Bab 39 - Si Paling DIJEMPUT AYANG

644 201 43
                                    

Cieee.. Ayang gak tuh

Ayang udah sampe nih neng

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ayang udah sampe nih neng....


----------------------------------------

Sebanyak masalah apapun dalam hidupku, hati dan pikiranku tidak akan pernah absen memikirkanmu.

Kurang dari jam 5 sore, Dante sudah sengaja datang di daerah Kawasan di mana perusahaan Go'Kil berada. Dengan kondisi tidak boleh memarkirkan kendaraan terlalu lama di pinggir jalan, Dante sengaja mengemudikan motornya melewati gedung Go'Kil, lalu kemudian memilih berhenti di bawah jembatan penyebrangan yang biasa digunakan pejalan kaki untuk dapat menyebrang ke dalam mall besar.

Setelah mematikan mesin motornya, Dante sengaja turun dari kendaraan, melihat-lihat situasi ke arah gedung Go'Kil sembari bersidekap. Tidak terlihat sedikitpun tanda-tanda pulangnya karyawan. Sambil melirik arloji di tangan kirinya, Dante disadarkan oleh para penjual minuman keliling yang sibuk membicarakan bahan-bahan pokok yang harganya tengah melambung tinggi seperti harapan ketika orang yang tengah jatuh cinta. Karena tidak begitu ingin terlihat bila ia sedang menunggu seseorang keluar dari gedung Go'Kil, Dante ikut bergabung bersama para penjual minuman tersebut. Sengaja memesan minuman kopi hitam, tanpa gula, seperti minuman para tetua zaman dulu, Dante menurunkan sedikit masker wajahnya untuk menikmati minuman tersebut.

"Jemput ya, Mas?"

"Ah?"

"Masnya jemput pacar atau jemput istri?"

Merasakan pahit dan panas Bersatu dalam mulutnya, Dante kesulitan menelan semua itu setelah ditanya sedang menjemput siapa dia di sini?

Pacar? Istri? Keduanya jelas bukan termasuk pilihan yang bisa ia pilih. Tapi anehnya tenggorokan Dante ingin menyebut salah satu di antara dua pilihan itu.

"Paling istrinya, Mas nya sudah berumur. Enggak baik lama-lama pacarin anak gadis orang."

"Hm, begitu kah, Pak?"

"Loh ... iya. Bener deh, Mas. Dulu, waktu saya masih muda, saya kayak masnya ini, mana pernah mikirin wah harus dinikahin buru-buru nih pacar saya. Enggak. Saya enggak pernah mikir itu. Yang penting saya senang, dia senang, dan saya balikin dia dalam keadaan utuh ke rumahnya setiap hari. Tanpa ada yang dititipkan dalam perutnya," ucapnya diselingi dengan tawa renyah, seakan-akan kalimat panjang yang baru saja dia ucapkan kepada Dante ada sisi lucunya hingga semua orang bisa merasakan efek yang sama.

Padahal reaksi Dante tidak ada sedikitpun ingin tertawa. Kedua alisnya menyatu, menatap tajam ke arah pedagang itu.

"Terus maksud Bapaknya, jangan lama-lama pacarin anak gadis orang, apa?" Dante mempertegas apa yang tidak dia pahami dari penjelasan panjang yang sudah diucapkan oleh pedagang itu, namun tidak ada hubungannya sedikitpun.

Masih terus tertawa, dia menawarkan beberapa jenis rokok yang dijual ketengan demi menjadi teman kopi Dante disore hari ini.

"Enggak, Pak. Saya enggak ngerokok ... itu," tolaknya halus.

SPOSAMI! DANTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang