SAAT sinar matahari pagi menampar wajahnya melalui celah jendela, dengan segala kemampuannya melawan rasa lelah dan kantuk, Ivan buru-buru mengecek ponsel. Dan ia pun mendapati pesan yang ditinggalkan oleh Denis, memberi kabar bahwa kekasihnya itu sudah berada di sebuah mall bersama Sandy. Lalu, di bawahnya, ada nomor seseorang yang baru-baru ini ia simpan. Dia lah Jonathan, yang mengabari akan segera datang dalam beberapa jam kedepan untuk mendampingi tim survey mobilnya.
"Dam, ke Lippo Mall abis ini."
Staff yang berperan ganda sebagai bodyguardnya juga itu kemudian mendekat. Ke meja di mana kini Ivan sedang menghabiskan sarapan paginya, yang bisa di bilang sangat terlambat karena sudah hampir mendekati makan siang.
"Ada perlu apa Bos?" sahut pria tinggi yang usianya hanya berbeda satu tahun lebih tua dari Ivan itu.
"Muter aja." Singkat Ivan.
Adam mengerutkan keningnya, ia mencoba mengingatkan Ivan yang mungkin saja lupa jadwal hari ini. "Loh, bukannya Bos hari ini ada janji sama orang asuransi?"
"Cuma sebentar."
Sesampainya di mall, dengan topi dan masker hitam yang menutup sebagian wajahnya, Ivan berkeliling sebentar. Menuju sebuah coffe shop di lantai tiga. Setelah membeli dua gelas kopi untuknya dan Adam, tanpa sepatah kata ia kemudian kembali ke parkiran. Memasuki mobilnya. Adam sendiri di buat kaget dengan tingkah Bos nya yang kembali dalam waktu yang singkat. Jika hanya untuk membeli segelas kopi, biasanya Ivan pasti akan meminta pertolongannya. Atau jika buru-buru, drive thru lah selalu jadi pilihannya.
Untuk beberapa saat, Adam hanya diam menunggu intruksi Ivan. Duduk diam tepat di sebelahnya dan terlihat sibuk memainkan ponselnya saat ini. "Ada masalah?" tanya Adam khawatir.
"Nggak, jalan deh. Ikutin arahan gue nanti."
Berkali-kali Ivan menatap layar ponselnya, berkali-kali pula ia terus memperhatikan keadaan jalanan siang itu. Memberikan intruksi ke Adam memasuki jalanan perumahan yang di penuhi dengan pohon-pohon besar. Laju mobilnya melambat begitu menjumpai sederet tenda penjual makanan yang berjejer di kiri kanan jalan. Tidak jauh dari sana, terlihat banyak mobil dan motor yang terparkir. Menandakan memang tempat makan itu cukup ramai dan terkenal.
Ivan sengaja meminta posisi parkir terjauh. Bahkan agak tersembunyi dari tempat makan yang barusan ia lewati. Tapi dari dalam mobil ia masih bisa melihat situasi di luar sana karena kebetulan area kuliner itu cukup terbuka.
"Lo balik duluan deh, temenin orang survey di rumah." Titah Ivan tiba-tiba. Ia terlihat melepas seatbelt dan mengenakan topi serta maskernya kembali.
"Lo mau ngapain Van?" Adam menyelak, setelah menemukan sosok yang ia kenal di luar sana, ia kemudian sadar kenapa Bos nya ini mendadak memintanya pulang. "Udah biar gue aja yang nyamperin Denis. Nggak enak di lihat orang rame gitu."
Ivan lalu membalasnya dengan tatapan tak suka. "Percuma, yang ada lo di suruh pulang."
"Ck... capek gue asli. Denis sakit lagi gue nggak mau tahu ya, kerjaan lo jadi berantakan. Terus gue bakal kena ocehan bokap lo lagi!"
"Ya udah kalau lo nggak mau balik. Tunggu gue di sini."
Nampaknya usaha Adam untuk menahan Ivan percuma. Bos nya itu malah dengan entengnya melangkah dan menghampiri Denis. Dengan perasaan khawatir bercampur takut, Adam hanya bisa mengetuk-ngetuk kemudi tanpa melepas pandangannya sedikitpun ke arah Ivan. Ia berdoa agar saat itu Ivan dapat mengendalikan rasa takutnya yang jelas tidak berdasar. Rasa takut yang tidak nyata, yang selalu Ivan buat sendiri dalam pikirannya.
----------
"Nis, ayo balik."
Waktu seakan berhenti saat suara itu terdengar. Denis mematung, tidak jauh berbeda pula dengan teman-temannya. Sosok pria tampan bertubuh tinggi itu muncul tiba-tiba, dua tangannya ia letakan di pinggiran meja. Membuat Denis hampir gagal menelan sesendok Gultik yang baru saja ia pesan. Beberapa temannya tergagap, tidak percaya Ivan yang diketahui sering berseliweran di televisi dan surat kabar itu kini nyata berdiri tegap dengan tatapan tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Escape [✓]
Romance🏆 Spotlight Romance Of January 2024 - WattpadRomanceID Jonathan sedang berlari dari derita patah hati yang selalu mengekorinya kemanapun pergi. Semangat hidupnya tidak sebesar hari kemarin, sebelum gadis yang begitu ia cintai memilih pria lain. Pr...