Seekor burung pipit bertengger pada dahan pohon pine . ia memandang dari timur sampai barat memperhatikan setiap sudut yang ada untuk memuaskan perasaannya. Kemudian ia mengepakkan sayapnya dan membubung ke udara meninggalkan dahan yang menjadi rumahnya. Pohon itu berada di seberang sungai tempatku duduk memperhatikan. Di tepi sungai banyak tanaman semak yang menyembunyikan keadaan dibaliknya.
Air mengalir dari sungai utama Thames melewati belakang rumahku dan mengalir di sepanjang jalan utama. Airnya sebening kaca hingga aku dapat melihat ikan Trout (sejenis ikan tawar asal Bibury) bahkan aku bisa mengambilnya sekarang juga kalau mau. Coln nama sungai yang merupakan anak dari sungai Thames. Penduduk daerah ini sangat mencintai sungai yang membawa berkah ini.
Seperti orang tua-ku yang amat mencintai anak tunggal mereka. Amare Pax. Amare yang berarti 'cinta' dan Pax adalah nama belakang ayah yang berarti 'damai' dalam bahasa latin. Call Pax nama panjang ayah yang berarti pintar dan damai.
Aku tinggal bersama bibi Ann dan keluarga kecilnya di desa ini. Ibu meninggal dunia lima tahun yang lalu sedangkan ayah jangan tanya karena aku tidak tahu dimana dia. Dari yang bibi Ann ceritakan ayahku pergi merantau tujuh belas tahun lalu menuju London bersama beberapa warga dari desa Bibury.
Namun, beberapa dari mereka kembali dan tinggal disini karena kurang beruntung dan ada juga yang beralasan jika disana terlalu ramai. Beberapa orang juga kembali ke Bibury untuk membawa keluarganya tinggal di London.
Terkadang aku prihatin pada ibu yang selalu menantikannya datang di teras. Mungkin ayah sudah melupakan kami dan tinggal bahagia di London. Bersama keluarga barunya. Semua laki-laki sama saja bukan, hanya seperempat dari seluruh populasinya di bumi yang menjadi pria sejati.
Bibi Ann sedang memasak jamur Porcini dan menjadikannya risotto jamur kesukaan Lincoln. Aku berniat membantunya namun bibi Ann melarang. Ia bilang aku sudah cukup lelah membuat selai aprikot dan mengantarnya ke toko paman Chang di tengah desa.
Langkah kaki cepat beradu dengan rerumputan terdengar samar. Sebuah teriakan yang sedah tidak asing lagi terdengar oleh gendang telingaku.
"Amare, ayo kita makan siang. Sebelum semuanya dihabiskan Peeta." Bibi Ann memasak jamur Porcini dan menjadikannya risotto jamur kesukaan Lincoln. Lincoln, bocah lima tahun yang manis dengan suara cemprengnya yang khas. Anak pertama bibi Ann itu sedang menantikan adik kecilnya dilahirkan, tinggal beberapa minggu lagi.
Aku bangkit dan berjalan ke dalam rumah lewat pintu belakang. Melewati tanaman mawar yang ditanam bibi Ann di depan teras belakang. Kebiasaan buruk Lincoln membiarkan pintu belakang rumah terbuka lebar. Aku masuk dan menutup pintu dengan perlahan. Dari sini aku dapat mendengar rengekkan Lincoln yang meminta bonus jamur.
" Aku mau lagi ibu ini terlalu sedikit." Lincoln menyodorkan semangkuk penuh risotto jamur pada bibi Ann di depan kompor. Rengekkan Lincoln entah kenapa selalu gagal untuk bibi Ann dan berhasih untukku.
"Mangkuk-mu sudah penuh sayang ini bagian Amare."
"kalau begitu ganti dengan mangkuk sayur. Biarkan saja Amare badannya sudah seperti babi apa ibu mau membuatnya terlihat seperti gajah?"
"aku tidak sebesar dan sejelek itu bocah kecil." Rumah ini terlihat hidup hanya karena candaan kecil yang tidak berarti. Aku sangat bersyukur akan hal itu. Terkadang aku merasa bahwa bibi Ann lebih mengabaikan dirinya dan mendahulukan diriku, eksistensi itu selalu muncul setiap ia memasak dan membiarkan aku beristirahat.
Paman Collins suami bibi Ann datang dan berbaur bersama kami di meja makan. Bibi Ann duduk bersama kami dengan membawa piring kecil berisi potongan buah apel dan menyuruh kami memakannya sebelum memakan makanan utama. Kami makan diselingi candaan dan adegan konyol yang dilakukan Lincoln.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMARE
Teen Fiction" It's not always rainbows and buterflies. it's compromise that moves us along. my heart is full and my doors always open you can come anytime you want. please don't try so hard to say goodbye." -Maroon5