WARNING! Chapter ini mengandung gambar-gambar vulgar yang mungkin saja membuat pembaca tidak nyaman.
Dari kejauhan, zin melihat hyungseok sedang mengobrol dengan seseorang. Kekasihnya itu tertawa begitu manis, tak sadar telah membuat laki laki yang diajaknya mengobrol itu jatuh cinta.
Kotak susu digenggaman tangannya, zin remas hingga isinya berceceran ke lantai. Melangkah menuju hyungseok penuh dengan emosi, zin mengepalkan tinjunya bersiap untuk...
Membuang sampah bekas susunya pada tempat sampah yang berada di dekat hyungseok dan laki laki itu.
"Zin," panggil hyungseok, tersenyum senang pada zin yang malah melengos menuju kelas
"Huh? Dia kenapa?"
Menatap heran zin, hyungseok lalu berpamitan pada laki laki yang diajaknya mengobrol. Menyusul zin ke kelas karena merasa jika ada yang tak beres dengan kekasihnya itu.
Mendapati zin yang seperti biasa─tidur di bangku, hyungseok hanya menghela nafas. Mengelus pelan rambut zin, hyungseok sedikit terkejut saat zin yang dikiranya tidur, menepis pelan tangannya.
"Ck, jangan mengelus rambut. Aku tidak suka,"
Tatapan tak suka, zin layangkan pada hyungseok yang hanya tersenyum.
"Maaf, apa aku mengganggumu?"
"Sangat. Pergilah," ketus zin, kembali menelungkupkan wajahnya dalam lipatan tangan di atas meja. Bersiap menuju alam mimpi.
"Jangan cemburu ya, aku dan hobin tadi hanya mengobrol saja"
Meluruskan kesalahpahaman, hyungseok duduk di bangku depan zin. Menopang wajah dengan satu tangan, sedang satu tangan lainnya menjahili zin yang tengah tertidur.
"Aku tidak cemburu," menangkap tangan jahil hyungseok, zin menatap tajam hyungseok "jadi diamlah,"
"Hahaha, iya iyaa. Aku diam, mimpi indah ya pangeran"
"Ck, park hyungseok!"
Menatap bangku kosong dengan sendu, zin seharian ini tidak fokus mendengarkan pelajaran yang dijelaskan guru. Pikirannya hanya tertuju pada hyungseok yang hari ini tidak sekolah sebab sakit.