Selamat Membaca Kisah
Perjalanan MerekaNow Playing : Putri Da 4 - Tangan-tangan hitam
***
Bab 10 | Bisik-bisik Ancaman
Ketika di cap sebagai orang yang tidak percaya dan terpaksa karena tidak ada pilihan lain maka nada-nada ancaman itu akan terus di ucapkan
***
Setelah mereda tangisan Iqbal mereka masih menikmati suasana matahari terbenam entah kenapa suasana ini selalu menjadi momentum yang paling terbaik di seluruh dunia. Mungkin karena suasana seperti ini jarang sekali atau mungkin tidak pernah sama sekali mereka dapatkan kayaknya Ini pertama kalinya mereka menikmati suasana sunset ini.
Kebersamaan mereka berdua mungkin akan tersirat di cerita dan kenangan mereka karena mungkin setelah ini baik Iqbal ataupun Wahyu tidak akan menemukan waktu untuk mereka berdua bersama lagi karena makin lama makin dewasa pemikiran mereka akan lebih jauh untuk menatap masa depannya lebih baik. Masih tersirat di pikiran Wahyu melihat adiknya menangis tersedu di pelukannya jarang sekali ia melihat adiknya seperti ini dan mungkin ini tugasnya sebagai kakak untuk ada selalu di sampingnya kalau senang ataupun susah.
"Bal kita pulang yuk," ajak Wahyu karena melihat waktu sudah menunjukkan malam hari.
Iqbal menggelengkan kepalanya, ia tidak mau tapi bagaimanapun mereka harus pulang karena tidak baik bagi kesehatan kalau lama-lama ada di luar ruangan. "Gini deh Bal, Ibu sama Ayah pasti khawatir nyariin kita."
"Kalo kita pulang Ibu akan masih marah sama abang, Iqbal gak mau Abang kena marah lagi," ungkap Iqbal yang masih sedikit trauma.
Wahyu tahu ini pertama kalinya sang ibu marah di hadapan mereka dan ini juga Pertama kalinya Iqbal melihat Ibu menampar Wahyu dengan begitu keras, kenapa semuanya berubah padahal dulu mereka tidak seperti ini. Kenapa semuanya terjadi secara tiba-tiba apa yang sebenarnya terjadi kepada keluarga ini?
"Tapi Bal---"
"Pokoknya Iqbal gak mau, kemarin aja Ibu sama Ayah bertengkar. Dan Ibu selalu menyebut tentang sakit kepada ayah tapi langsung di tarik sama ayah ke kamar, apa benar ayah sakit. Bang?" tanya Iqbal mempertanyakan kejadian kemarin yang awalnya tidak mau ambil pusing.
Memang benar pada saat pertengkaran tadi ibu sempat berbicara tentang sakit tapi langsung dipotong pembicaraannya sama ayah dan langsung mengajaknya ke kamar hingga terjadi perdebatan mereka yang kedua kalinya apa mungkin Ayah sakit kalau benar kenapa dia tidak memberitahu kedua anaknya.
Wahyu menghela napasnya "Kita doakan saja agar ayah sehat selalu, dan soal perkataan ibu mungkin beliau salah ngomong. Lebih baik kita pulang aja yuk, Ibu dan Ayah pasti cemas,"
Akhirnya ajakan kedua kalinya di angguki Iqbal dan mereka berjalan menuju ke rumahnya. Perjalanan mereka sampai dan disana tepatnya teras rumah Ibu melihat kedatangan kedua anaknya dan langsung bangkit menuju Iqbal dan memeluk nya.
"Nak maafin Ibu. Kamu jangan pergi lagi ya," Isak Ify sambil memeluk Iqbal.
"Iya Bu. Tapi Iqbal mohon jangan gitu sama abang ya Bu," ujar Iqbal.
"Iya nak." Setelah itu lepaslah pelukan Ify kepada Iqbal lalu merangkul nya untuk mengajak masuk. Bersamaan dengan itu Wahyu yang melihat semuanya itu hanya bisa pasrah biarkan rasa sakit hati ini terus membekas walaupun memang tidak seberapa.
Dan beberapa langkah ia masuk ke dalam rumah. Ify seketika berhenti dan membisikkan sesuatu kepada Wahyu.
"Ingat ya, jangan harap Ibu akan memaafkan kamu walaupun kamu sudah membawa Iqbal pulang,"
KAMU SEDANG MEMBACA
BBS [5] Wahyu Iqbal ✓
Teen Fiction"Ketika kita berjalan ke arah yang sama namun berakhir dengan jalan yang berbeda" *** Wahyu Lutfhi dan Iqbal Lutfhi adalah kakak-beradik yang terpaut usia beda satu tahun. Di kala mereka menginjak usia remaja, Wahyu lulus dari bangku menengah kejuru...