Chapter 6; Kalung

131 16 1
                                    

Holaaa~'

Tiga ribu kata sebagai permintaan maaf karena telah menghilang😣

Ke depannya pun sepertinya akan sulit karena kegiatan perkuliahan sudah dimulai. Fighting!

Selamat membaca🤍

.

.

.

.

.

.

Secara natural, Jisung mulai terbiasa dengan keberadaan Renjun di sampingnya. Berawal dari perjanjian mereka untuk berlatih sihir sepulang sekolah di UKS, keduanya semakin dekat dengan latihan tambahan pada malam hari. Renjun akan menjemputnya menggunakan sepeda dan Jisung akan berada di belakangnya, sama mengayuh kendaraan roda dua menuju taman kota. Di bawah selimut langit hitam, pendar-pendar cahaya pun muncul.

Chenle pernah memergokinya tengah berbincang bersama Renjun di lorong. Pria itu tidak melakukan apa pun melainkan langsung bertanya pada Jisung sesampainya sang empu di kelas. Matanya hampir memicing curiga.

“Nanti Aku akan menjelaskan semuanya, Chenle. Aku berjanji,” kata Jisung.

Akan tetapi, sang teman memilih berterus terang. “Tapi pria bernama Renjun itu mencurigakan, tahu.”

Mata Jisung langsung melirik keadaan sekitar sebelum mencondongkan tubuh untuk berbisik pada Chenle. “Ini tentang sihir. Dia telah banyak membantuku.”

Mendengar hal tersebut, napas Chenle spontan terkesiap. Ia kemudian ikut berbisik, “Apa dia penyihir sepertimu?”

Meski Renjun pernah mengatakan padanya untuk menyembunyikan kebenaran, Jisung tidak keberatan sama sekali ketika ia harus memberikan kepercayaannya pada Chenle. Jisung lantas mengangguk sembari memberikan satu kedipan jenaka. Demikian Chenle langsung mengerti dan mengangguk, kedua tangannya terangkat untuk memberikan jempol.

Got your time, Jisung,” ujarnya tulus.

Ketika waktu berputar dan jam dinding sudah menunjukkan waktu pulang sekolah, dering bel akhirnya berbunyi. Jisung menggaet tasnya lalu memberikan Chenle rangkulan singkat sebelum menghilang dari balik pintu. Hari ini ia akan kembali berlatih sihir bersama Renjun, dan mereka sepakat untuk melakukannya di perpustakaan.

Renjun sendiri adalah anak yang populer, tetapi dengan arti yang berbeda dengan Jeno. Pria itu akrab dengan para guru, petugas UKS, penjaga perpustakaan, sampai pekerja kebun. Itulah mengapa akses-akses tertentu Renjun dapatkan dengan mudah, seperti saat ini, ia diizinkan untuk menggunakan perpustakaan sampai malam.

Saat Jisung tiba, Renjun sudah duduk di salah satu meja. Kacamatanya melorot dari pangkal hidung karena terlalu fokus membaca buku.

“Hi, Renjun.” Jisung menyapanya.

Fokus sang empu pun teralihkan. Renjun kemudian tersenyum pada Jisung yang kini tengah melepaskan kemejanya, menyisakan kaos putih polos. Tangannya melipat ujung buku sebagai penanda halaman lalu menyimpan bacaan tersebut di dalam tas yang teronggok di atas meja. Jisung ikut menaruh tasnya dan menumpuk kain sebelum duduk di samping Renjun; menghadap pria itu.

“Bagaimana sihirmu?” Renjun tampak santai membuka topik. Bukan tanpa alasan, tetapi situasi di perpustakaan sendiri memang sepi. Penjaga perpustakaan sendiri tengah mendengarkan musik menggunakan penyumbat telinga. Jadi, mereka aman.

ALPHA - Park JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang