Namaku Ivy, penyuka musim dimana dedaunan gugur berjatuhan. Tepat satu minggu lagi aku memasuki babak baru dalam hidupku, chapter 18. Kata orang, usia yang ke-18 adalah usia dimana kita sudah beranjak dewasa.
Selama 17 tahun aku hidup, semuanya berjalan dengan lancar. Keluargaku harmonis, ekonomi keluargaku stabil, beasiswa penuh ke universitas yang aku inginkan, aku juga mempunyai support system yang selalu ada kapanpun aku butuhkan.
Dengan kata lain, aku tak takut untuk beranjak dewasa. Karena aku sudah punya persiapan untuk segalanya, terjamin.
Namun, satu minggu sebelum ulang tahunku yang ke-18 adalah minggu paling buruk yang terjadi dalam hidupku. Rasanya, duniaku runtuh satu per satu. Semua orang seakan pergi meninggalkanku sendirian. Aku tersesat tanpa arah, tanpa tujuan yang jelas.
Semua berawal dari suara ketukan pintu. Kala itu, aku baru bangun dari tidurku. Aku turun setelah mendengar suara berisik dari lantai bawah. Raut wajah ibu yang tampak berantakan, dan ayah. Ayah yang tangannya diborgol dibawa oleh orang-orang yang tak aku kenali.
"Ayah," lirihku. Ibu menangis, ia berlari memelukku erat. Aku menatap wajah ayah yang tersirat "semua akan baik-baik saja".
Bisnis ayah bangkrut setelah ditipu habis-habisan oleh temannya sendiri. Ayah berusaha untuk bangkit, namun ia dijebak oleh atasannya untuk kasus penggelapan dana.
Aku pikir, itu satu-satunya kejadian buruk yang akan terjadi sebelum usiaku tepat 18 tahun. Nyatanya, semesta seolah-olah memberikan karma yang bertubi-tubi.
Ibu pingsan tepat setelah ayah ditangkap polisi. Aku segera membawa ibu ke rumah sakit, namun ibu masih belum sadar hingga saat ini.
Hidupku terasa terombang-ambing. Bahkan sahabat dan kekasih yang kuanggap akan selalu setia menemaniku hilang entah kemana. Aku tak tau bagaimana kabar mereka sejak aku tak masuk sekolah karena menemani ibu di rumah sakit. Pesan dan teleponku tak kunjung dibalas oleh mereka.
Setelah 3 hari, aku mendapat kabar. Kekasihku selingkuh dengan sahabatku sendiri. Aku tak tau siapa yang harus aku percaya lagi sekarang. Kepalaku terasa nyeri. Aku hanya bisa berharap ketika aku bangun besok, semua ini hanya mimpi buruk yang panjang. Lamun, semua ini semakin buruk.
Ibu meninggal dunia. Meninggalkanku sendirian, tepat di hari ulang tahunku. Ibu memiliki penyakit jantung yang tak kuketahui selama ini. Duniaku hancur. Hancur berkeping-keping. Entah bagaimana aku bisa bangkit. Bahkan untuk hidup, aku sudah tidak sanggup lagi.
Kini musim yang daunnya gugur berjatuhan, menjadi musim yang paling aku benci.
———
Setelah acara pemakaman ibu–bahkan sahabat dan mantan kekasihku tidak muncul, aku pulang kerumah. Rumah yang biasanya penuh kehangatan, kini terasa begitu dingin, sunyi, dan gelap.
Aku memasang tali dan kuikat erat diatas lampu. Aku tarik kursi lalu berdiri diatasnya. Aku mengambil nafas panjang, lalu menghembuskannya perlahan. Sudah tidak ada lagi yang perlu aku pertahankan. Di dunia ini, aku sendirian. Ibu, tunggu aku.
Tring. Ponselku berbunyi. Aku mengambil ponsel dari saku celanaku, melihat satu nama disana. Hazel. Dia temanku waktu TK yang hampir tak pernah berbicara denganku selama satu dekade. Dia mengirimiku pesan, selamat ulang tahun. Entah mengapa, itu hal yang sederhana, bahkan tak berarti untuk sebagian orang. Namun, aku sangat membutuhkannya sekarang. Ucapan sederhana, yang membuatku sadar bahwa masih ada orang yang mengingatku dihari ini.
Tring. Pesan lagi, dari Hazel. Aku membaca pesan demi pesan yang dikirimkan Hazel untukku. Air mataku jatuh membasahi pipi. Aku turun perlahan dari kursi, meringkuk di lantai dan mencurahkan tangisku sejadi-jadinya.
Keesokan paginya, suara ketukan pintu terdengar. Dengan mata sembab aku berjalan perlahan, membuka pintu di pagi buta.
"Surprise!" serunya. Gadis itu menampakkan senyum cerianya, membawa sebuah kue ulang tahun yang besar. "Happy birthday, Ivy!"
Aku menatapnya lekat. Gadis itu, gadis yang tak pernah bertemu denganku lagi, dia ingat hari ulang tahunku.
"Boleh masuk?" tanyanya. Aku mempersilahkannya masuk dengan canggung. "Sebenarnya gue ragu mau datang kesini setelah apa yang menimpa lo, Vy," katanya berjeda, "gue turut berduka cita ya, Vy."
Hazel menaruh kue ulang tahun itu di atas meja, memegang pundakku seraya berkata, "Kalau lo butuh apa-apa, jangan sungkan contact gue ya, Vy."
Tanpa kusadari, air mataku jatuh lagi. Aku memeluknya, menangis terisak. Ia mengelus pundakku pelan tanpa bertanya apapun. Seolah, dia datang memang untuk itu. Untuk menghiburku. Untuk menemaniku, di hari yang seharusnya spesial.
Hazel datang, di kala aku sangat membutuhkan seseorang di sisiku. Mungkin pada akhirnya, musim gugur tidak seburuk itu. Dedaunan yang gugur berjatuhan, akan diganti dengan tumbuhnya dedaunan baru yang indah. Kedatangan Hazel mengajarkanku untuk ikhlas. Karena semua yang terjadi pasti ada hikmahnya.
Sewindu berlalu, kini aku bekerja sebagai seorang psikolog ternama di kota Jakarta. Minggu depan adalah ulang tahunku yang ke 26. Ayah bebas dari penjara 5 tahun yang lalu berkat bantuan pamanku yang bekerja sebagai pengacara. Ayah bebas dengan dinyatakan tidak bersalah.
Semuanya berjalan dengan lancar. Mungkin jika 8 tahun yang lalu aku memutuskan untuk mengakhiri hidupku, aku tak bisa lagi melihat senyum ayah yang bangga saat melihatku lulus kuliah. Ini berkat Hazel, yang datang secara tiba-tiba dan tidak pergi disaat yang paling aku butuhkan.
Jika kalian bertanya bagaimana kabar sahabat dan kekasih yang pernah menghianatiku, aku pun tidak tau. Terakhir yang ku tau mereka sudah tidak berhubungan lagi sejak 2 tahun yang lalu, tepat setelah Icha–sahabatku dulu, lahiran. Aku tak mau tau-menau kehidupan mereka, itu sama sekali bukan urusanku.
Musim gugur, di mana daunnya mulai berjatuhan, namun digantikan daun yang baru. Aku jatuh, untuk awal yang baru. Dan aku belajar, semua hal yang buruk, akan digantikan hal yang baik pula.
---
by: Jesslyn Elvina C.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall in Autumn
RandomWe present you, September 2022 Project, Fall in Autumn. Chapter 1= Fall for Renewal "Ivy, gadis penyuka musim gugur akan memasuki usia 18 tahun tepat seminggu lagi. Namun, kejadian buruk terus-menerus menimpanya sebelum hari ulang tahunnya." Chapter...