Biasanya, Chenle tidak terlalu suka mengamati. Tapi apa yang sekarang Tuhan persembahkan untuknya membuat mata itu susah berpaling. Chenle masih berdiri di tempatnya. Wendy pun masih berpaku diselimuti raut kebingungan. Semua ini terlalu tiba-tiba.
Pertama, rumah sakit mendadak banjir pasien kecelakaan. Kedua, salah satu dari mereka tahu-tahu memberontak sampai melukai 2 perawat. Ketiga, perawat-perawat itu lalu mulai aneh. Wendy melangkah mundur saat perawat yang ia tolong nampak diterjang kejang. Lehernya bergerak patah-patah. Ke kanan, ke kiri, kemudian menunduk. Bersamaan dengan itu, tubuhnya mengejang lebih hebat. Orang-orang mulai memekik.
Wendy menjauh. "Dokter! Tangani mereka!" Suaranya hampir meraung. Kesalnya dipadupadankan dengan ketakutan, menghasilkan luapan emosi yang ia tumpahkan sepenuhnya pada sang dokter yang lucunya malah terbengong-bengong.
Sosok yang semula dikagumi Chenle—dokter itu—menggeleng pelan. Mengobarkan tatapan tak percaya Wendy. Dia melotot.
"Gejala mereka bukan gejala biasa. Lebih baik panggil polisi."
Wendy baru ingin menyela. Dia teramat ingin membantah. Menyerang si dokter dengan pertanyaan semacam; berapa tahun kamu jadi dokter sampai nggak berani periksa mereka cuma karena gejalanya beda? Atau jangan-jangan kamu dapet gelar dokter karena nyogok? Wendy gatal ingin membentak sampai meruntuhkan harga diri sang dokter. Tapi begitu pekikan lantang mengudara, mulutnya bungkam.
Perawat yang tadinya ia tolong, yang tadi ia pegang erat lengannya, yang tadi ketakutan setengah mati, berbalik. Tatap matanya kosong seolah dia tidak menjumpai siapapun di sini.
"Hei, Nona. Anda baik-baik saja?" Wendy tergerak kecil untuk mendekat. Namun saat geraman kecil menyahuti pertanyaannya, dia urung untuk maju.
Untuk beberapa saat, keadaan sepenuhnya hening. Chenle di tempatnya, erat menggenggam ponsel. Nantinya dia yang akan mengambil peran untuk menghubungi pihak berwenang bila segalanya kian buruk.
"Dokter, dia masih sadar kan?" Wendy berbisik sembari melirik pada si dokter yang mulai melangkah mundur. Langkah kecil dan teramat pelan tapi tetap saja menciptakan jarak yang lumayan pada akhirnya.
Sang dokter belum sempat menjawab. Wendy lebih dulu menyaksikan kulit terang yang terawat itu tiba-tiba memucat. Urat-urat lehernya menyembul. Warnanya hijau. Wendy bisa melihatnya kelewat jelas. Kepalanya menunduk ke bawah. Luka gigitan di tangan si perawat nampak semakin parah. Darahnya menggelap sementara sebagian lainnya mulai mengering. Ada sesuatu yang kemudian membuat Wendy kembali mendongak. Suatu bunyi lirih yang ngilu. Kretek. Sesuatu baru saja retak. Dan Wendy membelalak.
Lehernya! Leher perawat itu patah! Kepalanya teleng ke samping ketika matanya berubah putih. Pupilnya menghilang entah kemana. Dia menggerung bagai mesin kendaraan yang usianya terlalu tua.
Wendy masih belum mengambil gerakan sekecil apapun. Dia melirik pada Chenle. Menelan salivanya kemudian bibirnya bergerak tanpa suara. Dia memberi interupsi atau malah perintah mutlak. Meminta Chenle untuk cepat pergi ke sekolah.
Tapi Chenle keras kepala.
Pada akhirnya, klimaksnya tiba seberapa lama pun waktu diulur. Perawat itu menghambur. Dia menyerang Wendy yang cepat berbalik. Kakinya mengambil langkah lebar. Jeritan mengudara lagi. Semuanya semakin kacau manakala perawat laki-laki, si korban gigitan kedua, ikut bangkit. Secepat cahaya, dia menerjang seorang wanita paruh baya yang lengah sebab tengah asyik-asyiknya menelepon.
Chenle nyaris memekik sebelum dia tersadar, bahwa sekedar untuk menjerit pun ia terlambat. Wendy menghilang. Dia benar-benar lenyap dari matanya. Dan Chenle sendirian! Dokter Lee jelas orang yang pertama untuk melarikan diri. Sosoknya tidak bisa dijangkau oleh mata. Mungkin dia berhasil keluar rumah sakit, melalaikan tanggung jawabnya atau bersembunyi di bawah meja seperti pengecut.

KAMU SEDANG MEMBACA
End of Us [discontinued]
FanfictionTepatkah bila semua kekacauan ini Mark simpulkan sebagai kiamat? Orang-orang kehilangan jati dirinya. Makhluk-makhluk mengerikan yang kehilangan lengan kanannya, pembuluh darah pecah meletup-letup, geramannya yang seakan musik pengiring kematian, at...