cuma ini yang kakak bisa lakuin." ia menunduk dalam

"Alhamdulillah, Ayah seneng kakak bisa percaya dengan ayah, makasih ya kak. Ayah yakin dia bakal bahagiain kakak" sang anak mengangguk lemah, ia berharap kedepannya ia selalu dalam lingkungan baik dan selalu dalam perlindungan serta ridho nya ilahi.

________

TBC

Alhamdulillah selesai juga part membingungkan ini
Makasih udah nyempetin mampir🤗
Jan lupa vote!!
Jaga kesehatan dan ibadahnya semua!!

Jaa👋
Wassalamualaikum

Story of ReyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang