Kau Anggap Apa

740 84 14
                                    

genben


Sudah setengah jam Jisoo duduk di atas motornya. Menunduk, memikirkan, apakah langkah yang diambilnya benar atau salah kali ini. Banyak hal yang harus dipertimbangkan, semakin dipikirkan semakin dia meragu.

Jisoo melepas helm dan menoleh ke samping ke arah sebuah rumah. Ingatannya kembali berputar saat pertama kali ke rumah itu. Betapa cemas dirinya saat menemui kedua orangtua sang pacar secara resmi untuk meminta restu.

"Kamu grogi ya?"

"Banget"

"Gak usah grogi gitu, sayang. Kedua orangtuaku baik kok. Bahkan ibuku gak sabar pengen ketemu sama kamu. Aku bakal selalu berada di sampingmu, apapun yang akan terjadi. Kamu tenang aja ya."

Dan kini dia datang untuk mengakhiri hubungan pernikahan yang sudah terjalin 5 tahun yang lalu.

Sudah 3 bulan sejak istrinya, Jennie, pergi dari rumah mereka. Pertengkaran demi pertengkaran terjadi 2 tahun belakangan, membuat hubungan yang awalnya harmonis itu berubah menjadi miris.

Hanya butuh 1 tahun kenalan dan 1 tahun pacaran, Jennie dan Jisoo memutuskan untuk menikah.

Kehidupan di awal pernikahan mereka begitu bahagia, dunia berasa milik berdua, dan tidak terasa usia pernikahan mereka sudah 1 tahun lamanya. Namun bagi orang lain, ada yang kurang di keluarga kecil itu, kehadiran seorang anak. Tentu Jennie dan Jisoo juga mengharapkan kehadiran sosok mungil diantara mereka, tapi mereka berdua percaya segala sesuatu itu sudah ada yang mengatur.

Semakin hari semakin banyak orang bertanya dengan pertanyaan yang sama, terlebih dari keluarga Jennie. Mereka menyarankan untuk pasangan suami istri itu, memeriksanya ke dokter.

Dengan begitulah mereka tahu bahwa Jisoo menderita oligospermia, salah satu kelainan sperma yang dapat mempengaruhi kesuburan. Dimana jumlah sel sperma kurang dari 20 juta/ml (normal) yang keluar saat sekali ejakukasi. Dari hasil pemeriksaan, sel sprema yang Jisoo hasilkan berada di rentang 8-10 juta/ml dan itu termasuk oligospermia ringan. Kemudian Jisoo melakukan pengobatan, dari minum suplemen, terapi akupuntur dan ketat menjaga kesehatan tubuhnya. Selama pengobatan, Jennie selalu mendampingi Jisoo. Pergi terapi bersama, mengingatkan minum suplemen dan selalu menyediakan makanan bergizi yang mengandung zinc yang tinggi. Hingga dokter menyatakan Jisoo sembuh dari kelainan yang dideritanya itu.

Namun menginjak usia pernikahan yang ke 3 tahun, mereka belum juga berhasil mempunyai keturunan.

Itu tidak masalah bagi Jennie dan Jisoo. Anak itu titipan Tuhan. Jika mereka belum juga berhasil, berarti Tuhan belum percaya kepada mereka. Yang mesti dilakukan adalah lebih keras berusaha dan berdoa. Jika gagal, coba lagi. Jika gagal lagi, coba sekali lagi. Bagaimana jika gagal lagi? Tuhan itu pasti punya rencana, pasangan suami istri itu percaya. Dan kesabaran adalah kunci utamanya.

Tapi berbeda dengan keluarga Jennie, mereka mendesak pasangan suami istri itu untuk segera mempunyai keturunan. Setiap ada kesempatan mereka selalu menanyakan, menekan, bahkan menyudutkan Jisoo yang tidak becus sebagai suami. Dan selalu mengungkit kelainan yang diderita lelaki itu penyebab mereka belum juga diberi anak, terlebih ibu Jennie. Mertua Jisoo itu menyuruh mereka melakukan program bayi tabung, jika tidak berhasil juga dengan cara yang alami. Setelah banyak pertimbangan, Jennie dan Jisoo setuju dengan hal itu.

Program bayi tabung pertama dan kedua gagal. Jisoo mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk itu. Hingga dia menjual mobil ayahnya yang sudah meninggal dunia. Tabungan lelaki itu semakin menipis, tapi yang diharapkan belum juga terwujud.

Kehidupan rumah tangga Jennie dan Jisoo masih baik-baik saja selama itu. Mereka masih bahagia, mereka masih menikmati hidup berdua, hingga ibu Jennie kembali menyarankan untuk program bayi tabung yang ketiga.

Songs From The Heart (Jensoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang