"Badan gue lagi gak enak banget. Kayanya hari ini gue mau langsung pulang aja gak bisa ke rumah lo dulu nemuin Ellan. Gak papa, kan?"
Leo menelisik wajah Clora yang memang tampak letih. Tubuh cewek tersebut juga lemas. Leo menaruh punggung tangannya di dahi Clora.
"Sakit?"Sentuhan tangan Leo seakan membuat sengatan listrik pada Clora hingga membuatnya berjengit kaget dan reflek mejauhkan diri.
"Cuma butuh istirahat aja."
Leo mengangguk-ngangguk. Ia berdehem. "Yaudah gue anter lo pulang."
Leo berjalan lebih dulu menuju parkiran. Meninggalkan Clora yang masih berdiam di tempat memandang punggungnya yang kian menjauh.
Seharusnya Clora sadar diri. Tau tempatnya berada dan siapa dirinya. Bersama Leo sering membuat Clora melupakan posisi keduanya yang hanya sekedar teman, tidak lebih bagaikan pasangan.
Saat Clora sudah menaiki motornya dan motor melaju membelah jalanan ibu kota, Leo merasa ada yang aneh dalam perjalanannya kali ini.
Leo menunduk saat lampu merah menyala, melihat tubuhnya yang bebas tanpa adanya lilitan tangan.
Clora tidak memeluknya seperti biasa. Tangannya digunakan bertumpu pada kedua bahu tegap dihadapannya.Tidak ada protesan sama sekali. Saat lampu lalu lintas berubah hijau, Leo langsung melajukan motornya menuju apartemen Clora. Clora pula langsung pergi setelah mengucapkan terimakasih pada Leo yang tanpa sadar mencegah Leo yang ingin berbicara padanya.
—oOo—
Semburan air dibasuhkan pada wajahnya agar busa-busa sabun yang tertempel di wajah menghilang. Kedua mata Clora memandang dirinya di pantulan cermin. Menatap wajahnya yang tidak lagi sembab. Namun hidungnya yang memerah masih tampak jelas mendeteksi bahwasannya ia habis menangis.
Perasaan sesak itu masih menghampiri ruang lingkup hatinya.
Kilas balik perkataan Leo tadi mengingatkannya bahwa tidak ada yang salah dengan apa yang terlontar dari bibir cowok tersebut. Hanya Clora saja yang berharap lebih. Terlalu menaruh ekspetasi yang tinggi hingga akhirnya dijatuhkan oleh realita. Lalu timbul rasa kecewa.
Menarik napasnya dalam-dalam. Clora tak mau berlarut dalam kesedihan, akhirnya memilih melakukan kegiatan yang menyenangkan, seperti berbelanja.
Kedua matanya begitu fokus memilih barang yang akan dibeli. Ada banyak pilihan produk kecantikan yang ingin Clora coba. Ia kemudian mengambilnya dan dimasukkan ke dalam keranjang.
Kasir tampak ramai. Clora terpaksa mengantre seraya mengecek ponselnya yang baru saja berdering. Panggilan dari Alea membuat keningnya berkerut dan segera mengangkatnya.
"Clo, lo free gak?"
Tanpa kalimat sapaan, Alea langsung melontarkan kalimat tersebut.
"Kenapa, Ya?"
"Temenin gue nemuin Justin, plis..."
Clora menghela napas. Lupa bahwa jika Alea meneleponnya, tak jauh-jauh dari persoalan Justin. Temannya itu sering kali menghubungi hanya untuk ditemani jika bertemu sang pacar.
"Kemana?"
Tak sadar, bibir Alea sudah tersungging ke atas. Jika Clora sudah melontarkan kalimat tersebut maka kemungkinan besar ia akan menuruti permintaannya.
"Rumah Sakit tempat Jodi."
Telepon diakhiri sepihak setelah Clora bergumam menyetujui.
Ketika gilirannya melakukan transaksi, Clora maju ke depan lalu menyerahkan semua barang belanjaannya. Ia menatap mba-mba kasir yang melayaninya kini tanpa berkedip.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PROTECTOR LEO
Ficção AdolescenteClora Ellena Angellin, cewek cantik yang sudah berkali-kali diselamatkan oleh Leo, cowok pentolan anak SMA Ksatria yang menyelamatkannya ketika ia terjebak di tengah-tengah tawuran antar sekolah yang terjadi. Berkali-kali Clora bertemu dengan cowok...