Hari sayembara yang digelar Wanajati akhirnya tiba. Banyak pangeran muda ataupun putra adipati yang masih lajang dari berbagai kadhaton datang untuk berpartisipasi.
Respati jelas berpartisipasi. Ia mempersiapkan dirinya dengan baik, dengan rutin latihan dan menjaga kebugaran tubuhnya. Ia datang untuk memenangkan hati Adaninggar. Dan bukannya terlalu percaya diri, Respati juga merasa Adaninggar menyukainya.
Banyak peserta yang diantar oleh keluarga. Termasuk Respati yang berangkat bersama Taranggana. Ibunya tidak bisa ikut menemani, karena tidak ingin meninggalkan Indurasmi. Belum waktunya adik kecilnya itu diajak keluar melihat sayembara.
"Doakan Respati agar bisa menaklukkan sayembara ini, Ayah." Sebelum berkumpul dengan para peserta lain, Respati meminta doa restu terlebih dahulu.
"Tentu saja, Nak. Doa kami selalu menyertaimu."
Sayembaranya tidak sulit, tapi jelas tidak mudah. Para peserta harus mencari kotak berisikan sepasang cincin yang disembunyikan di area Kadhaton Wanajati yang dikelilingi hutan jati. Mereka akan menjelajahi hutan jati menggunakan kuda. Sepasang cincin itu akan menjadi cincin pernikahan Adaninggar dan pangeran yang berhasil memenangkan sayembara.
***
Wulandari sudah mendengar kabar kakaknya berpartisipasi dalam sayembara yang diadakan Wanajati. Ia sudah menduganya, Respati tentu tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu. Jadilah sekarang ia tertawa geli membayangkan wajah salah tingkah kakaknya ketika memandang Adaninggar.
"Hari ini Wanajati mengadakan sayembara, ya?"
"Betul. Kangmas Respati menjadi salah satu pesertanya. Aku harap ia bisa memenangkannya."
"Kangmas pasti menang, Dinda. Ia memiliki kemampuan mumpuni."
"Haha... tapi waktu itu Kangmas kalah memanah darimu, Kanda."
"Kalau itu sepertinya aku yang sedang beruntung, karena sudah lama tidak memegang busur panah."
"Walaupun begitu, kau kan sering memainkan ketapel. Ketapel adalah versi sederhana busur panah. Jadi kemampuan memanahmu tidak bisa diremehkan."
"Termasuk dalam memanah hatimu?"
Pipi Wulandari kembali merona. Rayuan Prabaswara memang bisa meluncur sewaktu-waktu yang membuatnya terkadang tidak siap.
"Sudah berkali-kali aku mencoba memanah hatimu. Aku tidak tahu apakah anak panahku sudah tiba pada tujuannya atau belum," lanjut Prabaswara.
"Mulai lagi rayuannya."
"Berbicara tentang Wanajati, aku jadi ingat kau mencemburuiku yang sempat terpesona pada Putri Adaninggar."
Hmm... kenapa harus diungkit lagi? Wulandari menggerutu dalam hati.
"Kuakui Putri Adaninggar memang cantik. Pangeran mana yang tak terpesona padanya."
Wulandari memalingkan wajah. Ia malas mengungkit pembicaraan pada pernikahan Pramudhana dan Parahita, di mana Prabaswara sempat tersihir pesona Adaninggar.
"Bagaimanapun tidak ada yang menggantikan posisimu, Dinda. Karena kau sudah ditakdirkan menjadi istriku." Prabaswara tiba-tiba menangkupkan tangannya pada pipi Wulandari.
"Seperti yang kuucapkan setelah kita menikah. Meskipun aku memiliki banyak kekurangan, aku akan mencoba menjadi suami yang baik untukmu."
"Aku juga akan menjadi istri yang baik untukmu, Kanda."
"Ya. Mari kita saling belajar dan melengkapi." Prabaswara menatap lembut Wulandari, tatapan penuh cinta.
Belakangan ini, hubungan mereka mulai mengarah layaknya suami istri sungguhan. Mereka mulai sering tidur seranjang, meskipun masih belum berani berhubungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prabaswara [Complete√] ~ TERBIT
RomancePrabaswara adalah pangeran Kadhaton Tirta Wungu yang kehadirannya antara ada dan tiada. Prabaswara kerap mendapat perlakuan buruk dari keluarganya. Ia sangat takut tak ada putri yang mencintainya karena status dan kondisinya. Wulandari adalah putri...