Prolog

6 0 0
                                    

Selamat membaca!

Dafira Aneska—Gadis yang baru saja naik kelas XI. Kini ia sedang duduk dirooftop sekolahnya sendirian. Ia memang sering kesana jika ia ingin, rooftop adalah tempat favoritnya disekolah itu.

Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah kenaikan kelas di SMA Merah Putih yang sebelumnya libur semester. Belum ada guru atau mulai pembelajaran hari ini, ia memutuskan untuk ke rooftop.

Dafira mendudukkan dirinya pada kursi kayu memang sudah ada disana. Cukup lama ia diam, suara dering dari ponselnya mengalihkannya untuk segera membuka dan menggeser tombol hijau.

"Nanti pulang bisa sendiri kan ya?" Terdengar suara lelaki diseberang sana.

"Jangan bilang kakak gak bisa jemput aku?"

"Iya, maaf, Fir".

"Gak bisa banget nempatin janji," sautnya.
Dafira langsung memutuskan sambungan telepon, memasukkan benda pipih itu ke kantong seragamnya. Berulang kali nada dering berbunyi namun ia hiraukan.

"Kak Jeff ngeselin banget sih. Baru kali ini juga aku minta jemput, emang susah banget ya." Dafira menyilangkan kedua tangganya didepan, dengan wajah cemberutnya yang ia tampilkan.

Jeffray Ananditho—lelaki yang sudah lama mengenal Dafira Aneska sejak Dafira berumur 7 tahun. Tepatnya pada saat hari pertama keluarga Dafira pindahan ke rumah barunya yang dimana juga menjadi tetangga Jeffray.

Waktu itu Jeffray baru berumur 10 tahun, menginjakki akhir Sekolah Dasar. Enam tahun perbedaan umur Jeffray dengan Dafira.

Saat Jeffray yang baru saja ingin keluar membuka pintu mobil tanpa disengaja membentur jidat seorang gadis kecil. Tinggi gadis saat itu hanya sebatas dada saja. Hendry—Papa Jeffray mendengar itu langsung menghampiri dua anak itu, di susul oleh sang Mama bernama Monica yang baru saja keluar dari dalam rumah.

"Jeffray kamu apain adik kecil ini?" Tanya Monica, yang ditanya hanya menaikkan kedua bahunya. "Gak sengaja Jef buka pintu terus nabrak dia Ma," jawabnya kemudian.

Monica sedikit membungkuk, memegang kedua lengan gadis itu. "Duh sakit ya jidatnya sayang, hem? Tante obatin mau?" Tanyanya berhati-hati takut gadis kecil itu akan tambah kencang menangis. Kebiasaan perempuan sedang menangis ketika diberikan pertanyaan akan bertambah kencang tangisannya.

Monica membawa gadis kecil itu ke sofa yang berada diruang tamu, mengoleskan obat dalam bentuk minyak yang sekiranya akan membuat jidat gadis kecil itu tidak sakit lagi, hingga saat ini hanya ada sedikit perubahan warna yang menjadi biru setelah kejadian menimpa gadis kecil itu.

"Jeffray!" Panggilnya ketika melihat anaknya menuruni tangga.

"Kenapa, Ma?"

"Sini dulu sayang." Jeffray langsung mendekat.

"Anter adik ini ya kerumahnya." Monica memegang kedua sisi lengan gadis kecil itu, melihat Jeffray dan gadis kecil itu bergantian.

"Jeff gak tau rumah dia." Jeffray menolak secara tidak langsung.

"Ya cari tau dong, kamu harus tanggung jawab. Kamu kan yang bikin jidat adik ini biru?"

"Kan gak sengaja."

"Mama gak pernah ajarin kamu jadi anak yang gak bertanggung jawab ya Jeffray." Tatapan tajam Monica membuat Jeffray mau tidak mau harus menuruti. Ia takut Mamanya akan marah padanya—dan berakhir dicuekkin berhari-hari oleh Mamanya jika berbuat kesalahan. Ia tidak sanggup. Monica yang melihat wajah anaknya mengangguk langsung tersenyum senang.

"Oh iya, tante belum tau nama kamu. Siapa namanya, sayang?"

"Dafira, tante." Wajah gadis kecil itu yang terlihat menggemaskan. Bentuk matanya yang bulat, bulu mata lentik, dan pipi yang sedikit berisi.

"Diantar sama kak Jeffray ya." Gadis kecil itu—Dafira mengangguk-anggukkan kepalanya. "Rumah Dafira dimana? Deket gak?" Tanyanya lagi.

"Deket kok, disana." Dafira menunjuk ke arah kanan, seperti menunjukkan tapi belum jelas dimana rumahnya berada.

"Jeff antar gih, rumahnya deket dari sini. Mama rasa gak jauh banget, di sekitaran rumah kita juga pasti."

Tak ada jawaban Jeffray, ia langsung memegang tangan Dafira, membimbing gadis kecil itu.

Jeffray dabaru saja berhenti didepan rumah mewah seperti milik rumah orang tuanya. Dafira lah yang membawanya kesini, ia hanya mengikuti gadis kecil itu dari belakang sedari tadi. Ia pikir selagi tidak ada orang jahat atau kendaraan yang lewat tidak masalah.

"Ini rumah Dafira, kak."
Benar, rumah gadis kecil itu tidak jauh dari rumahnya berada, hanya menyisakan empat rumah.

Jeffray mengangguk lalu menyuruhnya untuk masuk. "Masuk, nanti Mama Papa kamu nyari."

Dafira mendengar nada lembut dari lelaki yang lebih tua darinya tersenyum lebar, nada bicara lelaki itu tidak sekasar tadi.

Sambil melangkahkan kaki, Dafira melambaikan tangannya ke arah Jeffray. "Makasih kak Jeffray!" Ucapnya. Jeffray yang melihat itu juga ikut melambaikan tangannya.

Pertemuan pertama yang membuat Dafira terus ingin selalu berada dekat Jeffray.





TBC!

Gimana?
Kasih komentar dong.

Gone || JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang