Bunga cantik

325 44 14
                                    

Soobin perlu mengubah caranya memandang Yeonjun, sebelum hal yang tidak ia ingin terjadi. Bukan penuh salahnya juga, meski Soobin tahu perasaannya bukan sebuah hal yang dapat dibenarkan.

Ia mencintai Yeonjun, sahabatnya sendiri. Dan mengapa ia tahu hal ini tidak bisa dibenarkan, adalah karena jelas, bagi siapa pun orang yang ia temui, mencintai sesama jenis adalah hal yang terlarang. Begitu juga bagi Yeonjun. Meski ia tidak mengungkapkannya secara gamblang, Yeonjun jelas tidak akan memiliki perasaan yang sama sepeti Soobin. Ia mencintai lawan jenisnya, tidak perlu dikatakan lagi jika harus melihat fakta, bahwa sudah beberapa bulan ini, Yeonjun menjalin hubungan istimewa dengan Heo Yunjin.

Soobin mendesah. Terkadang ia tidak habis pikir bagaimana tiba-tiba saja perasaan sayangnya sebagai sahabat berkembang liar dari seharusnya. Mungkin jika perasaannya tidak menyelinap tanpa sepengetahuannya, ia bisa menghentikan akar liar perasaan sukanya pada Yeonjun sebelum terlambat. Sayang sekali, Soobin menyadari ketika akar itu telah bertumbuh menjadi pohon dengan akar kuat menancap pada hatinya.

Ia juga tidak bisa berkata tidak untuk menjauh atau menghindar dari Yeonjun. Mereka sudah terlalu dekat untuk Soobin membuat jarak.

Terlambat.

Jadi Soobin mau tidak mau dipaksa menyaksikan Yeonjun yang jatuh cinta pada wanita, pada orang lain selain dirinya.

Soobin tidak pernah cemburu. Ia tahu diri. Bahwa meski Yeonjun mengetahui perasaannya pun, tidak berarti ia akan memilikinya juga. Yeonjun menyayangi Soobin, layaknya seorang sahabat. Dengan itu saja Soobin merasa cukup, meski imbasnya, ia harus memendam perasaan, tanpa pernah Yeonjun tahu.

“Sebentar lagi hujan. Menunggu di halte pasti akan sangat membosankan. Dingin juga. Sini, kuantar.” Yeonjun menawarkan, tutur katanya lembut. Soobin ingin mencium bibir itu, yang terlihat seperti mawar merekah di matanya.

Yeonjun menarik pelan pergelangan Soobin, membawanya masuk ke mobil, sambil sekali menyempatkan waktu, menengadah, melihat seberapa mendung langit sore ini. Keduanya baru pulang dari tempat kerja masing-masing, sedikit menghabiskan waktu menikmati semangkuk sup, sebelum angka tujuh muncul di jam milik Soobin.

“Kau bilang, Beomgyu sudah mendapat pekerjaan baru?” Yeonjun memulai obrolan sambil kedua tangan masih bergelut dengan seatbelt-nya.

“Iya. Tempat kerjanya lebih dekat sekarang. Beomgyu mengeluh soal banyak hal dengan tempat kerjanya yang dulu. Beruntung, teman kuliahnya membantu ia menemukan pekerjaan lagi.”

Terakhir mereka bergosip di telepon, suara Beomgyu sudah lebih cerah ceria dibandingkan sebelumnya.

Soobin sengaja, menjabarkan hal yang mungkin juga tidak ingin Yeonjun tahu. Ia hanya suka, ketika dirinya melewatkan waktu, mengobrol dengan Yeonjun.

“Kenapa kau tidak mengajaknya bekerja bersamamu? Pasti akan lebih menyenangkan begitu, kan? Aku juga tidak akan terlalu khawatir jika suatu saat nanti aku tidak bisa menjemputmu. Setidaknya kau tidak terlalu sendiri.”

Yeonjun mulai berkemudi, meneliti keadaan sekitar, melewatkan Soobin yang tengah tersenyum kecil mendengar penuturan barusan.

“Sejauh ini hanya Beomgyu yang bisa kupercaya untuk dapat menjagamu dengan baik. Jika dia ada, aku pasti akan lebih lega. Kita juga bisa pulang bertiga.” Yeonjun menjelaskan rencana dalam kepalanya, skenario terbaik agar ia yakin bahwa Soobin dan Beomgyu bisa saling jaga.

Dan kedua temannya itu akan baik-baik saja bila bersama.

“Sudah kulakukan. Dia bilang tidak tertarik dengan kantor tempatku bekerja. Selain desain interiornya yang monoton, ia juga mengeluh saat kukatakan perlu lima belas menit untuk sampai ke sebuah restoran.” Soobin mendesah. Sedikit kesal ketika Beomgyu menjabarkan alasan penolakannya. Tapi setidaknya pemuda itu jujur dan langsung menolak.

Au Revoir • yeonbin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang