Seorang pria dengan rambut agak gondrong khas anak teknik terlihat memasuki area fakultas ekonomi dan bisnis. Siapakah pria itu? Benar, siapa lagi kalau bukan Haikal.
Jika saja ada sebuah penghargaan kepada orang yang paling sering datang berlalu-lalang ke fakultas tetangga, bisa dipastikan Haikal akan menjadi salah satu nominasinya.
Seperti yang sedang terjadi saat ini, Haikal telah membuat janji dengan Gianna untuk pulang bersama karena kebetulan kelas siang mereka selesai hampir di waktu bersamaan. Tidak hampir juga sih, karena nyatanya Haikal masih harus menunggu Gianna selama kurang lebih 30 menit lagi.
Tapi tidak apa-apa, Haikal tidak merasa keberatan sama sekali.
Setelah selesai memarkirkan motornya di tempat sejuk yang berada tepat bawah pohon rindang, Haikal pun mengeluarkan ponselnya untuk bermain game.
Jika ada teori yang mengatakan bahwa waktu terasa cepat berlalu ketika kita sedang melakukan sesuatu yang kita sukai, mungkin Haikal akan mempercayainya. Karena nyatanya ia merasa belum lama bermain game, tapi ternyatan 30 menit sudah berlalu dan kini Gianna sudah menyelesaikan kelasnya.
"Kirain tadi boong pas bilang lagi nunggu di parkiran," ujar Gianna dari jarak sekitar satu meter setengah dari posisi Haikal yang sedang duduk dengan kaki dinaikkan satu di atas motor kesayangannya.
"Emang kapan gua pernah boongin lu?"
"Ya sering. Kalo gue jebarin semua sekarang bisa-bisa kita pulangnya minggu depan."
Haikal yang masih tak mengalihkan fokusnya dari agenda bermain gamenya pun sedikit terkikik, "Elu lebay banget jadi cewek."
"Biarin, daripada lo cowok freak."
"Cewek nggak tau terimakasih lu dasar. Udah dijemput malah ngatain. Pulang sendiri aja lu sono."
"Yang bener? Kaya tega aja sok nyuruh gue balik sendiri," ucap Gianna sambil menyubiti lengan Haikal hingga membuat pria itu mengaduh kesakitan, "Lu kalo gemes sama gua nggak usah pake nyubit bisa nggak? Tangan lu sakit anying."
"Ya makanya udahan dong main gamenya. Ayo pulang!"
"Bentar, nanggung."
Kali ini Gianna menarik-narik jaket yang Haikal kenakan agar pria itu bisa segera menyudahi acara bermain gamenya. "Ih ayo buruan!"
"Bentaran."
Di tengah-tengah keributan kecil diantara sepasang sahabat itu, ada segerombolan cewek yang menyapa mereka. Lebih tepatnya hanya menyapa Haikal. "Hai kak Haikal."
"Eh iya hai," jawab Haikal sambil tersenyum ramah. Pria itu bahkan rela menutup aplikasi gamenya untuk membalas sapaan dari salah satu diantara 5 cewek tadi.
"Udah lama banget nggak keliatan kak Haikal di sini. Biasanya dulu hampir tiap hari loh kita ketemu."
"Iya nih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends With Benefits [✓]
FanfictionMarvin dan Gianna memang telah sepakat untuk menjalin hubungan yang cukup rumit tanpa melibatkan perasaan di dalamnya. Namun mereka bisa apa jika takdir malah berkata sebaliknya? ©️zrstly, 2022