Bab 13 | Hubungan Saudara

50 6 0
                                    

Selamat Membaca Kisah
Perjalanan Mereka

Now Playing : Nadi Baraka - Aku Saudaramu

***

Bab 13 | Hubungan Saudara

Ketidakpercayaan terjadi ketika miskomunikasi dimulai baik antara orang maupun antar kelompok

***

"Maafin Iqbal ya bang." Sekali lagi Iqbal menyesal karena tidak mendengarkan ucapan sang Abang dan Ibu jadinya membuat mereka khawatir.

"Gapapa, asalkan kamu tidak terluka Abang sudah senang kok," ungkap Wahyu menggulung senyum nya.

"Nanti pulang, mau di jemput gak?" tanya Wahyu yang siap-siap meninggalkan tempat itu karena memang Wahyu datang kesini cuma mengantarkan makanan saja.

Iqbal hanya mengangguk lalu Wahyu kembali berkata "Jam biasa? Abang tungguin di parkiran,"

Wahyu mulai mengendari motornya meninggalkan sekolah milik Iqbal. Semenjak hari itu Wahyu benar-benar di benci sama Ibunya karena menyebabkan Iqbal terluka, padahal dirinya yang lebih parah dari Iqbal tapi seolah-olah Ibu tidak percaya dengan apa yang di katakan sama Wahyu, bahkan Iqbal yang ikut membela pun enggan mendengarkan nya dan masih tetap dengan keegoisan nya.

Rasa sakit kemarin masih ia rasakan bahkan ia tidak rasa sama sekali, percuma dirinya mengeluh kalau hasilnya akan tetap disalahkan jadi lebih baik ia diam seribu bahasa. Hingga akhirnya ia sampai di gerai fotocopy sengaja ia tadi pamit dulu hanya sekedar untuk memberikan makanan buat Iqbal dan ia kembali lagi untuk bekerja.

"Udah?" tanya Bang Yedam memastikan.

"Udah Bang." Wahyu kembali duduk di depan komputer menyiapkan beberapa file yang harus di kerjakan.

"Oh ya bang, Mas Shino kemana?" tanyanya kala keberadaan Mas Shino tidak ada disini, padahal tadi sebelum ia berangkat menuju sekolah beliau masih ada disini.

"Katanya sih keluar sebentar," jawab Bang Yedam.

Wahyu hanya mengangguk lalu ia meraba area belakang yang sakit entah bagian punggung atau otak bagian belakang karena ia tidak tahu mana daerah yang sakit. Dalam pikiran nya masih terngiang-ngiang dengan kata-kata Sang Ibu yang begitu tajam layaknya pedang seketika pikiran nya kembali ke masa lalu dimana.

Matanya mulai merasakan cahaya yang terang benderang, lalu pandangannya yang awalnya buram mendadak jelas seiring berjalannya waktu. Dan setelah membuka matanya sempurna ia bangkit dan merasakan sakit yang luar biasa di area belakang.

"Argh!"

Sekali lagi ia mengadu dan pikirannya mulai mengingat-ngingat kembali apa yang sebenarnya terjadi. Setelah mengumpulkan semuanya, ia sadar lalu sontak bangkit dari tempat tidur untuk menuju kamar sang adik, namun baru saja ia bergerak menuju ke sana satu tangan menahannya dan menariknya kembali menuju ke kamar dan mendorong sekuat tenaga hingga jatuh tepat di bawah kasur.

"Ibu sudah bilang jagain Iqbal! Dasar Abang gak becus," maki Ify.

"Maaf Bu." Wahyu hanya bisa mengucapkan itu.

"Maaf-maaf. Maaf kamu gak berarti apa-apa, sekarang lihat ponsel Iqbal rusak dan semua ini salah kamu, Wahyu!!"  Ify menunjuk ke arah angin dimana tembok kamar Iqbal, sekali lagi ia membela anak bungsunya.

"Untung saja Iqbal baik-baik saja. Kalo sampai ada darah yang menetes dari kulit nya Ibu gak akan tinggal diam akan melukaimu walaupun kamu masih anak saya. Asalkan kamu tahu, Iqbal itu aset luar biasa yang tidak ada duanya. Iqbal membuat kamu bangga tidak seperti kamu yang enggak guna,"

Ify terus memaki-maki anak sulungnya yang tidak tahu sedang merasakan sakit luar biasa. Ify dengan marah terus memasang muka galak sedangkan Wahyu meringis sambil menahan rasa sakit.

Setelah mulutnya berbusa karena terus mengumpat mengenai perbandingan antara Wahyu dan Iqbal, sebenarnya Wahyu bangga kepada Iqbal tapi kalau terlalu berlebihan seperti ini hati siapa yang tidak sakit kala adik kakak di bandingkan oleh orang tuanya sendiri.

"Sekarang Ibu masih baik sama kamu. Pokoknya Ibu gak mau tahu, kamu harus belikan ponsel baru buat adik kamu yang sebentar lagi akan menjalani karantina, Ibu gak tahu bagaimana caranya asalkan kamu ganti ponsel Iqbal, kalo perlu jual ponsel kamu dan belikan ia ponsel yang baru. Paham kamu Wahyu,"

"Paham Bu."

Bayangan itu selalu timbul tenggelam dalam pikirannya, karena semuanya berubah seratus delapan puluh derajat. Dulu Ify tidak pernah marah, kesal bahkan memaki Wahyu. Tapi sekarang ia selalu saja memaki, mengumpat dan tidak segan-segan main tangan. Wahyu tidak mengerti mengapa ini harus terjadi, tidak mungkin ia menyalahkan Iqbal atas sikap Ify kepadanya tapi yang jelas.

"Wahyu, masih kepikiran omongan Ibu lo," tebak Bang Yedam.

Wahyu mengangguk, dan memang benar Bang Yedam dan Mas Shino mengantarkan Iqbal dan Wahyu pulang ke rumah. Namun disana mereka menemukan perbedaan dimana Ify langsung menangis kala melihat Iqbal kesaksian, tapi tidak dengan Wahyu ia malah menyuruh mereka untuk membawa Wahyu ke kamar dan setelah itu menyuruh mereka pergi tanpa tahu apa yang terjadi dengan Wahyu, tapi mereka tidak pergi dari sana jadi mereka mendengar apa yang di terjadi di rumah itu.

"Kenapa sih Ibu lo tega sama banget Gue denger aja sakit banget apalagi elo," tutur Bang Yedam.

"Gapapa bang, Wahyu udah biasa kok." Wahyu masih bisa saja menyembunyikan aib ibunya di hadapan orang lain.

"Sampai kapan Wahyu mau bela Ibu lo, Ibu gue aja enggak seperti itu. Ia gak pantas lo sebut dengan Ibu," jelas Bang Yedam.

"Tapi dulu Ibu gue nggak gitu mungkin beliau sedang hilap," bela Wahyu.

Bang Yedam tersulut emosi "Hilap lo bilang, mana ada? Hilap Sampai maki-maki lo? Dan apa sekarang ia mengurusi kesehatan lo apa beliau udah ngajak lo ke rumah sakit? Enggak kan!"

"Gue gapapa bang,"

"Bohong!"

"Gue lihat lo masih meringis kesakitan? Apa yang itu lo sebut baik-baik aja,"

Sebelum Wahyu membela diri, tiba-tiba datanglah sosok yang sangat penting bagi mereka siapa lagi kalau bukan Mas Shino yang datang setelah tadi berkata bahwa dirinya tidak akan datang kesini. Lalu ia mendekati Wahyu dan berbicara baik-baik.

"Yu ini buat lo," sahut Mas Shino memberikan ponsel baru kepada Wahyu.

"Apa nih Bang?" tanya balik Wahyu.

"Ini ponsel buat lo. Walaupun bukan baru, tapi setidaknya bisa bermanfaat apalagi gue lihat lo sama adik lo miss komunikasi, jadi kebetulan di rumah ada ponsel yang nganggur dan masih mulus jadi gue kasih buat lo," jelas Mas Shino.

Tiba-tiba mata Wahyu berkaca-kaca hingga akhirnya air matanya tumpah dan memeluk Mas Shino "Makasih Bang, memang benar gue sama Iqbal komunikasinya lagi kurang baik, jadi kalo ada ini gue bisa memperbaiki hubungan gue Mas,"

"Sama-sama. Sekarang lebih baik lo beli kartu baru dan hubungi adek lo dan perbaiki hubungan lo dengan Iqbal," titah Mas Shino.

Wahyu mengangguk lalu setelah itu ia bergegas pergi ke salah satu gerai untuk membeli kartu GSM baru dan menghubungi adiknya kembali serta memperbaiki hubungan persaudaraannya.

***

Tbc.

Yeyeyeyeye akhirnya Lis bisa up lagi. Bagaimana kelanjutannya kisah ini apakah Wahyu bisa di percaya lagi oleh sang Ibu dan bagaimana komunikasi antara saudara Wahyu dan Iqbal setelah kejadian kemarin?

Jangan lupa vote and coment 👧
Tinggalkan Jejak 👣

Lis_author

BBS [5] Wahyu Iqbal ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang