Pagi menjelang siang, Jennie baru saja kembali dari luar untuk urusan pekerjaan, berdiri di depan lift dengan beberapa pegawai lainnya. Pintu lift terbuka, kedua mata kucing Jennie bertemu dengan kedua mata teduh Jisoo. Dengan tersenyum dan membungkukkan badan, Jennie masuk ke dalam lift. Begitu juga dengan beberapa pegawai lain tadi. Jennie dan pegawai lain berdiri di samping Li, lebih tepatnya mereka semua berdiri di belakang Jisoo.
Ketika hanya tinggal bertiga, Li membuka suara. "Kau eommanya Ningning kan?"
Mendengar ucapan lelaki jangkung di samping, Jennie menoleh lalu tersenyum mengangguk.
"Gadis kecil itu lucu sekali. Ah, benar-benar menggemaskan." Ucap Li riang.
Jennie sempat menoleh sekilas punggung Jisoo, mendengar suara Li yang cukup bersemangat. Apa asisten Jisoo ini tidak segan dengan atasannya yang berdiri di depan saat ini, pikirnya.
"Apa Ningning ada di sini?" Tanya Li
"Dia masih di sekolah sekarang"
"Oh, iya ya. Apa sepulang sekolah Ningning ke sini?"
"Tidak, hari ini ibuku yang akan menjemputnya"
"Apa besok Ningning ke sini?"
"Tidak, besok ay..." Ucapan Jennie terhenti, melirik sekilas ke arah Jisoo. "...sudah ada yang menjemput"
"Apa lusa Ningning ke sini?"
"Tidak, lusa sudah ada yang menjemput. Walau tidak ada, orangtuaku yang akan menjemput Ningning di sekolah. Kemarin itu kebetulan kedua orangtuaku ada urusan. Jadi tidak ada pilihan lain selain membawanya ke sini"
"Ap..."
"Ekhem!!"
Suara terdengar dari mulut Jisoo, membuat 2 orang di belakang harus menutup mulutnya.
Saat pintu lift terbuka, Jisoo segera berjalan diikuti oleh Li dari belakang. Lelaki jangkung membungkukkan sedikit badan ke Jennie sebelum berjalan keluar lift.
Jennie juga langsung keluar dari lift ke arah yang berbeda dengan arah Jisoo pergi. Sejenak wanita bermata kucing menatap lekat Jisoo yang mulai menjauh. Ketika akan berjalan menuju ruang, Jennie melihat Irene berjalan dengan tampang kesal dan datarnya.
"Jisoo!!"
Suara keras Irene memanggil namanya, Jisoo menghentikan langkah. Menoleh ke Irene yang berjalan mendekat, seketika perasaan direktur personalia itu tidak enak.
Plakk
Dan benar saja, satu tamparan kuat itu mengeluarkan bunyi nyaring, sehingga beberapa orang berada di sekitar sana mengalihkan atensi mereka ke sumber suara. Begitu juga dengan Jennie, wanita itu menutup mulut dengan kedua tangan melihat kejadian di depan mata.
"Kau benar-benar brengsek, Jisoo! Kau membohongiku! Kau itu munafik yang tidak tahu diri. Baji..."
Jisoo pergi begitu dari hadapan Irene, sebelum kakaknya itu selesai berbicara.
"Yak!! Kau mau kemana?" Teriak Irene sambil berjalan cepat mengejar Jisoo. Wajah wanita dingin itu memerah karena menahan amarah. Kali ini sedikit berlari mengejar adik tirinya. "Aku belum selesai berbicara denganmu, brengsek!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Songs From The Heart (Jensoo)
FanficCeritanya ya... berdasarkan sebuah lagu Lagunya ya... suka-suka saya Sayanya ya... suka jensoo Jensoonya ya... udah cere 😔