6.

37 10 13
                                    

Esoknya, tepat setelah Ronan masuk ke dalam kantornya, Zoh mengantarkan surat pengunduran diri. Ronan menatap perempuan tomboi itu dengan raut wajah tak percaya. Sangat disayangkan, Zoh yang sudah bergabung dengan Sugar Gems sejak tempat itu berdiri harus mengundurkan diri secara mendadak.

“Tidak bisa!” tolak Ronan dengan kesal. “Dalam peraturan pengunduran diri sudah dijelaskan, surat pengunduran diri paling lambat diajukan dua minggu sebelum kau berhenti bekerja. Kalau kau baru hari ini mengajukannya padaku dan besok sudah berhenti bekerja, oh tidak bisa, Nona!”

“Tapi, aku benar-benar tak bisa bekerja di sini lagi,” ungkap Zoh.

“Peraturan tetap peraturan. Kau kan tahu kalau hak-hakmu tak akan aku berikan jika kau berhenti mendadak begini,” jelas Ronan. “Sebenarnya ada apa, sih? Apa yang mengganggumu?”

“Tak ada. Aku merasa tak cocok berada di sini lagi.”

“Jujur saja. Apa kau mengalami perundungan? Pelecehan seksual? Atau kau ingin naik gaji?”

“Tidak, Pak.”

Ronan duduk menopang dagu. Ia bertanya, “Kau bekerja di bagian dapur, kan?”

“Ya, Pak.”

“Berarti atasanmu adalah Widi,” ujar Ronan. Dengan cepat ia mengambil telepon internal dan menelepon ke dapur. “Halo. Tolong suruh si Pendek ke ruanganku sekarang!”

Zoh terlihat begitu gelisah setelah mendengar Ronan memanggil Widi ke kantornya. Ia takut jika Widi akan mengatakan alasan sebenarnya Zoh ingin mengundurkan diri. Setelah beberapa menit menunggu, Widi masuk ke dalam kantor Ronan.

“Ada apa?” tanya Widi.

“Zoh memberiku surat pengunduran diri hari ini, isinya mengatakan ia mulai tidak bekerja esok hari,” jawab Ronan.

“Oh!” Widi pura-pura terkejut. Ia sudah tahu hal ini karena Zoh mengatakannya kemarin. “Lalu?”

“Apa yang terjadi? Ada dua kesalahan di sini. Pertama, surat ini harusnya paling lambat diantarkan dua minggu sebelum tanggal Zoh berhenti bekerja. Kedua, alasan Zoh yang tidak jelas membuatku sulit untuk mengambil keputusan.”

Melihat Ronan begitu serius membuat Widi takut juga.

“Tugas utamamu membantu siapa di dapur?”

“Widi dan Kevin,” jawab Zoh lirih.

“Apa kau nyaman bekerja dengan mereka?”

“Tidak.”

Ronan dan Widi saling menatap penuh keheranan. Selama ini tidak ada konflik pekerjaan yang terjadi dengan Widi dan Kevin. Ronan mengetukkan ujung jarinya ke atas meja seperti sedang berpikir.

“Begini saja. Suratmu aku terima. Tapi, aku beri kau dua hari untuk berpikir. Sambil berpikir, kau bertukar pekerjaan dengan Marlon. Dua hari lagi, apa pun keputusanmu, kembali ke kantorku. Kalau dalam waktu berpikirmu kau tak datang bekerja, aku anggap kau keluar tanpa pamit. Dan aku tak bisa memberikan hak-hakmu,” tegas Ronan. “Silakan kembali bekerja.”

Zoh yang terlihat gentar memaksa dirinya untuk keluar dari ruangan Ronan. Widi masih berdiri di sana dan melihat Ronan kembali ke mode normal.

“Aku pusing, deh.” Ronan bersandar manja pada kursinya. “Dia itu kenapa, sih?”

“Ada masalah denganku kemarin.” Widi duduk di kursi depan meja Ronan.

“Apaan, tuh?” tanya Ronan sambil memperhatikan ujung kuku-kukunya. Ia berpikir harus ke salon kuku minggu ini. Kukunya mulai terlihat tidak cantik.

His Love 3 🌈Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang