Sambil meregangkan otot-otot tubuhnya, Ran menyertai ke arah Mucho dan Terano.
"Nikmati sisa waktu kalian."
Tanpa pikir panjang pria itu langsung menyerang kedua lawannya, tangan kanan membawa pisau tangan kiri digunakan bertahan. Kombinasi yang sempurna, namun masih jauh dari kata itu semua, mengingat Kisaki dan Terano sama-sama bersenjata api.
Tendang, pukulan Ran berikan ke dua lawannya, bahkan tak hanya itu gaya bertarung Ran yang emang lain dari yang lain membuat mereka berdua kualahan.
Terlihat darah dan lebam akibat pisau dan bogem mentah yang diberikan Ran sukses membuat lawan kualahan, namun dia harus cepat mengingat Sanzu sedang dalam bahasanya.
DOR... DOR... DOR...
Suara tembakan terdengar begitu jelas ditelinga Sanzu, membuat pria itu seketika berteriak histeris, menyebut nama temannya.
"RRAAHHH...."
Sayang Mucho yang melihat Sanzu masih bisa berteriak, walau dengan kondisi dia cekik merasa gerah.
"Diam kau."
Tanpa pikir panjang pria itu langsung memasukkan jarinya ke mulut Sanzu, tak lupa dia juga melepas cekikan nya. Terlihat bekas merah dileher Sanzu.
Ran yang menyadari Mucho akan berbuat hal tidak senonong langsung berlari keatas, tapi lagi dan lagi dia harus di tahan.
"Mau kemana, tenang giliran mu pasti ada." Ucap kisaki yang langsung di sambut tawa dari Terano.
"Minggir atau aku bunuh kalian."
Gelap itu yang Ran tatap saat ini, hanya kegelapan yang ada di hatinya.
Sudah cukup dia hidup penuh kehilangan, Ran tidak akan kehilangan lagi. Dia tidak ingin gagal dan gagal, terlebih gagal menjaga orang yang dia cintai, Ran tidak ingin sesuatu hilang dari Sanzu. Bahkan itu air mata Sanzu, sambil menggeramkan giginya, pria bersurai dwiwarna itu berjalan santai menuju kearah kedua musuhnya.
Mereka tidak tau jika kesabaran ada batasnya, dan inilah batasan Ran.
"Berlututlah."
Bukannya menganggap serius mereka malah tertawa, dan benar saja saat mereka membuka mulut akibat tertawa, Ran melempar pisaunya yang langsung mengarah ke mulut Kisaki.
Tanpa buang waktu dia segera berlari, tepat saat pisau itu masuk kedalam, Ran menekan dengan tendangan keras. Membuat kerongkongan kisaki rusak akibat pisau yang tertelan.
Mucho, Terano yang melihat kejadian itu hanya bisa menatap dengan tatapan penuh pertanyaan, sebenarnya sekuat apa Ran itu.
"Boti tetaplah boti."
Ran tersenyum simpul, dia menunjukkan sebuah pipa besi dihadapan Kisaki, yang sudah sekarat.
Ya Ran berniat menggunakan pipa itu untuk menusuk lubang anal kisaki sampai ke mulut pria itu.
"Tenang ini tidak ada bandingannya dengan lubang Sanzu yang kalian mainkan."
Dengan tanpa dosanya Ran memasukan dengan sekali hentakan, bahkan semua yang ada disana bisa melihat darah segar keluar dari lubang anal, namun bukannya puas Ran makin gencar menusuk kedalam hingga berhenti tepat di tenggorokan Kisaki.
Hal itu sudah jelas membuat kisaki mati seketika, namun bukannya puas melihat kisaki tidak bernafas Ran justru menginjak injak Kisaki sampai tubuh pemuda itu hancur, bahkan organnya ada yang keluar.
Sulit dipercaya. itu yang Terano lihat, ternyata Ran punya sifat sadis juga.
"Sekarang giliran mu."
Ran menatap horor ke arah Terano, satu dua langkah Terano mengambil jalan mundur tanpa dia sadari, tubuh pemuda itu gemetaran melihat kesadisan Ran, entah sejak kapan Ran menjadi pribadi yang berdarah dingin. Bahkan saat mereka di penjara Ran habiskan hari-harinya, dengan hanya menangis dan menangis di pojok, dia terus bergumam atas kematian adiknya dan kematian ibunya, Ran sudah tidak memiliki siap-siap.
Seharusnya semua itu cukup membuat Ran hencur dan tak mampu bangkit lagi, bukan malah membuat pemuda itu menjadi psikopat.
"Ran?"
Bukannya menjawab Ran malah berjalan sempoyongan, sambil melirik Sanzu yang mulai di raba raba Mucho.
"Mucho jika kau berani lebih jauh lagi kematian mu akan lebih sadis."
Tatapan kosong terlihat di mata Ran, Sanzu yang melihat kondisi menyediakan temanya itu merasa tidak berguna lagi.
Mengapa lagi dan lagi dia berahkir di perkosa. Sudah cukup dia menjadi beban, Sanzu ingin menolong dan bertarung bersama Ran namun kaki serta tangannya terluka, yang membuat dia hanya diam dan menyaksikan ketidak adilan untuk kesekian kalinya.
"Mari kita akhiri."
Ran mulai melayangkan bogem kearah Terano, namun siapa sangka sebuah katana datang dari arah kanan, pelakunya siapa lagi kalo bukan Terano.
Tapi otak Ran yang sudah tidak berfungsi, membuat Ran bukannya menghindari dia justru menerima tusukan benda itu dengan senang hati.
Ya katana menancap sempurna di lengan kanan Ran, tidak. Justru katana itu sudah menembus, bukannya langsung menghindar Ran malah menarik katana itu menggunakan tangan kirinya.
"Tidak ada jarum yang melukai tanganku."
Darah terus bercucuran dari lengan dan tepak tangan Ran, namun reaksi berbeda ditunjukkan olehnya, seakan tidak ada rasa sakit pria bersurai dwiwarna itu berjalan mendekati Terano yang sudah siap menembak kepala Ran sampai pecah.
"Mundur tau kau mati."
"Aku sudah mati sejak adikku kalian bunuh."
Air mata yang seharusnya berwarna putih kini telah berubah menjadi merah darah. Ketidak mampuannya, membuatnya masuk ke kegelapan abadi, Ran telah pergi dari cahaya.
"Terano Shout mari kita berpesta."
Satu tebasan kecil diberikan Ran tepat di telinga Terano, tak hanya itu Ran juga menancapkan kukunya di bola mata Terano.
"Aaahhkkk."
Suara pilu membantu sosok Ran tertawa lepas dan bahagia, sambil menatap bola mata Ran menjilat organ itu dengan santainya.
"Ini asin."
Mucho yang melihat keadaan mulai berbanding terbalik segera mengakhiri kegiatannya menjamah tubuh Sanzu.
"Ran."
Sambil tersenyum mucho mulai melempar tubuh sanzu kedalam mesin penggiling daging.
"Jika Sanzu tidak bisa aku dapat maka, kalian juga tidak bisa mendapatkannya."
Setelah mengatakan apa yang ingin dia sampaikan Mucho langsung melempar Sanzu masuk kedalam mesin penggiling daging itu, tak lama suara mesin terdengar bersamaan dengan teriakan Sanzu.
"Sanzu."
Melihat satu-satunya tempatnya pulang akan hilang, Ran berlari kesetanaan menuju tempat sanzu berada.
Naas saat Ran baru sampai di bibir mesin itu surat tembakan terdengar.
"Tidak akan aku biarkan kalian berdua selamat disini, akan aku buat tempat ini sebagai tempat peristirahatan terakhir kalian."
Gimana adegannya seru kagak, Ran udah mirip kayak psikopat apa belum. Hemm end udah di depan mata happy apa sad kita lihat saja.
Oke sampai sini dulu command and like aku tunggu.
See you
KAMU SEDANG MEMBACA
can you love me sanzu (Ran x Sanzu x Rindou) End
FanfictionSanzu sangat menyukai Mikey meskipun pemuda itu menyukai Draken, tapi disisi lain mucho menyukai pemuda bersurai broken white itu namun hal itu membuat sanzu bertemu Haitani bersaudara karena salah tebas. niat awalnya pemuda itu ingin membunuh mucho...