8.

883 168 7
                                    

Taehyung sudah berdiri ditempat ia dan Jisoo biasa berdoa. Ia teringat bagaimana setiap hari Jisoo tidak pernah absen untuk berdiri disini, berdoa untuknya dan untuk pernikahan mereka.

Seketika Taehyung tersadar.

"Apa yang sudah kulakukan? Bagaimana bisa aku tidak mempercayainya?"

Taehyung langsung melangkah keluar untuk pergi menjemput Jisoo kembali. Tetapi, langkahnya terhenti ketika ia melihat Jisoo sudah lebih dulu pulang, wanita itu hendak memasuki teras rumah bersama Suzy.

"Jisooyaa?!" Taehyung langsung menghampiri Jisoo dan memeluknya erat.

"Maafkan aku Jisooyaa, tolong maafkan aku. Aku mempercaimu. Aku percaya kau tidak melakukan itu. Maafkan aku, aku tidak bisa berfikir dengan jernih karna semua hal menumpuk dikepalaku. Aku benar-benar bodoh-" Jisoo langsung mengecup bibir Taehyung agar pria itu berhenti menyalahkan dirinya sendiri.

Lalu ia menyentuh wajah Taehyung, menangkupnya dengan tatapan sendu.

"Apa benar kau akan menceraikanku?"

"Tidak! Tidak akan pernah. Maafkan aku, Jisooyaa" Jawab Taehyung cukup kencang dan cepat.

Jisoo terkekeh. Ia tersenyum menatap Taehyung.

"Aku bahagia sekali Taehyung, kau akhirnya percaya padaku sebelum aku menjelaskan kebenarannya padamu. Suzy, datang kesini untuk membantuku menjelaskan padamu tentang malam itu."

"Tidak perlu. Aku percaya padamu. Ini anak kita." mengelus dan mengecup perut Jisoo. "Maafkan Ayah, Nak.. " ucapnya.

Suzy pun tersenyum melihat keduanya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Suzy datang kerumah Seokjin. Pria itu sedang duduk didepan sebuah piano. Seokjin terlihat sangat frustasi dan berantakan. Mungkin ia akan memainkan pianonya atau malah menghancurkannya?

"Seokjin-ah," Suzy mendekat menyentuh lembut bahu pria itu.

"Jisoo tidak akan pernah kembali padaku, Suzy." Ucap Seokjin dengan mata sembab dan pandangannya lurus kedepan.

"Biarkan dia bahagia. Jika kau benar-benar mencintainya, kau akan menghormati keputusannya. Mungkin rasa cintamu untuknya tidak akan pernah hilang, tapi Takdir sudah memilih jalan masing-masing untuk kalian. Mengikhlaskan adalah satu-satunya caramu mencintainya, Seokjin-ah."

"Aku sudah kalah, kan? Yang kulakukan selama ini sia-sia." Seokjin menatap Suzy.

"Tidak ada yang sia-sia, Karna Jisoo, kau mempunyai semangat untuk bisa bangkit dan menjadi orang yang sukses seperti sekarang. Dulu kau mungkin bukan apa-apa dan tidak memiliki apapun, tapi sekarang bahkan kau bisa memeluk dunia." Ucap Suzy menatap lekat Seokjin.

Seokjin memeluk Suzy.

"Terimakasih kau selalu ada untukku, Suzy." Suzy rekan bisnis sekaligus sahabat yang selalu bisa menenangkan Seokjin.

"Tenang saja. Aku akan selalu bersamamu sampai akhir, Seokjin-ah.."

***

"Sayang, jangan lakukan apapun. Istirahat saja. Aku akan pulang jam 5 sore." Tukas Taehyung lalu mengecup kening Jisoo.

"Tenang saja."

"Kau yakin tidak mau aku panggilan ibu kesini untuk menemanimu?"

"Tidak perlu Taehyung, aku akan baik-baik saja. Pergilah."

"Apa sebaiknya aku tidak pergi?"

HEARTBEATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang