•꧁>26<꧂•

49 18 0
                                    

.

.

.

.

"Aku harap kebahagian terus menyertaimu Kakak Ipar...!" Gumam dirinya , ia melebarkan senyumannya hingga gigi-gigi putih terlihat jelas, wajah nya berlipat lipat ganda manisnya. Mungkin siapa pun yang akan melihatnya akan melayang, seperti raga keluar dari dalam tubuh.

.

.

.

.

.

.

.

.

•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
MENGAPA JADI BEGINI....!
•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

.

.

.

.

.

.

꧁ Siang berganti malam , nampak dari dalam rumah minimalis ada seseorang sedang memilih milih kemeja yang akan dikenakan ke Pesta penyambutan murid Baru, yang akan di gelar di Kampusnya malam ini, Pemuda itu sangat sibuk hingga tak menanggapi racauan dan keberatan Kakak tirinya, Kakak tirinya terus mengeluh karena Adik tirinya tidak mau dengannya yang jelas-jelas anggota keluarganya , justru malah mengajak Suaminya, ini sangat menyebalkan baginya, bisa bisanya Adiknya begitu tega padanya, dalam hati ia memendam amarah yang luar biasa. Dia semakin membenci Suaminya.

"Kawaki...! Jangan mengabaikanku , walau bagaimanapun aku Kakakmu...!" Eida berteriak, dia menarik sedikit kasar pundak Kawaki yang sedari tadi berkutat dengan pakain-pakaian yang akan dikenakannya, sedikit kesal Kawaki menaruh kasar Pakaian yang akan dikenakannya di atas ranjang nya , ia memijit-mijit kepalanya yang sedikit pusing lalu berbalik menatap Kakak tirinya, menghela nafas dalam-dalam, ia pun berucap....!

"Aku tidak bermaksud begitu Kak...! Pihak Sekolah yang menyuruh Siswa/Siswi mengajak Saudara atau kerabat dekat harus Laki-laki, kebetulan karena aku tidak punya Saudara Laki-laki , maka dari itu aku meminta ke Kakak Ipar untuk menjadi perwakilanku, sebenarnya aku ingin mengajak Ayah, namun aku tidak ingin mengganggu Ayah atau merepotkannya, kau tahu kan Kak..! Jarak diantara rumah kita dengan rumah Kakak Ipar sangatlah jauh, butuh 2 atau 3 hari sampai kesini. Apa Kakak nggak kasian sama Ayah..!'' Ucap Kawaki mencoba memberi pengertian Kakaknya dengan hal logis , walau sebenarnya bukan itulah alasannya tidak mengajak Kakaknya, ia tahu, dia sudah membohongi Kakaknya, ia ingin move on dari Kakaknya, jika dia terus bersama Kakak tirinya, ia takut bila perasaannya akan kembali muncul, dan akan mengacaukan semuanya, ditambah Kakaknya sekarang sudah berstatus Istri Orang, jadi pantaskah dia mengharapkan nya hanya untuk ke egoisannya sendiri, ia sudah lebih nyaman hidup seperti sekarang, terbebas dari beban yang terus menyiksanya, ia pun sudah mulai bisa melepas Kakaknya, dan menerima kenyataan, beban di pikirannya, perlahan mulai hilang, ia sudah bisa menerima Eida sebagai Kakaknya, dia sangat senang dengan kehidupannya yang sekarang, maka dari itu dia tidak ingin menghancurkan dinding yang selama ini di bentuknya, hanya karena Perasaannya.

Mengelus pundak Eida untuk menenangkannya dan memberi Pengertian ke Kakaknya, Eida sedikit mendongak menatap wajah rupawan Adiknya, ketika pundaknya di sentuh, memperhatikan seksama wajah Tampan Adiknya, yang mulai sedikit berubah, dulu wajah Adiknya masih Ada sisi Imut dan manis, namun sekarang wajah Adiknya semakin Tampan dan berkharisma, Eida tak bisa berkedip, tiba-tiba wajahnya memerah seperti Kepiting rebus, Kawaki menyadari itu, namun ia hanya cuek saja, lalu melanjutkan acara memilih Pakaian yang akan dikenakannya nanti.

Want to be with You...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang