Bab 6: Arena (Pt. 2)

615 97 2
                                    

Maaf ya tadi gantung wkwkwkw


Keadaan menjadi gelap gulita setelah Porsche menutup matanya.

Jantungnya berdegup kencang seolah waktu kematiannya tadi muncul secepat kilat.

Namun, ia tiba-tiba menyadari bahwa insting bertarungnya membuat tebasan pedang Kinn terhentikan olehnya, sehingga ia selamat.

Porsche yang awalnya terjongkok karena Kinn, mulai berdiri dan menyerangnya balik.

Pertandingan semakin hectic. Suara tebasan besi yang keras dari pedang mereka menghiasi atmosfir.

Keringat bercucuran ditubuh keduannya, karena harus menompang  berat benda tersebut dengan memakai kekuatan otot mereka.

Namun mereka harus mengetahui bahwa hidup mereka sangat bergantung oleh tindakan mereka sekarang.

Seluruh posisi menyerang mereka lakukan, hingga kaki mereka berjalan maju-mundur, berusaha untuk menyerang dan menghindar.

Mereka seperti menari, padahal mereka sedang bertarung satu sama lain.

Para penonton menjadi antusias. Mereka bersorak-sorai dan sampai mengunci mata mereka untuk menyaksikannya secara detail.

Sang Penyiar mulai melakukan tugasnya dengan mengeluarkan kata-kata yang menjelaskan kejadiannya lanjut demi lanjut, dengan tenpo yang agak cepat.

Mereka berdua terengah-engah dibalik teriknya matahari yang menyinari diatas mereka.

Sialnya, hal itu membuat cuacanya menjadi panas dan tidak enak rasanya.
Sehingga mau tidak mau, mereka harus mencari cara untuk bertahan.

Satu diantara mereka ada yang mati atau sekarat, dan satu diantara mereka ada yang selamat dan membawa kemenangan atas nama mereka beserta kerajaan.

Mereka berhenti seketika dengan nafas yang terengah-engah dan tangan yang masih mencengrkam pedangnya kuat.

Sifat arogan Kinn keluar. Ia berusaha untuk membuat Porsche menjadi kesal dengannya, "Gitu saja kau lelah!" teriak Kinn.

Kemudian ia menyerang Porsche dengan mengayunkan pedangnya kepadanya.

Tapi Porsche dengan cepat menghalangnya.

Mata mereka bertemu sangking dekatnya jarak mereka. Porsche menjawab responnya, "Yang penting sang pencipta menolongku.."

Porsche mendorong pedang Kinn maju, hingga seluruh tubuhnya terbuka. Ini adalah kesempatan untuk Porsche untuk menebas bagian perutnya.

Tapi Kinn yang notabenenya sudah ahil,  maka ia dengan cepat menghindar dari Porsche.

Porsche yang melihat kesempatannya hilang karena triknya membuatnya kesal dari dalam, "Sialan, dia malah menghindar"

Sayang, momen yang ia takuti itu datang bagaikan kilat. Dengan secara tidak langsung dan mendadak.

Momen itu adalah momen dimana Porsche tumbang. Bagian perutnya terkena oleh ayunan pedang Kinn. Dalamnya hingga 2 cm.

Porsche menjadi terkejut, begitu juga para penonton stadion termasuk Pete. Ia sampai berteriak memanggil namanya dengan perasaan campur aduk.

Nafas Porsche menjadi tidak beraturan. Jantungnya berdegup kencang, dan rasa sakit itu menusuk perutnya hingga kedalam.

Pandangan matanya mulai kabur. Ia mulai tidak mampu melihat muka Kinn.

Tapi ia bisa melihat postur Kinn bahwa ia sedang diam berdiri didepannya dengan posisi kuda-kuda.

Sangking sakitnya, Porsche memegang perutnya yang tergores mata pedang Kinn.

Ia melihat kearah perutnya, dan disanalah hasil kengerian itu terjadi.

Perutnya mengeluarkan darah satu per satu, tapi semakin banyak dan terus mengocor sampai menyentuh tanah seperti pipa yang bocor.

Tangannya sudah dipenuhi akan darahnya, "Bangsat..." batinnya.

Setelah itu, ia tiba-tiba jatuh ke tanah. Dunianya perlahan menjadi gelap kembali dalam waktu yang sangat lama.

Terakhir kali ketika Porsche masih sadar walaupun sudah berada dititik itu, ia mendengar langkah lari Kinn mendekatinya, juga suara Kinn memanggil namanya, berusaha untuk membangunkannya.




Hi guys, Hans here

Sebelumnya maaf banget yah kalau bab ini agak cheesy ceritanya, soalnya w kurang bisa ama yang ada unsur-unsur action2 gitu.

Tapi makasih banyak yah udh read dan vote, they appreciates me so much!

Carry your Throne (KINNPORSCHE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang