Gadis Kecil di Tepi Laut

9 2 0
                                    


Gadis kecil itu berdiri di tepian pantai, berlari-lari kalut. Rambut tebalnya terurai, berantakan di sapu angin. Tubuhnya terlihat seperti bayangan kecil di pantai yang gelap.

Bulan penuh menggantung di langit, cahayanya menyapu air laut yang berombak. Ombak itu tertiup ke dataran dan pecah dengan suara menggemuruh. Tidak banyak orang yang masih terjaga di tengah malam, gadis kecil itu sendirian. Kulitnya yang kuning seperti rembulan tampak sayu, ia menangis.

Tangisannya memecah pantai yang sepi, memecah ombak yang menderu-deru. Tangisannya seperti genta lonceng duka cita, nyaring dan polos. Ia terus berlari, sedikit lagi kaki-kaki kecilnya akan menyentuh bibir pantai.

Gadis kecil itu memandang kalut ke arah lautan lepas. Horizon tampak samar, lautan dan langit sama-sama pekat. Namun disana, jauh dari bibir pantai, gadis kecil itu tahu ada seseorang. Seseorang yang membuatnya berlarian ke arah laut.

"..ma.."

Ia berusaha berteriak, namun suara dan kata-katanya pergi ditelan isakan. Kaki-kakinya sudah tergenang air. Ombak datang, dan ia terdorong kembali. Ombak tak kenal ampun, tak mengindahkan tangisan mengiba gadis kecil itu.

"..ma..ma…" kembali ombak menghantam. Siluet di tengah lautan semakin menjauh

"MAMAA!"

Lalu ia merasakan air. Air yang banyak memenuhi hidungnya. Rasanya menyakitkan. Ia menyayangkan rambutnya yang baru saja dicuci tadi pagi. Mengkhawatirkan mamanya bakal mengomelinya karena baju-nya basah. Mandi dan berbilas di malam hari juga tidak menyenangkan. Lalu mamanya akan menggosok perutnya dengan minyak angin dan segalanya akan hangat kembali.

Ombak datang lagi, membawa lebih banyak air, membawa lebih banyak takdir. Gadis kecil itu masih berusaha berdiri.

Mama, jangan pergi. Bawalah aku.

Lalu suara-suara muncul, dan ombak kembali menerjang. Segalanya berubah berbuih. Buih yang banyak. Kepalanya sakit. Badannya sakit. Hatinya sakit. Tak ada teriakan keluar dari bibirnya. Ia tahu tangisannya bisu.

Tak ada cerita sedu ditulis oleh tangannya. Tak ada umpatan kemarahan pada hidup terlontar dari mulutnya. Tak seorangpun tahu hatinya. Bagi seorang anak kecil, kesedihan adalah sesuatu yang tidak diketahui.

Tapi lautan malam itu tahu.

Lautan malam itu bertanya-tanya kepada Tuhan. Rasa sakit seperti apa yang mampu menumpulkan hati seseorang? Aku menyaksikan gadis kecil yang rapuh berlarian ke laut dengan  seluruh hidupnya. Aku menyaksikan seseorang yang ingin bertemu denganmu, begitu dekat. Aku sudah akan menerjang-nya sebelum anak kecil ini datang kepadaku dan memohon-mohon.
Luka seperti apa yang mampu membunuh seseorang? Aku menerjangnya begitu keras hingga karang dan pasir menusuk kulitnya. Apakah mereka yang ingin mati memiliki rasa sakit yang lebih banyak?

Tuhan, aku tidak bisa memikirkan rasa sakit seperti apa lagi yang membuat seorang manusia merasa hidup ini tidak berarti! Gadis kecil ini masih terus berteriak dan berlarian dengan tekad membara di matanya yang putus asa. Aku bisa merasakan kesedihannya tumpah kepadaku. Lautan terus berbisik kepada Tuhan.

Ya, tak pernah ada saksi. Hanya lautan yang terus bertanya-tanya.

kotoba.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang