Chapter 22

16K 964 4
                                    

"Aku tidak menyangka hal itu sama sekali. Aku hanya pernah melihat orang memakai penyadap didalam film laga," cetus Lily memperhatikan benda berkerlap kerlip yang ada ditangan Theodore.

"Bukankah sebaiknya kau mematikan alat itu?" lontar Joanna menunjuk-nunjuk kearah benda itu. Theodore dengan cepat membuangnya ke lantai dan menginjak benda itu yang hancur dengan sekali hentakan kaki.

"Kamu tidak perlu terlalu memikirkannya. Focus saja dengan pemulihanmu," ucap Theodore seraya mendekat kearah Joanna.

Mata Joanna tiba-tiba menatap Theodore tajam, "Kau mengkhawatirkanku setelah menghilang berhari-hari?" Joanna mengucapkannya sambil menatap kearah jendela besar dan melihat langit mendung diatas kota itu.

Theo berdeham. Tangannya menggaruk belakang kepalanya dengan kikuk. Pertanyaan itu seperti tembakan tepat sasaran yang menancap daging perut Theodore hingga ia merasa mual.

"Aku tidak menghilang,hanya sibuk." Theo beralasan,berhasil mengeluarkan sikap dingin dibuat-buat yang kali ini membuat Joanna berdeham.

Keheningan menyudutkan mereka dalam posisi canggung yang tidak menyenangkan. Joanna tahu,bukan hanya Theodore yang bersikap menyebalkan diruangan ini. Dirinya juga. Dirinya berhutang penjelasan,bagaimanapun juga.

Mereka berdua diam tanpa sepatah kata,hingga kemudian Joanna memecah keheningan itu dengan sebuah pertanyaan,

"Apa tidak ada yang ingin kau tanyakan padaku,Theodore?"

Theodore memandangnya selama beberapa saat,kemudian membawa dirinya duduk kembali disampingnya.

"Apa kau mau menceritakannya?" tanya Theodore lembut tanpa nada paksaan.

Lily memandang Joanna dan Theodore yang tampak sangat serius dengan pembicaraan mereka dengan enggan. Sepertinya ia harus keluar,selain karena ia tidak ingin mengganggu keduanya, keberadaannya juga sepertinya sudah dilupakan oleh mereka berdua.

Lily menutup pintu dengan perlahan saat seseorang muncul dari belakang dan mengejutkan Lily.

"Ya Tuhan! Kau mengagetkanku," teriak Lily. Tristan terkekeh saat melihat reaksi Lily.

"Akhirnya aku menemukanmu disini, kenapa kamu menghindariku?" tanya Tristan melangkah perlahan mendekati Lily hingga ia terpojok dipintu kamar yang ada dibelakangnya.

"Siapa bilang aku menghindar? Aku sibuk. Kau pikir aku hanya bermain-main sepertimu apa?" ketus Lily mengalihkan pandangan matanya.

"Kau harus membayar hutangmu lady, bukankah kita sudah sepakat?" tukas Tristan membungkuk tajam.

Lily menelan ludah saat tubuh Tristan menjadi terlalu dekat dengannya. Tubuh pria itu berkeringat,mengeluarkan semerbak keharumann khas yang mewah. Lily memberanikan memandang mata Tristan yang tampak memerah dan sembab.

Apa dia habis menangis?

Lily mengenyahkan empati yang mengganggu nuraninya dan meringkuk untuk menghindari kungkungan pria jangkung didepannya.

Tristan menunduk,memandang Lily,ada senyuman kecil tersungging diujung bibir Tristan. "Kamu ngapain begitu?" tanya Tristan menahan tawa.

"Lupakan saja kesepakatan itu. Soal hutang karena merusak kemeja mahalmu pasti akan aku bayar. Tenang saja ," sergah Lily tiba-tiba.

"Aku gak butuh uangmu dan kesepakatannya bukan tentang uang," balas Tristan sambil menyilangkan kedua tangan didadanya.

Lily mendadak berdiri,membuat Tristan mengerjap kaget.

"Don't care," ketus Lily yang langsung berbalik menjauhi Tristan.

Tristan menyeringai,berjalan cepat menyusul Lily, dia meraih tangan gadis itu lalu menariknya hingga langkahnya terhenti.

ONCE UPON NO TIME [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang