Penerimaan Raport

856 55 3
                                    

***

✶⊶⊷⊶❍ 𝐌𝐄𝐒𝐈𝐍 𝐖𝐀𝐊𝐓𝐔 ❍⊶⊶⊷✶

***

Waktu berlalu begitu cepat, Eril yang dulu selalu dibilang cengeng oleh beberapa orang kini sudah tumbuh menjadi pria remaja.

Setapak demi setapak Ray dan Eril lewati, menyusuri lapangan sekolah yang kini ramai dengan wali murid. Ray berjalan berdampingan sembari melihat setiap sudut sekolah,

"Kelas kamu dimana?"

"Itu bang, eril tunggu dikantin aja ya" balasnya

Ray hanya mengangguk dan melihat si bungsu berjalan meninggalkannya. Satu persatu murid dipanggil dan diberikan nasihat, sampai tiba waktunya.

"Reandra Demeril"

Nama si bungsu akhirnya dipanggil, Ray maju dan duduk berhadapan dengan wanita paruh baya.

"Siang mas"

Ray hanya mengangguk, sembari melemparkan senyuman. Ia menjelaskan bagaimana perkembangan yang terjadi dengan eril selama 1 tahun ini.

Sedangkan Eril, kini duduk dengan segelas es nutrisari jeruk peras, ditemani dengan kedua temannya yang sedang menikmati bakso.

"Abang lo lagi ril?" Tanya Hao

"Iya siapa lagi? Orang yang gue punya cuman Abang"

Reyhan yang sadar akan pertanyaan konyol Hao pun lantas memukulnya, tidak banyak pembicaraan, mereka duduk disana selama lebih kurang sejam, sampai akhirnya Ray menghampirinya. Inilah yang selalu membuat eril bingung, jika yang mengambil raportnya adalah Ray pasti abangnya ini tidak pernah mengomelinya apapun, bahkan apa pesan yang disampaikan dari gurunya saja tidak pernah dia bilang.

"Gimana bang? Nilainya ancur ya?"

"Gak, oh iya. Kamu masih mau disini apa pulang?"

"Eril mau ke Menteng bang boleh?"

"Iyaudah, kalau gitu Abang pulang duluan ya. Kalian hati-hati"

Ray melemparkan senyuman sembari menepuk bahu teman dan adik bungsunya. Berjalan kearah parkiran motor, dan memasukkan rapor kedalam baju nya.

Mengendarai motornya dengan kecepatan sedang, Ray tampak menikmati jalanan Jakarta yang terpantau cukup ramai. Ntahlah, apa yang dia pikirkan saat ini.

Belum sempat membuka helm, Ray melihat mobil milik Reza masuk kearea parkiran rumahnya, ya inilah waktu yang akan menjadi perbincangan cukup lama antara dirinya dan Reza.

"Kok udah balik? Emang gak ada pasien?"

"Weekend bro, dokter butuh istirahat juga kali. Eh iya mana raportnya si eril gue mau liat"

Ray memberikan rapor adiknya ke Reza, lantas dirinya masuk kedalam rumah meninggalkan reza. Disisi lain, Reza dengan jas dan tas ditangannya memilih duduk diteras rumah sembari melihat satu persatu nilai sang adik.

"Ini beneran adik gue? Sejak kapan dia pinter matematika? Ini juga bahasa Inggris bisa dapet 95. Wah gak beres nih!"

"Raaayyyy!!!" Teriaknya sambil masuk kedalam rumah

Ray yang baru saja menuang segelas air es hanya menoleh ke sumber suara,

"Dia juara 3 dari rangking 23"

Mesin WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang