Musik klasik itu berputar memenuhi ruangan yang berdominan warna cokelat tua.
Musik itu mengalun lembut, menemani pria yang terduduk di ruang baca itu.
Meskipun dia sedang membuka buku di depannya, tapi pikirannya tidak benar-benar ada di sana, pikirannya melayang entah ke mana.
Lalu dia dikejutkan dengan dering handphone nya.
Dia melihat sekilas dan tersenyum lalu mengangkatnya"Bonjour, Monsieur Jeno" ucapnya penuh senyum
***
Jalanan Paris sedang sedikit ramai kala itu, tetapi tidak mengurungkan niat Jaehyun untuk jalan pergi ke cafe di dekat apartement nya. Iya, Jeno menelpon dia dan mengajak bertemu di cafe itu."Jeno memang paling tau cara membuatku kesal" Batinnya.
Dia membuka pintu cafe itu dan matanya menelisik ke dalam mencari sesosok orang yang menelpon nya 20 menit yang lalu. Setelah dia menemukan pria berambut hitam itu, Jaehyun segera menghampirinya. "Udah lama kau?" ujar jaehyun sambil menarik kursi di depan pria itu, Lee Jeno.
Pria yang ditanya hanya tersenyum lebar, menunjukkan barisan gigi putihnya yang rapi itu lalu menimpali dengan pertanyaan lain tanpa menjawab Jae terlebih dahulu,
"Pagi pagi sudah terlihat murung saja kau Jae, ada masalah apa Monsieur Jung?" Yang ditanya hanya menatapnya datar, "Masalah itu adalah kau Tuan Muda Jeno" Ucap Jae dengan sedikit tawa yang tertahan.
Lalu dia mengalihkan perhatiannya dan menanyakan apa Jeno sudah pesan.
"Kau sudah pesan?"
"Tentu saja belum, aku menunggumu"
Jae yang mendengar ucapan Jeno memutar bola matanya jengah. Lalu tertawa.
"Kau kemarin ke mana, Jae? Aku datang ke apartement mu tapi resepsionis bilang kau belum check-in?" Tanya Jeno penuh selidik
Yang ditanya tidak langsung menjawab melainkan dia memanggil pelayan untuk mencatat pesanannya.
"Iya, kemarin aku mampir ke librairie yang tidak jauh dari bandara. Melepaskan penat." Ucap pria tampan itu.
"Kau memang tidak pernah berubah Jae, selalu saja." Dengus Jeno.
Seketika pelayan datang, mereka menyebutkan pesanan mereka masing-masing, tidak butuh waktu lama karena mereka sudah tau apa yang akan mereka pesan. Itu adalah cafe langganan mereka sejak beberapa tahun lalu.
Jae menatap Jeno yang sedang menatapnya balik "jadi kenapa kau menelponku?" Tanya pria itu lagi, karena pertanyaannya tadi tidak mendapat jawaban dari sang empunya.
"Aku merindukanmu" Ucap Jeno dengan nada jenaka.
Jaehyun berdecak mendengar jawaban dia
"kau jangan gila Lee Jeno, aku masih normal. Carilah pria lain, sudah gila kau rupanya."
Mereka tertawa mendengar ucapan Jae itu, begitulah mereka tetap tidak pernah akur meskipun lama tidak bertemu.
"Aku serius, Jen. Ada apa? Feeling ku mengatakan hal buruk jika kau menelponku seperti ini."
"Wow wow wow kalem bro" santai Jeno, "harusnya aku yang bertanya seperti itu, kenapa kau kembali ke Paris? Bukankah sebelum kepergianmu 2 tahun lalu kau mengatakan tidak akan menginjakkan kakimu lagi di sini?" Raut wajah Jeno berubah serius.
Jaehyun terdiam, kali ini Jeno benar, dan ini yang dia takutkan. Jeno pasti akan bertanya tepat sasaran seperti ini.
Tentu saja Jeno akan sangat peka, dia sahabatnya sejak mereka berada di sekolah dasar di Korea. Pasti Jeno merasakan sesuatu akan kedatangannya kembali ke Paris.
"Aku ingin move on..." renung Jaehyun. "Aku hanya ingin berdamai dengan diriku sendiri, Jen. Mungkin jika aku kembali ke sini aku bisa melawan rasa takut dan trauma akan itu. Lagipula, ternyata pindah ke Korea tidak bisa membuatnya lupa, malah semakin menjadi-jadi." Ucap Jaehyun menerawang. Jeno menatap sendu temannya itu.
"Aku tidak ingin terlalu berlarut larut dalam kesedihan ini. Mama dan ayah juga sedih ikut merasakan apa yang aku alami ini, aku juga tidak ingin membebani mereka lebih banyak lagi. Makanya aku memutuskan untuk kembali ke Paris.
Awalnya mereka tidak setuju dan menolak keras keinginanku karena tentu mereka khawatir, tapi mau tak mau mereka tetap mengalah dan menuruti kemauanku ini." Jaehyun tersenyum getir.Jeno memandang nya dengan pandangan kasihan pada sahabatnya itu, dia tau seberat apa beban yang dibawa di bahu sahabatnya itu.
"Meskipun aku menangis, mengurung diriku dan menyiksa diriku, itu lantas tidak membuatku merasa lebih baik. Mungkin jika dia melihat ku seperti ini dia akan marah-marah, seperti yang dia lakukan ketika aku melakukan hal-hal bodoh. Anehnya lagi dia terlihat lebih cantik saat marah" ucap Jae tersenyum miris.
Dia benar benar sangat tersiksa selama ini. Tidak tau harus melakukan apa untuk melupakan gadis yang dia cintai selama 5 tahun itu. Kepergiannya yang tiba-tiba tanpa adanya perpisahan meninggalkan luka yang amat dalam di dalam diri Jaehyun.
"Aku menyesal tidak menghabiskan waktu yang lama bersamamu."
Setelah mengucapkan itu, mereka berdua terdiam. Sibuk berkecamuk dengan pikiran mereka masing-masing. Setelah beberapa saat keheningan menyelimuti mereka, tiba-tiba saja suasana itu dipecahkan oleh suara denting pintu cafe yang berbunyi...
Ting...
Otomatis mereka berdua menoleh ke arah pintu masuk itu.
Dan tepat saat Jae menoleh manik matanya menangkap seorang gadis, gadis itu, gadis yang menarik perhatiannya kemarin di Librairie. Gadis cantik berambut blonde yang sedikit membuatnya penasaran dan merasakan perasaan yang aneh...
.
.
.
.
."Kenapa dunia sangat sempit" ucap pria itu dalam hati.
----------------------------------------------------------------------------
To be Continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
Autumn and You
RomanceSedingin apapun musim gugur, tidak akan pernah mengalahkan hangatnya dirimu, ya kamu, kamu yang membuatku jatuh cinta, sedalam palung di lautan, dan seluas apapun samudera Namun selama apapun kamu mengenalnya, perpisahan akan selalu ada di sana. In...