Flashback (1)

1.3K 108 5
                                    

Naruto memandangi wajah pucat Sasuke, ia tak tau apa yang terjadi dengan pria itu. Namun keadaan Sasuke saat ini menjadi tanda tanya baginya, apakah selama ini Sasuke selalu sekarat seorang diri diluar desa.

"Sasuke.."

"Apakah dia kekasihmu, tuan?"

"Apa?! Aku dan si teme ini?! Aku masih normal!"

Chika terkekeh. "Maafkan aku jika menyinggung mu. Tapi kalian terlihat serasi, kau cocok menjadi ukenya."

Wajah Naruto seketika memerah, uke katanya? Sepertinya gadis itu meremehkannya, jika Naruto tidak normal, seumur hidupnya pun ia tak mau menjadi uke.

Sasuke lah yang harus menjadi uke, bukan dirinya. Saking tak terimanya Naruto berjalan keluar meninggalkan Chika yang memeriksa keadaan Sasuke saat ini.

"Eh? Apa aku salah mengatakannya?" tanya Chika bingung.

Sementara diluar, Naruto mengambil nafas dalam-dalam hendak menjernihkan pikirannya. Namun beberapa saat kemudian pria itu menyadari keadaan disekitarnya dan ia langsung menolah ke sekeliling.

Tersentak, disekitarnya dipenuhi oleh para pria yang berpasangan dan begitu mengumbar kemesraan, Naruto tak percaya dengan apa yang dilihatnya, ia pun memilih untuk kembali ke ruang Sasuke dirawat.

"Gila!"

"Ada apa, Naruto-san?"

"Diluar.. diluar...."

"Kenapa diluar?" tanya Chika semakin bingung.

"Tempat ini sepertinya gila."

"Kenapa?"

"Kenapa pasangan pria begitu terang-terangan mengumbar hubungan mereka?"

"Oh? Itu.. tentu saja, disini hubungan sesama jenis dilegalkan. Bukan hanya pria, tapi juga perempuan."

"Hah.. berapa lama aku harus menghadapi keadaan gila ini..?" tanya Naruto berseru frustasi.

"Jangan khawatir, kau mungkin akan mengalaminya juga."

Naruto mendelik. "Tidak akan, aku akan terus menjadi pria yang normal."

.

Salah, Naruto tak bisa terus menjaga dirinya karena pria di desa Hare terus saja mendekatinya, bahkan banyak yang menyentuhnya tanpa persetujuan pria itu. Hingga selama menjalankan misi, ia tak pernah tenang.

Dan selama itu pun Sasuke tak pernah sadar, sementara Naruto yang mulai terbiasa dengan tempatnya tinggal, pria itu memilih menghiraukan pria yang terus mendekatinya tanpa tau jika Naruto pria yang normal.

Hari-hari berganti, minggu dan bulan pun terlewati. Naruto terus terfokus menjalani misinya dan tak ada waktu baginya untuk bermain-main, bahkan ia tak sempat untuk berteman dengan orang-orang di desa Hare.

Lagipula Naruto tak tertarik dengan mereka semua karena diantara mereka tak ada yang normal dan selama menjalankan kehidupan yang monoton tanpa teman, perubahan Naruto perlahan terlihat.

Naruto tak lagi sama seperti dulu, pria itu menjadi lebih mengutamakan pekerjaannya dan tak sadar jika ia menjadi lebih berkomitmen dalam suatu hal.

Perubahan Naruto sendiri tak terlihat dikalangan penduduk desa Hare karena mereka sendiri tak tau siapa Naruto dan tentunya mereka semua menghargai bantuan dari pria itu sebagai shinobi Konoha.

Tentunya selama beberapa lama tinggal bersama dengan Naruto, semua penduduk desa Hare mulai memiliki pandangan yang berbeda pada shinobi yang memiliki chakra.

Hingga tiba dimana hari Sasuke sadar dari komanya, Naruto langsung berlari ke rumah sakit untuk melihat keadaan Sasuke dan akhirnya pria itu menemukan Sasuke yang duduk di atas ranjang pasien dengan menatap keluar jendela.

"Teme!"

"Naruto?"

"Hah.. akhirnya kau sadar juga," Naruto menyentuh keningnya merasa lega.

"Kau? Dimana kita?"

"Hee? Kau tidak tau?"

Sasuke mengangguk. "Terakhir kali aku bertarung dengan seseorang."

"Dia mengalahkanmu?"

"Tentu saja tidak, dobe. Aku mengalahkannya, tapi chakra ku habis saat pertarungan terakhir. Jadi... aku tak tau tempat terakhir aku berjalan untuk mencari penginapan."

"Begitu.."

"Tapi, kita dimana? Dan kenapa kau bisa ada disini juga?"

"Mungkin ini suatu kebetulan, kita di desa Hare. Aku sedang menjalankan misi ditempat ini, dan tepat hari kedatanganku aku malah melihatmu terkapar dipinggiran desa."

"Misi?"

"Lain kali aku akan menjelaskannya, tapi kau harus tau situasi di desa ini."

"Apa?" tanya Sasuke mengerutkan keningnya.

"Pertama-tama, kau harus makan dulu. Selama beberapa bulan kau tak sadarkan diri dan tentunya sekarang kau harus mengisi perutmu."

Sasuke mendengus, ia hanya bisa menuruti ucapan Naruto karena tak tau apa-apa. Sementara kini Naruto keluar untuk meminta makanan pada perawat dan tak lama kemudian Chika memasuki ruang Sasuke dirawat.

"Dimana Naruto?"

"Ah dia.. maaf sebelumnya, Naruto-san memintaku untuk membawakan mu makanan karena dia dipanggil untuk kembali bekerja."

"Bekerja?"

Chika mengangguk. "Makanlah dulu, setelahnya kau harus kembali beristirahat untuk pemulihan mu. Naruto-san berpesan agar kau tidak keluar dari rumah sakit selama seminggu penuh."

"Hn?"

"Turuti saja, Sasuke-san."

"Hn."

.

.

Setelah itu tak ada lagi interaksi diantara mereka, selama seminggu Sasuke sendirian di rumah sakit tanpa ada yang mengunjunginya. Sebenarnya ia berpikir jika Naruto akan datang setelah ia keluar dari rumah sakit atau sekedar mengunjunginya, namun ternyata Naruto terlalu sibuk.

Dan kini Sasuke berjalan mengelilingi desa, sedikit heran dengan keadaan disekitarnya. Orang-orang tampak aneh, terlebih dua pria yang berjalan didepannya dengan terlalu berdekatan tanpa adanya jarak diantara mereka.

Mata Sasuke melebar tatkala dua pria didepannya saling menggenggam tangan, menggelengkan kepalanya dan melirik kesamping, Sasuke mendapati siluet pirang di dalam kedai ramen.

Pria itu tidak sendirian, ia dikelilingi oleh beberapa pria dan membuat Sasuke menghampirinya. Mendengar derit tarikan kursi disampingnya, Naruto menoleh dengan terkejut.

"Tolong jangan terlalu dekat, aku sudah punya pa- car.. Sasuke?"

"Ramen satu porsi."

Naruto tersenyum. "Akhirnya kau telah pulih."

"Apa dia kekasihmu, Naruto?"

Sebuah kepala muncul dari belakang Naruto, pertanyaan itu membuat Sasuke tersentak. Sementara Naruto mendorong kepala sosok yang menanyainya.

"Aku normal! Kau saja dan kekasihmu yang tidak normal, Sasuke ini rival sekaligus sahabatku."

Satori menyeringai. "Yakin kalian ini normal?"

Yama terkekeh, pria itu menarik Satori untuk menghadap kearahnya dan tiba-tiba saja kedua pria itu berciuman didepan Naruto dan Sasuke membuat mata mereka membulat.

"Baka! Sudah ku katakan jangan berciuman didepan ku, sialan!"

Naruto memukul kepala Yama dan Satori bergantian, setelahnya Naruto melanjutkan makannya. Sementara Sasuke terdiam membatu ditempatnya karena masih terkejut dengan yang barusan terjadi.

"Ada apa, Sasuke? Kau menunggu ramen mu dingin?" tanya Naruto bingung.

Sasuke menggelengkan kepalanya dan memilih memakan ramen yang tersedia didepannya, berusaha menyingkirkan berbagai pertanyaan yang muncul dibenaknya.



.



.



.



TBC

Rahasia ~ Ninja Misterius{✓}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang