BAB 1

217 31 36
                                    

Follow Instagram : @me_li805 atau @nonasenduu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Follow Instagram : @me_li805 atau @nonasenduu

Supaya kalian tau informasi, tentang kelanjutan hello future atau karya-karya lainnya dari aku.

✈️✈️

Langit yang membentang di atas sana, tampak begitu gelap. Hanya ada setitik cahaya dari bintang-bintang, yang bermunculan. Bahkan, tiang-tiang lampu yang bertengger di sepanjang jalan, kalah terang dari bintang.

Angin yang berembus begitu menyejukkan, membuat beberapa orang yang berlalu-lalang di trotoar jalan, terpaksa harus menggunakan jaket yang tebal dan juga syal untuk menghangatkan leher. Padahal belum tiba musim dingin, tetapi cuaca di negara Korea Selatan sudah meningkat, menimbulkan suhu udara di luar terasa lebih dingin; terlebih lagi ketika malam hari.

Embusan napas panjang dari seorang perempuan, telah menyusul angin yang menyelinap masuk melewati sela-sela jendela kamar. “Kapan skripsi ini selesai, ya, Allah. Setiap hari rasanya berat banget, harus berulang kali revisi tulisan yang itu-itu aja.”

Beribu keluhan, yang diiringi dengan kepala tertunduk pun kembali terlihat. Tidak ada satu malam, tanpa memandang layar monitor laptop. Dan, tidak ada satu hari pun, tanpa mempelajari kesalahan di setiap kata itu. Sudah lima puluh kali, lembaran kertas terbuang dengan sia-sia. Dan, sudah satu bulan penuh kelopak mata tidak tidur dengan semestinya, harus terjaga semalaman hanya untuk memperbaiki kesalahan; yang tidak diketahui keberadaannya.

CLEK!

Suara pintu yang terbuka, tetap tidak mengalihkan perasaan kacau yang sedang dirasakan—Lee Ji Eun saat ini. Kini, suara langkah kaki terdengar, bersamaan dengan napas yang terhela ringan. “Eun, masih belum kenyang sama tulisan-tulisan itu?” tanya seseorang sepertinya mendekat, lalu menyentuh bahu rapuh milik Lee Ji Eun.

Tidak ada pergerakan dari Lee Ji Eun, ia mengamati setiap tulisan di hadapannya, yang sudah tersusun rapi pada layar monitor itu. Kemudian, menggulirnya ke bawah, hingga ia menangkap sebuah gambar bangunan yang tampak berantakan. “Huh,” desis Lee Ji Eun membenturkan keningnya, pada layar monitor laptop.

Tawa renyah tiba-tiba mencuat, terdengar nyaring di telinga Lee Ji Eun. Sehingga, pandangannya menyisir ke arah samping, mendapati seorang perempuan yang berdiri tegak di sana. Dengan rambut hitam panjang yang bergelombang, dan menggunakan mini dress. “Kenapa ketawa?” tanya Lee Ji Eun, menatapnya sinis. Lalu, berdiri.

“Udah cukup, ya, aku ditertawakan sama dunia karena nggak bisa menyelesaikan skripsi, yang mudah seperti ini.”

“Kalo skripsinya mudah, kenapa nggak selesai-selesai? Harusnya, udah dari bulan lalu kamu menyelesaikan skripsi ini,” kata Park Jaehwa—perempuan, yang sejak tadi berdiri di samping Lee Ji Eun—setelah puas menertawakannya.

“Aku sampai bosan tahu, mendengar keluhan kamu setiap hari. Kapan selesai, kapan selesai,” lanjutnya.

Lee Ji Eun mengacak rambutnya kesal, ia berjalan ke arah tempat tidur, menjatuhkan tubuh dengan kelopak mata yang terpejam. Berkali-kali, embusan napas panjangnya mengudara bersama angin malam yang masuk ke kamar itu. Seketika, suasana menjadi hening.

HELLO FUTURE from 38.000ft [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang