21. DIMAAFKAN?

25 2 0
                                    

[JANGAN LUPA VOTE]


Setelah berpikir selama semalaman, Kaisan sebenarnya sudah menyiapkan rencana untuk meminta maaf kepada Kaluna di sekolah. Ia berencana untuk menemui gadis itu secara langsung, mengajak berbicara baik-baik dari mata ke mata lalu mengucapkan permintaan maaf. Jadi, beban hatinya cepat pergi.

Tapi rupanya rencana itu tidak terealisasi dengan mudah, karena hari ini Kaisan tak melihat Kaluna. Entah kemana gadis itu seperti tak ada di sekolah seharian. Padahal Kaisan sudah dua kali sengaja melewati kelas Kaluna, sesekali mencuri pandang ke dalam kelas, tapi ia juga tak menemukan gadis itu. Bahkan ketika pulang ia juga mengecek apakah Kaluna keluar kelas atau tidak, tapi lagi dan lagi hasilnya nihil.

Kaisan menghampiri seseorang yang terakhir keluar dari kelas Kaluna, meninggalkan sahabatnya yang lain di lorong sekolah. Ia berhenti tepat di depan siswa itu. 

"Kaluna hari ini kemana?"

Siswa itu tampak terdiam sesaat, seolah kaget dengan pertanyaan Kaisan. 

"Gue nanya, lo jawab!"

"Gak masuk. Tadi ada surat yang di antar security, katanya Kaluna sakit." 

"Surat dokter?" Tanya Kaisan penasaran.

"Bukan, surat tulisan tangan sendiri, kebetulan gue yang recap absen."

Kaisan mengangguk. "Thanks."

Atas percakapan itu, sahabat Kaisan yaang lain mendengarnya dengan cukup jelas karena posisi Kaisan tidak jauh dari mereka. Diam sambil bertukar pandang satu sama lain dengan senyu di bibir mereka masing-masing, itulah respon yang mereka beri.

"Rumah atau markas?" Tanya Kaisan yang sudah bergabung lagi bersama kelima sahabatnya.

"Ayo nugas di markas." Ajak Lamuel dengan cepat sebelum sahabatnya yang lain menjawab pertanyaan Kaisan.

Bragy menoleh, sedikit terkejut. "Tugas apa Lam?Gue lupa."

"Matematika minat, deadline besok."

"Kan besok sabtu, gak sekolah." Timpal Bragy lagi.

"Iya...tapi besok dikumpulin online dulu, baru dibahas nanti." Ucap Lamuel.

Bragy terkejut mendengar informasi dari Lamuel. Ia menoleh ke arah Sagara. "Sag, lo pasti udah kan?Nyontek ya."

"Gak, nanti kita kerjain bareng. Per-orang dapat lima soal, karena soalnya ada tiga puluh." Ucap Kaisan.

"Hadeh gue gak bisa matematika" Ucap Lamuel mengeluh.

"Gak peduli, kasihan Sagara kalau cuma dia yang mikir. Otak kalian juga harus digunain buat hitung-hitungan." Sahut Kaisan. Memang selama ini hanya Kaisan dan Sheo, yang tidak bergantung pada jeniusnya otak Sagara di mata pelajaran matematika. Walaupun tidak terlalu jago.

Sagara yang mendengar itu, tersenyum bangga. "Dengerin tuh bos kalian bilang apa."

Reaksi itu berbanding terbalik dengan Catra yang memasang wajah putus asa karena nanti harus berperang untuk mengerjakan soal matematika yang sangat dibencinya.

"Jam berapa nanti?" Tanya Sheo.

"Jam lima?"

"Oke Kas, jam lima aja ya."

"Oke." Jawab Catra. Kelima dari mereka menyetujui saran waktu yang tepat dari Kaisan untuk mengerjakan tugas bersama.

Para anggota inti Raksi, sudah pulang sendiri-sendiri. Kaisan memiliki arah tujuan yang berbeda kali ini. Bukan rumah, bukan markas, juga bukan apartemen. Tujuannya adalah rumah Kaluna. Ia tidak betah jika terus menerus merasa bersalah karena kejadian kemarin. Apalagi Kaluna tidak masuk hari ini, membuatnya malah berpikir yang tidak-tidak. Membuatnya berpikir bahwa penyebab Kaluna tidak masuk hari ini masih berkaitan dengan tangis gadis itu yang kemarin tidak tertahankan.

KAISAN ; s e r a p h i cTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang