Laju, Malioboro

1 1 0
                                    

Satu tempat yang tersimpan khusus dalam deretan serpihan ingatan yang aku sengaja simpan di rak paling istimewa. Tempat ini, Laju Malioboro.

Ingatkah kamu sewaktu kamu pertama kali membawaku kemari? Di tempat ini, malam itu, di bawah pancaran sinar rembulan yang memancarkan sinar anggunnya. Di balik pagar besi berwarna senada dengan langit saat itu, tepat di pinggir rel kereta api dekat stasiun Laju. Indah sekali suasana di sana, ditemani dengan secangkir minuman sepahit kehilangan yang kita pesan, kopi.

Rasanya lucu sekali, ya, karena kebanyakan orang menikmati kopi yang diseduh dengan air panas, tetapi lain halnya dengan kita yang selalu memesan varian dingin dengan es batu di tengah dinginnya semilir angin malam.

Aku menyukai tempat ini, sangat. Terima kasih karena telah mengenalkan tempat paling nyaman di Jogja. Oh, dan apa kamu ingat? Untuk pertama kalinya juga kita bertengkar di sini. Entah dapat disebut sebagai pertengkaran atau bukan, karena tiada adu argumen di antara kita. Tapi, hei, lucunya saat itu kamu menangis karena merasa bersalah kepadaku. Masih terekam jelas bagaimana raut wajahmu yang sendu dengan air mata yang malu-malu untuk terjun.

Aku bertanya-tanya bagaimana bisa hati seorang laki-laki selembut itu? Sempat aku dibuat tercengang dengan beberapa tingkah menggemaskanmu, ibu kamu beruntung ya, memiliki anak laki-laki sebaik dirimu.

Aku pun merasa beruntung karena dapat menjalin hubungan yang sedekat ini dengan mu. Beruntungnya aku dimiliki kamu, terkadang ucap syukur aku panjatkan kepada Tuhan yang telah menghadirkan sesosok malaikat tanpa sayap ke dalam hidupku.

Hai, kamu, tetap seperti ini ya? Aku bahagia.

Aku Dan Kamu Di JogjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang