Alunan musik di resto pagi itu mengalunkan suara lagu-lagu lama yang menenangkan, membawa suasana pagi semakin tenang dan nyaman. Terlihat dari kejauhan kereta MRT pagi sedang mengangkut para pekerja dan para mahasiswa melintas menuju ke pusat kota Jakarta. Disini, aku sedang menenggak segelas asupan kafein dengan roti bak orang barat yang sarapan tanpa sepiring nasi. Memang inilah rutinitasku, mungkin aku akan terlelap di kantor kalau lupa sarapan segelas kopi.
Lupakan kebiasaanku. Kali ini, ujung jari-jariku mulai mengetuk pelan meja mengikuti alunan musik, bibirku tanpa sadar mengikuti alunan musik di dalam resto pagi itu. Kali ini menyanyikan lagu indie dari album hit Payung Teduh dengan kompilasi musik instrumen yang membuat siapapun ingin berlama-lama disana. Begitu pula denganku yang sedang terlena dengan suasana pagi ini, melihat lalu lalang para pekerja dan anak-anak lalu lalang di zebra cross melalui jendela kaca. Sambil memikirkan apa yang harus aku makan untuk siang dan malam nanti. Begitulah, seperti perencanaan rutin pagiku agar tidak bingung harus makan apa dan berakhir tak makan apa-apa kalau tak punya rencana.
Tunggu, di seberang sana terlihat orang-orang bergerombol. entah kenapa semua orang di seberang itu seperti sedang menunggu lampu lalu lintas mengizinkan untuk menyeberang. Sambil sebentar-sebentar melihat resto ini. Mungkin mereka lapar.
aku mengabaikan. Mencoba menuliskan menu makan siang yang baru saja terlintas di benakku.
"tulis Nasi Padang aja mbak" ucap salah seorang pengunjung yang tiba-tiba duduk di depanku.
"hah?" aku heran, siapa dia. Kenapa dia ada disini? pikirku. Abaikan saja lah, mungkin dia tidak dapat tempat duduk karena resto ini jadi ramai semakin menuju jam sarapan. Meskipun sudah jam 8 Pagi. Tapi, setelah dipikir-pikir sudah lama aku tidak makan nasi padang, kalau begitu aku akan memasukkan nasi padang dalam list -ku untuk makan malam. Selesai sudah rutinitasku pagi ini.
"mbak, boleh minta waktunya sebentar?" tanya orang yang ada di depanku tergesa-gesa. Wajahnya tidak terlalu terlihat karena dia menggunakan topi dengan baju lengan pendek ditutup dengan jacket kulit. Sekilas terlihat seperti mahasiswa karena terlihat muda dari perawakannya.
"kenapa ya?" tanyaku dan mendongak menatap wajahnya. Aku tak mengenalnya.
Belum sempat dia menjawab, segerombol orang mencarinya dan memaksanya ikut. Aku tak mendengar banyak keributan karena dia memutuskan ikut dan meminta untuk tidak menarik perhatian pengunjung dengan ribut-ribut di resto orang pagi-pagi.
Sekilas seperti mendengar kata data dan keamanan. Entahlah, mungkin dia buronan polisi siapa yang tahu. Tidak terlibat adalah keputusan yang baik.
Semuanya berjalan baik hari itu, mulai dari kebiasaan fokus kerja di depan komputer dan setumpuk laporan karena aku bekerja di salah satu perusahaan start up yang bergerak di bidang konsultasi karier dan bisnis terbesar di kota Jakarta. Makan siang dan istirahat di kantin perusahaan dengan rekan-rekan kerja. Hingga jam pulang kantor yang tiba-tiba harus ditunda karena tugas lembur dari atasan datang tanpa basa-basi. Dan mengejutkan sekali, aku bertemu lagi dengannya, buronan polisi yang kutemui di resto pagi tadi.
kenapa dia di sini???
-next part "Percakapan yang menyenangkan"-
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia hanya sementara
RomanceMengharapkanmu menjadi milikku hanya menjadi pedih dan luka semua rasa sayang dan suka kulimpahkan padamu semata tapi nyatanya, mungkin kita memang bukan untuk ditakdirkan bersama kamu memilih dengan dia padahal aku tahu kamu masih sedikit menyimpan...