Bab 5: Arena ( Pt. 1)

677 91 2
                                    

Suasana distadion terdengar sangat riuh akan teriakan para penonton, bahkan sampai dapat memekakan telinga jika duduk diantara mereka. Suara mereka kerasnya minta ampun.

Mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga yang tua-tua, mereka berteriak antusias menonton pertandingan sword fight antara Porsche Kittasawasd dengan pangeran mahkota, Kinn Teerapanyakun. 

Keadaan stadion sudah dipenuhi oleh lautan manusia. Sangking penuhnya, Sudah pasti akan mustahil untuk mencari tempat duduk yang masih kosong.

Stadion tersebut sangat besar dan luas, dengan bentuk yang sama seperti Stadion Gelora Bung Karno. Stadion ini juga merupakan proyek besar dimasa itu.

"Ya, hadirin sekalian! Hari ini adalah hari yang dinanti-nantikan oleh seluruh wilayah kerajaan Korn, dimana kita akan menonton pertandingan sword fight antara sang pangeran mahkota, Kinn Annakin teerapanyakun, dan Porsche Kittasawasd!!" kata seorang MC pertandingan.

Setelah sang MC menyuarakan hal tersebut, suara para penonton semakin riuh dan keras dari yang sebelumnya. Mendengar mereka teriak seperti mendengar puluhan petasan jumbo yang meledak dilangit malam.

Bahkan Porsche saja sampai dapat mendengar mereka dari bawah.

Ia agak bingung mengapa para penonton sangat antusias akan pertandingan berdarah ini daripada pertandingan olympic atau balapan kuda, "Ada-ada saja mereka.." batinnya, "Lebih baik menonton pertandingan olahraga daripada berakhir trauma gara-gara menonton sword fight setelah ini..."

Pete berjalan cepat kearahnya dan duduk disampingnya, "Hey, Porsche. Apa kau yakin akan hal ini?" khawatirnya. Porsche menyeritkan dahi, "Yakin apa?"

"Porsche, dalam nama sang pencipta. Kau akan mati disana jika kau lengah!! Apa kau yakin bahwa kau akan selamat?!" Porsche terdiam, namun apa dayanya ia untuk lari dari tanggung jawab, "Ya, mau gimana lagi?.." tanyanya kepada Pete tanpa harapan, "Ya kali aku bundir... Aku tidak bisa lari, Pete. Dan lagipula ini adalah tindakan yang benar menurutku.

Jika Sang mahakuasa berkata bahwa aku harus meninggalkan dunia ini dengan cara yang seperti itu, ya aku harus legowo. "

Pete terdiam, menatapnya dengan mata yang agak berair. "Porsche, berjanjilah kepadaku bahwa kau akan keluar dari stadion dengan keadaan baik-baik saja.." ia memegang erat tangan Porsche.

Porsche mengetahui akan perasaan Pete, membuat matanya berair juga.

Namun ia berusaha untuk menyembunyikannya dengan senyuman," Berdoa sajalah, Pete.. "

Tapi tiba-tiba sang MC lanjut bersuara. Porsche yakin bahwa ini adalah giliran sang Pangeran.

Ia dan Pete berlari menuju ke gerbang dan bersembunyi dibalik tembok untuk melihat sosoknya lebih jelas. "Mari kita bersama-sama menyambut sang Pangeran Mahkota, Kinn Teerapanyakun!!" sorak sang Mc. Para penonton kembali bersorak keras lagi.

Setelah itu, sang pangeran berjalan keluar melalui terowongan dengan bayangan yang menyelimutinya.

Namun bayangan tersebut mulai melepaskannya karena sinar matahari, membuat muka dan ototnya semakin nampak.

Pedang yang ia pakai juga ikut bersinar, seakan pedang tersebut membawa kehormatan atas nama keluarganya.

Aura ketampanannya dibawah sinar matahari membuat para penonton berteriak kagum, termasuk Porsche. Tapi ia hanya melongo, "Tampan sekali ia..." batinnya. "Bahkan sang mentari mendukungya.." bagaikan sebuah hipnotis, ketampanan Kinn membuat Porsche jatuh ke jurang. Membuatnya tidak bisa kembali keatas lagi dengan cara apapun.

Ia telah terjebak dalam perasaan yang belum ia rasakan selama ia hidup didunia ini.

Oleh karena itu, ia tidak bisa lagi mendengar Pete yang memanggilnya berkali-kali daritadi, hingga akhirnya ia kembali sadar dengan tepukan dibahunya.

Porsche terkejut ketika mengetahui akan hal itu, dan berusaha untuk menyembunyikan kelakuannya tadi, "Oh, A-anu Pete. Ada apa?" tanya Pete stay on classy. "Ish, kamu ini! Daritadi kupanggil malah bengong saja.."

Porsche terkekeh dengan perasaan malu, "Sialan, aib gw terbongkar.." batinnya. "I-iya maaf deh.." katanya, "Emang ada apaan?"

"Kau sudah siap?.." Porsche terdiam sesaat. Ia sebenarnya belum terlalu siap, namun mau gimana lagi. "Aku belum siap, tapi mau gimana lagi?.."
Pete menghela nafas, "Sudahlah, berdoa saja.. Aku hanya berharap kau maish hidup setelah ini" Porsche mengganguk.

Setelah itu, sang MC memanggil Porsche, "Dan mari kita sambut lawan pemainnya, Porsche Kittasawasd!!" para penonton kembali bersorak sorai.

Porsche berjalan keluar melalui terowongan gelap dengan bayangan yang menyelimutinya.

Kemudian, ia sampai diluar dengan simar matahari yang menyorotinya. Para penonton tertuju kepada mereka semua.

Hati Porsche berdegum kencang sekarang karena ia merasa khawatir. Ia berusaha untuk menenangkan dirinya dengan melepaskan nafasnya, "Ayolah, Porsche. Kau pasti bisa.." batinnya, berusaha untuk menyemangati diri.

Sang Mc memulai pertandingan. Penonton semakin bersorak sorai, membuat Prosche hampir kehilangan fokusnya.

Mereka memutari satu sama lain, bagaikan kedua singa jantan yang akan berkelahi.

Jantung Porsche berdegup kencang. Rasanya sedang bercampur aduk sekarang. Ketakutan, kekhawatiran, dan rasa gugup menyatu dalam pikirannya.

Porsche sudah bisa membaca bahwa sang Pangeran mempunyai skill yang lebih memumpuni daripadanya. Keberuntungannya agak minim.

Dibalik gerbang, Pete yang melihat raut wajah Porsche langsung ikut mengalami hal yang sama sepertinya, "Gawat nih..." batin Pete

Bagi Kinn, ia santai saja. Seolah tahu bahwa ia pasti akan menang. Lagipula ia juga kurang percaya bahwa Porsche akan menaklukannya, namun keberanian Porsche sangat tinggi. Membuat Kinn agak kagum dengannya.

"Hei.." panggil Kinn kepadanya. "Apa kau percaya akan takdir?" Porsche terdiam. Ia berpikir

Namun setelah itu pikirannya semakin kacau karena Porsche semakin khawatir setelah Kinn bertanya seperti itu.

Tapi matanya masih tertuju dengan Kinn, berusaha untuk fokus, "Aku tidak tahu.." Porsche mulai legowo akan keadaan apapun yang akan meninmpa dirinya. Ia sudah menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan, tapi ia mau berusaha untuk hidup.

"Jika kau tidak tahu, maka bersiaplah kalau begitu." Setelah itu Kinn menghunuskan pedangnya kepadanya.

Porsche menutup mata dengan cepat, dan semuanya berubah menjadi gelap

Carry your Throne (KINNPORSCHE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang