Kata Terakhir

921 7 0
                                    


"Bali yuk!"

Salah satu temen kantor gue mencetuskan ajakan itu. Gue dan temen-temen gue yang lain langsung mengiyakan, dan akhir pekan ini kami semua berangkat ke Bali. Nama gue Alvaro, biasa di panggil Alva, kecuali... ah, udahlah! Kenapa gue inget-inget dia terus?!

Pesawat yang kami tumpangi mendarat di Bandar Udara Internasional Ngurah Rai, Bali. Waktu kini menunjukkan pukul 13.00 WITA, satu jam lebih cepat dari Jakarta. Gue dan temen-temen kantor gue langsung makan di salah satu restaurant cepat saji di Bandara sambil menunggu pegawai rental mobil sampai untuk memberikan kunci mobil.

Gue dan temen-temen kantor gue yang ikut kesini bersembilan, empat orang cowok dan lima orang cewek, tapi gue janjian sama cewek gue, yang kebetulan lagi dinas luar di Bali, jadi total kami bersepuluh.

Setelah mengisi perut, dan pegawai rental datang untuk memberikan kunci mobil, kami bersama-sama menuju villa yang terletak di daerah Gianyar.

Gue gak ngerti kenapa mereka iya-iya aja waktu gue rekomendasiin villa di daerah Gianyar. Padahal biasanya orang-orang pasti akan lebih suka ke daerah Kuta atau Nusa Dua.

"Serius nih, Al, belok sini? Jalannya sempit gini?" tanya Rio yang duduk di sebelah gue.

"Iyee, bawel!"

"Lu tau ada villa masuk plosok gini darimana sih?"

Gue hanya terdiam, tanpa sadar bibir gue tersenyum. Terngingat masa lalu.

"Ay, serius belok sini? Gak nyasar?" tanya gue tidak yakin pada perempuan di sebelah gue, Ailin namanya. Panggilannya Ay.

Waktu itu gue dan Ailin yang baru saja lulus SMA memutuskan untuk ke Bali bersama teman-teman satu geng. Kami sahabatan bertujuh, dari kelas 1 SMA.

Ailin tersenyum, "Engga, Var, bener disini kok! Kata si peta begitu soalnya." jawab sekenanya.

Dan benar saja, setelah jalan sempit hanya muat satu mobil, kita memasuki pelataran luas. Sebuah villa nyaman, jauh dari peradaban, lengkap dengan restaurant cozy dan kekinian.

Benar saja, ekspresi temen-temen gue saat ini persis dengan yang gue rasakan waktu itu.

Setelah selesai parkir, gue melakukan check in di resepsionis dan kami semua di antar ke salah satu villa.

Gue mensejajarkan jalan gue di samping Tasya, pacar gue yang langsung gue jemput sebelum kesini.

"Suasananya enak banget, Al, untung aku ikut kesini." ucapnya.

Gue tersenyum sambil mengelus puncak kepalanya lembut. "Oh iya, gimana sosialisasinya? Lancar?" tanya gue membuka obrolan.

"Wah, lumayan seru! Soalnya audiencenya antusias semua, jadi aku ngasih materi ada timbal baliknya dari mereka. Seksi acaranya juga ramah-ramah."

"Bagus dong!"

Sebelum masuk ke villa, Tasya sempat melirik ke salah sebuah arah, sebuah rumput luas dengan banyak batu tinggi disana.

"Itu apa, Al?"

"Disitu kan restaurant. Namanya Standing Stone. Konsepnya ya batu berdiri gitu. Makanannya juga enak-enak kok! Dulu sih aku makan disitu sistemnya per voucer. Nanti kita coba ya."

"Oke!"

Tempat ini gak berubah. Tetap masih seperti dulu waktu gue kesini. Villanya juga masih tetap bersih.

Sore itu, Tasya menagih janji gue untuk mencoba restaurant. Dia antusias banget karena banyak spot foto bagus, dan seperti biasa, gue satu-satunya photographer andalannya wajib fotoin dia di tempat yang dia mau.

Kumpulan Cerita PendekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang