Extra part A&B | kita belum usai 01

1.9K 178 18
                                    

Amanda terus menatap punggung seorang cowok yang tengah bersandar di pohon besar yang ada di lapangan. Tempat ini, sering dikunjungi Lia jika ingin menikmati hujan bersama Zidan. Raja mengetahui tempat ini karena tempat ini merupakan tempat yang paling disukai oleh Nelly. Amanda sama sekali tidak sanggup untuk menghampiri Raja. Bukan karena takut, tetapi gadis itu tidak sanggup melihat Raja menangis.

Raja mengangkat pandangannya. Mata indah miliknya terfokus menatap dirgantara yang indah. Helaan napas berat terdengar dari bibir cowok itu. Tangan kanannya terus menggenggam kalung yang tadinya akan diserahkan ketika acara kelulusan selesai.

"Kak Raja! Ayo pulang!" teriak Amanda.

Raja menoleh. "Lo aja duluan! Gue masih mau di sini."

"Sudah malam, Kak. Sebaiknya Kak Raja pulang. Kak Raja juga masih belum sembuh jadi--" Amanda terkejut lantaran Raja membentaknya begitu kuat.

"DIEM! LO KALAU MAU PULANG SANA! GUE MASIH MAU DI SINI NUNGGUIN LIA." Raja tersenyum. "Kesayangan gue akan kembali," lanjut Raja dengan sangat pelan.

Amanda tidak kuasa menahan air matanya yang sempat terbendung. Gadis itu mendekati Raja. Saat di depan Raja, Amanda tidak sanggup menatap Raja. Gadis itu malah menundukkan kepalanya begitu dalam.

"Kak Lia sudah enggak ada, Kak," ucap Amanda.

"Dia masih ada ... ada di hati gue," balas Raja.

***
Kinan menghela napas berat kala Bagas masih duduk di kasur. Pandangan cowok itu sangat kosong. Semenjak kepergian Lia, Bagas sering melamun. Cowok itu masih merasa bersalah karena sudah membuat gadis kesayangannya itu sakit hati.

"Kamu harus bisa ikhlasin Lia, Nak," kata Kinan sembari mengusap rambut Bagas.

Bagas menggeleng. "Bagas masih belum bisa ikhlas, Bunda. Bagas masih pengen bisa mengukir kisah bersama Lia, Bunda." Air mata Bagas menetes. "Bagas pengen Lia kembali ke sini," kata Bagas.

"Sayang," ucap Kinan.

Bagas menatap sendu Kinan. Tangan kekarnya terangkat mengusap air mata yang mengalir deras di pipi Kinan. Rasa sesak kian menyeruak di dada kala suara Lia terus berputar di memori otak Bagas.

"Aku akan buktiin kalau aku tunangan kamu!"

"Bagas jahat banget sama Lia," ucap Bagas tiba-tiba.

Kinan menggeleng. "Kamu enggak jahat sama Lia, tapi yang jahat sama Lia itu Bunda." Kinan menundukkan kepalanya begitu dalam. "Bunda yang jahat sama Lia, Bunda yang misahin kalian."

Bagas sama sekali tidak menggubris apapun. Cowok itu masih terus memikirkan Lia. Dia sangat merindukan kehadiran Lia di sampingnya. Dia rindu senyum yang selalu terukir dari bibir Lia. Bagas merindukan Lia yang selalu bersandar di dadanya.

***
Tangan mungil Alvaro memegang gagang pintu kamar Raja. Anak kecil itu menatap sendu Raja yang membelakanginya. Beberapa jam yang lalu, Raja baru saja kembali ke rumah. Itu juga dipaksa Aditama. Lelaki itu khawatir kalau kondisi kesehatan Raja akan menurun.

"Kak Raja jangan sedih," kata Alvaro yang sudah duduk di samping Raja. "Nanti, kak Lia nangis," ucapnya.

"Kakak kangen sama kak Lia."

Raja tidak menyadari kalau air matanya terus menetes. Alvaro tidak sanggup ketika Raja menangis. Bocah menggemaskan itu pun mengusap air mata yang mengalir deras di pipi Raja dengan tangan mungilnya.

"Kak Raja harus bisa senyum lagi." Alvaro menarik ujung bibir Raja sehingga membentuk lengkungan tipis. "Kalau enggak senyum, nanti Kak Raja jadi jelek." Bocah menggemaskan itu tertawa. "Kakaknya Alvaro harus cakep! Soalnya Alvaro juga cakep," ucapnya berusaha menghibur Raja yang masih belum bersuara.

A&B | Kita Belum Usai [Ending]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang