Dua jam berlalu sejak kekacauan yang dibuatnya, saat ini Haven terbaring diam di atas kasur. Kedua pipinya bertabur bedak dengan rambut lembut yang sudah disisir rapi. Tangannya memegang boneka. Haven sedang membayangkan wujud Mika dalam boneka cantik itu. Gue termasuk korban santet, kan? Wujud bayi begini, apa lagi kalo bukan santet? batinnya.
Haven menggembungkan pipi. Ia sadar telah menghabiskan banyak waktu di rumah daripada mencari Mika. Namun, ia sendiri pun tidak bisa pergi keluar karena tubuhnya tidak mampu, apalagi di luar sana ada beraneka macam ancaman untuk bayi tampan.
"Qilla!"
Seruan dari luar mengurungkan niat Haven untuk tidur. Tubuhnya berguling menuruni kasur tipis. Haven merangkak mendekati jendela, mencoba melihat sumber suara meski tinggi tubuh tidak mendukung. Kakinya berjinjit ketika melihat postur seorang gadis. "Ika," gumamnya.
Selang beberapa detik setelah memanggil, orang yang dicari keluar. Mika melempar senyum dan memeluk temannya. "Lo udah baikan? Apa masih sakit? Duduk, duduk," celoteh Mika sembari menuntun Aqilla duduk di teras.
"Gue bawa buah, dimakan ya. Hari gue nggak enak banget nggak ada lo."
Aqilla menoleh. "Nggak enak kenapa?" tanyanya.
Helaan napas terdengar dari Mika. Tangan kirinya mengusap lutut yang diperban. "Pagi tadi gue dikejar Farel, terus jatuh, terus gue lupa ngerjain pr terus disuruh ngepel kamar mandi. Nggak enak banget!"
"Btw, ada tugas bahasa Inggris. Ngerjain bareng yuk! Gue ngang-ngong ngang-ngong kalo ngerjain sendiri. Plis," imbuh Mika sembari memeluk lengan Aqilla. Di posisinya, Mika menyadari seseorang memperhatikan mereka. Ia menoleh sedikit. Ketemulah sebuah kepala kecil dari balik jendela.
Sekarang lo tau, 'kan, rasanya butuh bantuan. Dulu, sok nggak butuh bantuan. Huh, makan tuh karma! batin Mika.
"Iya deh. Yuk masuk, gue buatin teh."
Tubuh Haven jatuh terduduk. Tidak cukup sakit sebab ada popok sebagai alas. Wajahnya berpaling ke pintu. Di luar sana ada orang yang dapat membatalkan kutukannya. Haven bersiap merangkak. Namun, kemudian ia menyadari bahwa tidak perlu merepotkan diri sendiri, karena ada Aqilla.
"Ila!"
Langkah Aqilla menuju dapur terhenti. Sejenak ia mengingat sudah menidurkan Irfan. Aqilla menggeleng, menganggap tadi hanyalah salah dengar.
"Ila!"
Teriakan kedua terdengar. Kali ini, Aqilla pergi menyambangi kamar si bayi. Setelah membuka pintu, gadis itu mendapati senyum manis disertai rentangan tangan.
"Irfan nggak jadi ngantuk?" tanya Aqilla sembari menggendong Haven.
"Ana!" perintah Haven dengan tangan menunjuk pintu.
Aqilla melangkah keluar kamar. Sementara itu, Haven tersenyum lebar hingga gigi susunya tampak. Mereka mengarah ke ruang tamu. Pada waktu itu juga, senyum Haven luntur.
"Wah, gemoy banget! Adeknya Qilla?"
"Gembul! Jadi pengen gendong."
Haven ternganga. Ia berkedip cepat beberapa kali, memastikan bahwa tiga gadis itu bukan para mantan. Meski begitu, Mika, Adel, Karina, dan Chelsea duduk di kursi. Haven tergesa-gesa menunjuk kembali ke kamar.
"Mau ke mana, Bayi Gemoy? Main sama Kakak yuk. Kakak ada permen." Adel berdiri dan menawarkan sepotong permen karamel.
"Ndak au!" tolak Haven dengan cepat. Tangannya menunjuk-nunjuk ke belakang.
"Main sama Kakak yuk. Nanti tak kasih permen yang banyak," tawar Adel lagi.
🌱🌱🌱
"Oh, jadi Irfan anak hilang."
"Kasihan, masih piyik padahal."
Adel mengangguk atas percakapan antara Karina dan Chelsea. Gadis itu memandang ke bawah, lalu memungut kertas bungkus permen. "Permennya enak?" tanyanya kepada bayi di pangkuannya.
Sedikit malas, Haven mengangguk. Kedua tangannya kembali memasukkan permen ke mulut, kemudian menggigitnya.
"Qilla nemu Irfan di belakang mal, kan? Kalo gitu kita ke sana, barangkali ada jejak," cetus Karina.
"Aku udah pernah ke sana. Nggak ada apa-apa. Mau cek lewat CCTV, nggak bisa," sahut Aqilla disertai kedatangannya membawa teh.
Chelsea menatap lekat bayi di sebelahnya. Melihat bentuk mata, hidung, dan pipi, ia merasa seperti melihat seseorang dalam wujud Irfan. Tangannya menopang dagu, wajahnya maju hingga berdekatan dengan Haven. "Haish, bayi sultan. Makan permen aja nggak berantakan," komentarnya.
Adel menangkup wajah Haven. "Kalo dilihat sekilas mirip mantan, tapi wujud bayi," ucapnya.
"Jangan-jangan anaknya Haven." Chelsea menutup mulutnya sendiri. Matanya memandang empat orang di hadapannya. Akibat ucapannya, tercipta keheningan selama beberapa waktu.
Di sisi lain, Mika terlihat fokus bermain ponsel. Diam-diam ia tersenyum miring. Bila dugaan Chelsea berkembang, maka nama Haven sudah pasti buruk. Mika rasa itu adalah balasan yang setimpal.
"Ndak! Ndak! Utan! Tan!" Haven berteriak gelisah. Tangannya melambai-lambai.
"Kenapa, Irfan? Papanya Irfan, namanya Haven, ya?" Mika menyahut.
Haven melempar permen sembarang. "Tan, bok! Papa ndak pen. Hiks, hiks …."
Dilanda rasa cemas, Haven frustrasi. Sesenggukan keluar dari mulutnya. Ia menjambak rambut. Pandangannya jatuh ke Mika. "Ika! Ika!" panggilnya dan berusaha menghampiri. Sayang, kakinya kebas sehingga ia jatuh.
"Ika!"
Di sudut, Mika memasang senyum remeh. Kedua tangannya terlipat di dada. Bayi laki-laki yang memohon itu, membuat hatinya iba. Namun, bayi itu adalah Haven. Jadi, mengapa perlu merasa kasihan? Mika tertawa pelan.
Wajah Haven mendongak. Tangannya mengepal mengetahui Mika sedang meremehkan dirinya. Ia menggertakkan gigi. Oh, jadi lo mau gue dituduh punya anak. Huh, gue juga bisa.
"Ma, ma."
"Ma."
"Mama."
Ekspresi Mika berubah drastis. Kulit wajahnya memucat. Bayi yang merangkak mengarah padanya, menimbulkan perasaan gelisah. Mika berdiri, lalu menjauh. Kakinya berlalu ke sisi kursi yang lain. Namun, dirinya justru terjebak.
Mata tajam Mika menatap Haven. Orang yang ditatap, tidak mau kalah. Haven melayangkan senyum lebar. Tangannya menggapai udara.
"Mama!"
Mika : Haven a**ing🤬
Haven : Mama!
Author : Mama udah ketemu. Sekarang, Papa kamu siapa, Nak?
Haven : 😠😠🍬💨
Author : Bayi Galak.
Mika : Berhenti manggil! Berhenti!
Haven : Mama!
Aqilla : Mika mamanya Irfan? Kok bisa?
Chelsea : Iya, begitulah kehidupan remaja masa kini😞😞
KAMU SEDANG MEMBACA
The Prince's Curse
Teen FictionHati-hati dengan hati wanita. Karena jika menyakitinya, kamu bisa jadi bayi. * * * Diberkati dengan paras rupawan serta tubuh proporsional, Haven sangat memanfaatkan kelebihannya. Remaja jangkung itu memikat banyak perempuan kemudian mencampakkan me...