17 ~ SALAH PAHAM

44 2 0
                                    

Selamat membaca

Tuan Pras tersenyum menyeringai seperti tokoh antagonis dalam film.

"Kamu naksir saya? CK ck, saya ini majikanmu loh, level saya tinggi!" Dia sepertinya sedang meledekku, menyebalkan.

Aku berusaha menetralkan perasaanku, dan menenangkan diri. Tidak mau terlihat terpengaruh oleh kata-katanya itu.

"Tapi anda salah karena saya naksir kak Deri bukan anda." Aku merasa menang saat melihat raut wajahnya yang terlihat muram.

Ada penyesalan juga dihatiku mengatakan hal ini, ah apa aku keterlaluan ya. Kok rasanya nggak nyaman begini.

Sesaat kemudian raut wajahnya berubah datar. Dia menatapku lekat, aku sempat menatapnya juga sebentar. Lalu kutundukkan pandanganku. Hatiku berdebar tak karuan.

Dia diam selama beberapa saat semakin membuatku tidak nyaman rasanya.

"Jika anda sudah selesai, saya permisi." Ucapku sopan, lalu aku berbalik hendak keluar dari ruang kerjanya.

Sebelum menutup pintu, aku sengaja menatap ke arahnya sebentar. Ternyata dia juga sedang menatapku.

Netra kami bertemu, entah kenapa aku merasa ada sorot kecewa dari netranya itu. Dia menatapku dalam hingga rasanya menusuk ke jantungku, rasa dihatiku semakin tidak nyaman. Aku galau!

Kututup pintu untuk menutup tatapan mata kami. Melangkahkan kakiku menuju ke ruangan asisten rumah tangga, disana tampak beberapa art yang sedang ngopi sambil mengobrol. Mungkin pekerjaan mereka sudah selesai.

Tidak ada kak Deri di sana.

"Ada tahu kak Deri dimana?" Tanyaku pada mereka.

"Kayaknya tadi pergi dengan Bu Mila, diminta nganter kemana gitu. Kalau nggak salah mau bertemu tuan Wiguna." Jawab salah satu art itu.

Aku mengerutkan dahi, mendengar nama lainnya. "Tuan Wiguna siapa?" Entah kenapa aku ingin tahu.

"Adiknya tuan Tedi." Aku hanya menjawab oh saja, toh dijelaskan juga nggak kenal. Tapi artinya dia itu om nya tuan Pras dan tuan Dimas.

Ngomong-ngomong tuan Dimas, hari ini aku belum bertemu dengan dia.

Aku pun pamit pada mereka, dan segera pergi. Aku ingin melanjutkan pekerjaannya, membereskan kamar para majikan.

Kamar pertama yang aku kunjungi ada kamar nyonya dan tuan Tedi, aku tidak tahu kapan tuan tedi pulang dari luar kota. Sudah beberapa hari aku disini tapi belum juga bertemu dengannya.

Setelah rapi kamar nyonya, aku segera ke kamar tuan Dimas.

Tanganku terangkat, hendak membuka pintu kamarnya.

Ceklek, kamar terbuka dari dalam.

Aku terkejut, ternyata tuan Dimas masih ada di dalam.

"Tuan belum pergi?" Tanyaku setelah tidak kaget lagi. Raut wajahnya terlihat kusut, tidak seperti biasanya yang terlihat ceria dan murah senyum.

"Ada apa?" Replex aku bertanya, duh kepo banget sama urusan orang. Tapi aku benar-benar merasa iba melihat keadaannya, dia sepertinya sedang ada dalam suatu masalah.

"Masuk! Mau beres-beres kan?" Tanyanya.

Aku mengangguk. "Iya." Jawabku singkat dengan seribu tanya dalam hati.

Aku membuka pintu lebar-lebar, supaya tidak menjadi fitnah.

Aku merapikan tempat tidurnya, mengelap nakas dan mengelap perabotan yang ada di dalam kamarnya. Sedangkan tuan Dimas, hanya duduk di sofa melihatku yang sedang bekerja.

Cinta yang Terhalang TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang