Part Eight

101 17 0
                                    

CINTA SEORANG KAKAK

Markuel memandang langit gelap tanpa bintang dari balik jendela ruang kerjanya. Sudah lama sekali sejak dia melihat bintang yang bertaburan di langit.

"Menurutmu kenapa langit di atas istana tak lagi memerlihatkan bintang? Langit terlihat kosong sekali karena tak ada satupun bintang." Perkataan Markuel membuat Abelard ikut memandang ke arah langit. Ya sudah cukup lama langit istana tak menampakkan bintang-bintang. Banyak yang mengartikannya sebagai teguran dari sang Dewa atas perseteruan yang terjadi di dalam istana. Namun, bagi Abelard langit tanpa bintangpun masih tetap terlihat indah tergantung dengan bagaimana seseorang melihatnya.

"Mungkin daripada langit, hati andalah yang menjadi kosong. Anda lihat? Ada rembulan yang setia dipetala langit. Sedangkan hati anda tak memiliki siapapun." Perkataan Abelard membuat Markuel diam seribu bahasa. Tidak salah yang Abelard katakan, hati Markuel memang sudah lama terasa hampa sejak dia memutuskan untuk melepaskan tangan adik tercintanya. Bahkan meskipun telah menikah dan memiliki istri secantik putri kerajaan Lacock Abbey, Miriam Lordard Abbey, masih ada bagian dihatinya yang terasa kosong.

"Begitukah?"

Abelard menatap Markuel dengan sesama. Dia sudah mengenal Markuel sejak lama, dan dia menjadi saksi hidup betapa Markuel dan Marpheus saling menyayangi. Namun, hanya karena takhta yang bahkan tak diinginkan kedua bersaudara itu, segalanya berubah begitu drastis. "Kenapa anda tak memberitahukan yang sebenarnya pada Pangeran? Setidaknya dengan begitu anda bisa sedikit tenang. Anda lihat sendiri, 'kan? Saat Pangeran datang kemarin hari, terlihat jelas bahwa dia hendak menarik pedangnya dihadapan anda."

"Dia pantas begitu setelah apa yang kulakukan padanya."

"Karena itulah, saya bertanya kenapa anda tak memberitahukan yang sebenarnya. Melihat bagaimana hubungan kalian dulu, sepertinya Pangeran akan menerima penjelasan anda dengan mudah."

Markuel menghela napas panjang. "Justru karena itulah dia tidak boleh tahu, karena dia akan menerima penjelasan itu dengan mudah."

Abelard tak lagi berbicara. Memang sudah keputusan bulat Markuel untuk menanggung segalanya. Meskipun Abelard menyayangkan cara Markuel yang membuat Marpheus sampai sebegitu bencinya terhadapnya.

"Yang Mulia." Suara lembut itu mengalihkan pandangan Markuel dan Abelard. Seorang wanita anggun dan cantik yang menampilkan senyum ramah, berjalan menghampiri mereka, sambil berkata, "ini sudah larut, saya harap yang mulia menanggalkan semua pekerjaan yang mulia yang belum selesai, dan lekaslah beristirahat."

Markuel tersenyum kecil. "Apa anda begitu merindukan saya sampai mendatangi saya seperti ini, Miriam?"

"Kalau begitu saya undur diri." Abelard berlalu, tak ingin mengganggu pasangan suami istri yang sedang melepaskan rindu. Memang sudah sejak seminggu Markuel tak bertemu dengan putri mahkota lantaran banyaknya pekerjaan. Jadi sudah selayaknya dia mendapatkan hadiah atas semua kerja kerasnya.

The Ugly Prince and Lady RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang