Bab 9 | Rusak Susuk Sebelanga

52 6 0
                                    

Selamat Membaca Kisah
Perjalanan Mereka

Now Playing : Asbak Band - Sungguh Aku Rindu

***

Bab 9 | Rusak Susuk Sebelanga

Seperti kata pepatah karena hanya satu kesalahan membuat semuanya menjadi kacau berantakan

***

Suasana sumber kebahagiaan mereka ternyata sampai ke rumah mereka, walaupun Ify dan Luthfi pulang duluan akan tetapi Wahyu dan Iqbal memutuskan untuk pulang bersama karena Wahyu masih mempunyai tugas yang lain untuk membantu sang adik terakhir di hati ini.

Iqbal sempat menceritakan apa yang ia lakukan selama ini, dirinya diam-diam mendaftarkan diri lalu mengikuti audisi online dan awalnya ia hanya melakukan dengan sengaja yang penting ia bisa audisi dulu urusan masuk atau tidaknya nanti ia akan kasih tahu mereka setelah pengumuman keluar. Akan tetapi Dian yang tahu apa yang di lakukan Iqbal ternyata telah mengetahuinya padahal dirinya juga tidak tahu semua ini gara-gara kuota internet yang habis.

Jadi di kamar Iqbal, Wahyu masuk ke kamar adiknya hanya ingin kembali mendengar cerita kenapa adiknya mengikuti audisi seperti itu tanpa memberitahu orang tua dan juga abangnya sendiri.

"Ada apa bang? Tumben masuk ke kamar Iqbal?" heran Iqbal.

"Abang masih penasaran sama apa yang Iqbal lakukan hingga kamu bisa terpilih menjadi salah satu peserta Putra Putri Indonesia?" Wahyu ternyata masih penasaran.

"Oh gitu. Kirain apa bang, kebetulan Iqbal dapat info itu dari Dian, katanya kesempatan bagus. Jadi deh Iqbal ikutan," jawab Iqbal.

"Oh oke-oke, kan kalo ikutan kegiatan itu harus bayarkan. Iqbal dapat uangnya darimana?"

"Kebetulan uang saku yang Ibu beri selalu Iqbal tabung dan dari hasil itu Iqbal bisa ikutan deh apalagi sekarang Iqbal lolos dan mungkin akan ke kota nih, masalah biaya sehari-hari kebetulan Iqbal masih ada sisa tabungan,"

"Oh kalo gitu nanti Abang kasih uang gajian buat bekal kamu nanti di kota," usul Wahyu.

"Gak usahlah bang, cukup kok buat nanti."

Wahyu mulai memegang tangan kedua Iqbal berusaha yakin "Ada kok tenang aja,"

Setelah itu Wahyu melepaskan tangannya dan mulai mengajak Iqbal keluar. Iqbal dan Wahyu berjalan beda arah, Iqbal menuju meja makan sedangkan Wahyu kembali ke kamarnya.

Disana Ify sedang memasak makanan kesukaan Iqbal, entah kenapa hati ini sang Ibu sangat bangga kepada Iqbal padahal Wahyu sama-sama berprestasi akan tetapi seolah Ify menutup mata kepada Wahyu dan membuka mata lebar-lebar kepada Iqbal.

"Widih Ibu masak banyak nih," seru Iqbal yang sudah selesai mandi.

Sambil menata makanan di atas meja Ify tersenyum bahagia "Iya nak karena ibu bangga sama kamu sudah berpretasi sekarang malah membanggakan keluarga, sekolah dan lembaga pemerintah karena gara-gara kamu terpilih jadi salah satu peserta Putra Putri Indonesia,"

Iqbal hanya tersenyum bahagia lalu setelah itu mulai makan di meja makan namun sebelum itu ia berteriak memanggil sang abang untuk makan bersama.

"Abang...Abang kita makan bareng yuk," teriaknya.

"Iya bentar lagi." sahutan terdengar walaupun tidak jelas akan tetapi masih terdengar.

Ify hanya melihat Iqbal mulai menyantap makanan yang di siapkan olehnya lalu bersamaan dengan datangnya Wahyu ke meja makan dan disana ia bisa melihat sudah terhidang makanan kesukaan Iqbal yaitu Sate Taichan namun disana Wahyu tidak melihat makanan kesukaannya padahal terbilang sederhana yaitu hanya Ayam goreng. Sebenarnya ia bisa saja protes karena tidak menghidangkan makanan kesukaan anaknya lain, namun ia tidak berani melakukannya.

Wahyu mulai duduk dan mengambil sepiring nasi dan pada saat hendak mengambil Sate itu tangan sang Ibu memukul. "Kamu jangan ambil itu, Ibu bikin buat Iqbal bukan buat kamu," tolak Ify.

Wahyu tidak bisa protes dan sang Ibu kembali menatap Iqbal dengan semangatnya sementara Iqbal yang melihat sang Ibu langsung memberikan beberapa sate kepada sang Abang "Ini buat Abang. Masih banyak kok,"

"Kok gitu nak. Ibu capek-capek bikin ini khusus buat kamu," kata Ify tidak terima.

"Gak usah Bal. Buat kamu aja lagian masih ada lauk yang lain kok," tolak Wahyu yang memilih lauk yang lain karena masih ada yang lain.

"Tuh Abang juga gapapa kan, sudah Ibu bilang ini semua buat kamu jadi jangan kamu bagi termasuk Abang kamu," kekeh Ify dengan nada tinggi.

"Tapi Bu disini bukan hanya Iqbal yang anak Ibu melainkan ada Wahyu,"

"Gak gitu nak. Disini cuma mau menyenangkan kamu aja,"

"Hanya aku aja Bu. Terus Abang gimana,"

Perdebatan Iqbal dan Ify membuat Wahyu yang ada disana kaget karena memang hanya gara-gara makanan saja malah jadi seperti ini. Bahkan sampai terdengar ke telinga Lutfhi yang langsung menuju meja makan untuk mengehentikan perdebatan ini.

"Abang kamu sudah besar jadi tidak akan di perlakukan seperti kamu,"

"Ibu umur aku sama Abang cuma beda satu tahun. Aku juga sudah besar Bu, kenapa sih Bu kok jadi di banding-bandingin sih,"

"IFY! IQBAL! Ada apa?" Akhirnya Lutfhi datang.

"Sudahlah Bu Iqbal jadi gak nafsu makan kalo sudah gini," pamit Iqbal yang bangkit meninggalkan meja makan dengan makanan yang masih tersisa banyak. Wahyu juga bangkut guna ingin menghentikan kepergian Iqbal akan tetapi keburu di tahan oleh sang Ibu yang langsung menampar Wahyu tanpa sebab.

Plak!

"Ini semua gara-gara kamu, kalo kamu tidak mengambil apa yang jadi bukan hak kamu, Iqbal gak mungkin marah sama Ibu," marah Ify dengan wajah memerah.

"Maaf Bu," sesal Wahyu.

"Maaf-maaf! Ibu gak akan maafin kamu kalo Iqbal masih marah sama Ibu,"

"Ify! Cukup ini anak kamu bukan binatang! Berhenti menamparnya!!" Lutfhi berusaha menenangkan sang Istri.

"Mas anak ini harus di kasih pelajaran apa artinya sopan santun, jangan mengambil hak orang lain apalagi dia adik kamu," jelas Ify.

"Ia 'kan cuma mau makan, kamu harusnya bisa dong bikin makanan kesukaan Wahyu bukan cuma Iqbal aja. Untung saja Wahyu gak punya alergi dengan makanan kesukaan Iqbal," jelas Lutfhi.

"Mas selalu saja ngebela dia! Diakan yang membuat kamu jadi sak---"

Kata-kata Ify langsung di tutupin mulutnya oleh Lutfhi dan menarik tangan sang Istri menuju kamar pribadinya. Lagi-lagi ia akan membongkar rahasia Lutfhi yang selama ini di tutupi dari kedua anaknya karena hanya dirinya, Ify dan tuhan yang tahu. Kalau sampai tahu mungkin ini akan menjadi rasa bersalah bagi kedua anaknya.

Setelah mereka masuk ke kamar, Wahyu langsung mengejar sang adik yang pergi entah kemana. Walaupun hari sudah mulai sore akan tetapi ia merasa khawatir karena pergi dalam keadaan marah membuatnya cemas. Dengan menelusuri seluruh tempat ini matanya mulai mencari keadaan adiknya, dari kanan ke kiri ia mencarinya tanpa henti sampai tepatnya di sebuah jembatan dekat jalan raya Wahyu melihat Iqbal sedang duduk termenung.

Wahyu mendekati adiknya dan mulai duduk di sampingnya tanpa sepengetahuan nya.

"Bal," panggilnya dengan lembut.

Iqbal memutar badannya dan menatap abangnya dengan tatapan sedih lalu seketika itu Iqbal langsung memeluk sang Abang dan mulai menangis di pelukannya.

***

Tbc.

Yeyeyeyeye akhirnya Lis bisa up lagi.... Seperti biasa di malam Jum'at ide Lis lancar, maunya ke cerita yang lain tapi malah idenya ke cerita ini. Mudah-mudahan doanya agar cerita ini bisa tamat dan eksekusinya berjalan mulus

Jangan lupa vote and coment 👧
Tinggalkan Jejak 👣

Lis_author

BBS [5] Wahyu Iqbal ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang