"Kok sepi? Tadi mama nanyain aku pulang terus tapi sekarang sepi banget kaya ga ada kehidupan." ucapnya sambil mengerutkan keningnya.
Fashakira berjalan menuju dapur dan segera bertanya pada wanita paruh baya yang selama dua puluh tahun sudah berada di rumahnya.
"Bi Tina! Mama kemana? Kok sepi banget." ucapnya sambil berdiri di ambang pintu dapur.
"Ibu lagi ke rumah sakit,neng." Belum sempat Bi Tina melanjutkan ucapannnya Fasha lebih dulu berbicara.
"Hah? Siapa yang sakit bi?" ucapnya panik.
"Aduh si eneng kebiasaan banget bibi belom selesai ngomong." ujar Bi Tina lembut.
"Ibu jenguk kakak sepupu kamu yang baru aja lahiran di Avisha Hospital. Bukannya kamu udah di kasih tau kalo Ibu mau ke rumah sakit?" jelas Bi Tina panjang lebar.
"Oh, masa sih bi, coba aku cek pesan mama dulu." Fashakira segera mengecek ruang pesan antara dirinya dan mamanya.
"Hehe iya bi, mama udah kasih tau tadi tapi ga sempet aku baca pesannya." ujar Fasha menampilkan kekehan canggungnya.
"Yaudah bi, Fasha ke atas dulu ya."
Wanita paruh baya itu mengiyakan keinginan Fashakira sebelumnya bi Tina sudah menawarkan makan kepada gadis itu. Namun Fashakira menolaknya, dia merasa masih kenyang dan bergegas berbalik badan untuk naik ke kamarnya.
Setelah sampai kamarnya, gadis itu membersihkan dirinya lalu merebahkan tubuh mungil itu di kasur king size miliknya.
"Huffth, nyaman sekali."
Lama kelamaan gadis itu menutup matanya saat kantuk mulai menyerang.
Beda dengan Fashakira beda pula dengan Arvino. Setelah mengantar Fashakira pulang dia juga bergegas ke rumahnya. Malam ini dia akan ke sebuah acara untuk menampilkan grup band miliknya beserta temannya.
RAVHAKA itulah nama band mereka.
Arvino tengah memainkan gitar bass di studio musik dirumah megah itu. Mungkin jika bukan di ruangan yang kedap suara bunyi dentuman itu akan menggema di seluruh ruangan.
Ting
Bunyi notifikasi terdengar dari ponsel milik Arvino dia pun menghentikan kegiatannya.
"Jam delapan kita kumpul di studio." Bunyi pesan salah satu anggota grup yang bernama Gibran Mahardika.
Anggota yang lain mengiyakan pesan itu. Masih ada sekitar satu jam untuk Arvino bersiap. Lelaki itu segera membersihkan diri dari kepenatan yang menghampiri hari ini.
Selang dua puluh menit kemudian, Arvino sudah bersiap dengan penampilan sederhananya namun terlihat aura yang memukau bagi siapa saja yang melihatnya terutama kaum hawa.
"Masih ada sisa empat puluh menit, gue cabut aja kali ya, bete juga sih." gumamnya.
Sebelum pergi dia mengambil pose pada dirinya sendiri menghadap cermin, entah apa yang membawa niatnya seperti itu karena hal ini sangat jarang terjadi pada diri Arvino.
Setelah itu, dia bergegas untuk ke studio Ravhaka sambil menunggu yang lainnya.
Di lain sisi, gadis jelita itu terbangun dari mimpi indahnya saat waktu menujukan tujuh lewat tiga puluh malam.
Mengerjap matanya untuk menetralkan cahaya yang masuk ke dalam retina.
"Mama sama Papa udah pulang belum ya?" ucapnya pada diri sendiri.
Gadis itu segera turun dari ranjang dan segera menghampiri daun pintu lalu membukanya. Menuruni anak tangga dengan hati-hati dan netranya menangkap sesosok pasangan yang terlihat serasi sedang menonton acara televisi saat ini.
"Ma,Pa-" tukasnya lalu duduk di samping mamanya.
"Pulang jam berapa tadi?" Kali ini mama Fashakira membuka suara.
"Jam enam lewat dua puluh menit, tapi pas aku masuk sepi ga ada orang aku kira mama pergi kemana?" ujar Fasha.
"Ya sudah, kamu makan malam dulu sana Mama sama Papa sudah duluan makan." Mama Fasha menyuruh makan anak perempuan satu-satunya di keluarga itu. Dia hanya dua bersaudara dan kakaknya seorang lelaki.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVANESCENT
Teen FictionWaktu berjalan begitu cepat seakan ini adalah mimpi bagi Fashakira dan masa lalunya adalah hal yang harus dihindari. Dia dipertemukan kembali dengan manusia yang begitu memporak-porandakan isi hatinya. Keadaan lah yang membuat dirinya menjadikan se...