Selamat Membaca Kisah
Perjalanan MerekaNow Playing : Wali Band - Jangan Tuduh Aku
***
Bab 14 | Cobaan Apaan Lagi?
Seolah tuhan belum puas memberikan cobaan untuk hambanya sampai ia benar-benar membuat manusia itu memiliki derajat yang lebih tinggi
***
Malam ini akan seperti malam-malam berikutnya di mana malam selalu sepi dan hanya beberapa hewan malam yang akan hidup selama 12 jam, dan kebetulan malam ini masih sama seperti malam kemarin dan selamanya akan tetap seperti ini. Dan Wahyu pulang agak larut malam ini karena ada pekerjaan yang tidak bisa mereka tinggalkan dan ini akan menjadi ladang uang bagi mereka semua.
Dan leganya hari ini hubungan Iqbal dan Wahyu membaik, jadi mereka bisa menjalin komunikasi dengan baik lagi. Wahyu tidak mungkin akan terus-terusan begini dengan sang adik. Ia mau Iqbal akan jadi penyemangat dalam hidupnya walaupun setiap hari ia harus menjadi bahan pendingan sang Ibu, tapi bagaimanapun ia harus tetap kuat walaupun hatinya sekali lagi harus merasakan sakit yang berulangkali.
Setelah berganti pakaian Wahyu bergerak masuk ke dalam kamar Iqbal, karena kebetulan ia mendapatkan gaji yang cukup banyak jadi lebih baik ia memberikan lebih banyak juga kepada Iqbal karena lusa Iqbal akan menjalani karantina untuk menjadi salah satu peserta putra-putri pendidikan Indonesia.
Wahyu melihat Iqbal tertidur dengan pulas dengan beberapa keringat mengucur karena saking panasnya, lalu ia mendekati ranjang Iqbal dan menyelimuti agar tubuh adiknya tetap hangat.
"Selamat tidur Bal. Mimpi indah," ucapnya pelan di telinga Iqbal.
Lalu setelah itu Wahyu mulai mencari celengan milik Iqbal. Dan setelah menemukannya ia langsung memasukkan beberapa lembar uang warna merah ke dalam celengan itu dan setelah memasukkannya cukup banyak ia kembali menaruh itu di tempat semula dan kembali keluar dari kamar Iqbal.
Hingga Wahyu di kejutkan dengan suara yang masuk ke gendang telinga nya.
"Wahyu," panggil sang Ayah---Lutfhi.
"Eh. Ayah, kok kebangun. Wahyu ganggu yah," sesal Wahyu.
"Enggak kok. Kebetulan hari itu bagian ayah ronda, jadinya bangun," jelas Lutfhi.
"Oh kalo gitu Wahyu ikut gapapa kan," tawar Wahyu.
Sambil menguap "Hoammm, kamu kan baru pulang kerja lebih baik kamu tidur dan istirahat,"
"Gak Yah, Wahyu gapapa."
"Yakin,"
Wahyu mengangguk.
"Ya udah ayo. Ayah tunggu di luar," titah Lutfhi.
Wahyu langsung ke kamar untuk mengambil jaketnya dan setelah itu menyusul ayahnya yang telah menunggu. Mereka berdua kemudian berjalan menuju pos ronda karena beberapa orang telah menunggu di sana karena sebentar lagi kegiatan ronda akan dimulai.
Di sana Wahyu melihat beberapa orang yang diantaranya merupakan ketua RT tetangga-tetangga di sebelah rumahnya dan juga saudara-saudaranya yang kebetulan masih satu kampung di sana. Wahyu dan Luthfi saling bercengkrama di sana tidak peduli waktu dan sengatan nyamuk di sekitar mereka. Setelah cukup lama bercengkrama untuk menghilangkan kantuk akhirnya mereka mulai bergegas berjalan menelusuri area kampung memastikan bahwa kampung Ini aman.
Karena memang beberapa bulan kemarin ada saja kasus pencurian jadi demi menghindari hal yang tidak diinginkan untuk kedua kalinya ketua RT dan ketua RW setempat kembali memberlakukan ronda.
"Gimana Yu aman?" tanya Luthfi
Wahyu menyoroti setiap gang dan kebun yang dimana menjadi sarang persembunyiannya para maling itu. "Aman Yah," jawab Wahyu.
Mereka pun kembali berjalan karena tempat yang mereka amati tadi tidak ada gerak-gerik mencurigakan namun setelah mereka pergi justru kecurigaan itu muncul.
Mereka pun kembali berkumpul di tempat gardu pos ronda. Sambil menunggu orang lain yang belum datang ke sini, disana mereka saling share mengatakan bahwa tidak ada yang mencurigakan namun beberapa detik kemudian Pak RT dan salah satu warga berlari menuju pos ronda.
"Pak lutfhi, Pak lutfhi," kata Pak RT.
"Ada apa?" tanya Lutfhi.
"Ada maling Pak," sahut salah satu warga.
"Maling! Dimana maling!"
Mendengar nama maling mereka terkejut dan salah satu warga tadi langsung memberitahukan bahwa maling tersebut berada di rumah Lutfhi.
"Apa di rumah saya ada maling. Wahyu ayo kita ke sana?"
Sontak saja ayah dan anak itu langsung berlari ke arah jalan rumahnya bersama warga lain dan ternyata setelah dicek isi dan juga Iqbal sekarang berada di luar rumah bersama dengan para warga lain yang mendengar jeritan mereka. Lutfhi langsung memeluk Ify dan Iqbal dan sedangkan Wahyu mengecek keadaan rumah.
Ternyata maling itu masuk ke dalam kamar Iqbal dan saat dicek ternyata mereka mengambil tabungan milik Iqbal yang di mana digunakan untuk biaya sehari-hari Iqbal di karantina. Setelah Wahyu mengecek ia kembali keluar rumah dan menjelaskan barang apa saja yang hilang.
"Allhamdulilah Pak RT tidak ada barang yang di curi. Cuma aja tabungan milik adik saya yang di curi," jelas Iqbal.
"Kok cuma tabungan aja," ucap salah satu tetangga yang curiga.
"Iya yah. Jangan-jangan ada memberitahu soal celengan itu mungkin." semua orang mulai berspekulasi dan saling curiga satu sama lain.
"Kan yang cuma tahu tabungan Iqbal kan cuma Wahyu. Jangan-jangan Wahyu kamu pencuri nya lagi," tebak Ify yang sudah marah dan kesal sama Wahyu.
"Tunggu Bu jangan main hakim sendiri, gak mungkin kan Wahyu pencurinya kan Wahyu tadi sama Pak Lutfhi lagi ngeronda masa bisa beraksi dalam satu waktu," jelas Pak RT.
"Tapi kan pak hanya Wahyu saja yang tahu tentang celengan itu saya sama Ayahnya enggak tahu sama celengan itu." Ify terus mendesak memojokkan Wahyu.
"Tapi Bu, Wahyu bukan pencurinya. Ayah, Iqbal percaya sama Wahyu. Bukan Wahyu pelaku nya. Ibu-ibu sama bapak-bapak percaya kan sama Wahyu," ucap Wahyu merengek tidak bersalah.
"Kami percaya nak. Ya sudah kalo gitu Wahyu tenang, biarkan urusan ini pihak berwajib saja yang menangani jadi lebih baik kamu tenang dan istirahat ya," jelas Pak RT.
"Ya sudah bapak-bapak, Ibu-ibu lebih baik kita bubar. Dan urusan ini lebih baik kita selesaikan saja esok hari, jadi sekarang bubar." Pak RT mulai membubarkan warga yang tadi sempat berkumpul di rumah Lutfhi.
Dan setelah itu Pak RT dan yang lainnya meminta izin untuk meninggalkan tempat itu dan menenangkan Wahyu agar lebih tenang karena ia percaya bahwa Wahyu bukan pelakunya. Setelah mereka pergi Wahyu mulai merasa tidak tenang karena sepertinya kedua orang tua mereka sedikit tidak percaya kepadanya dan mungkin Wahyu harus meminta perlindungan kepada Iqbal karena hanya Iqbal satu-satunya perlindungan dan semangat agar Wahyu tetap bertahan dari konflik selama ini.
Keadaan rumah sungguh tidak kondusif semua amarah meluap-luap di sana namun daripada malam ini akan menjadi malam yang sangat kacau lebih baik mereka menunda apa yang sebenarnya terjadi pada hari ini dan akan kita lanjutkan di esok hari di mana sebuah keputusan dan juga adegan tanya jawab akan terjadi di mana menentukan siapa yang salah dan siapa yang benar.
***
Tbc.
Yeyeyeyeye akhirnya Lis bisa up lagi. Gimana Wahyu nih guys? Belum puaskan ia menerima semuanya penghinaan, caci dan makian dari sang Ibu Sekarang ia malah di tuduh sebagai pencuri.....
Apa yang terjadi sama Wahyu nanti??
Jangan lupa vote and coment 👧
Tinggalkan Jejak 👣Lis_author

KAMU SEDANG MEMBACA
BBS [5] Wahyu Iqbal ✓
Fiksi Remaja"Ketika kita berjalan ke arah yang sama namun berakhir dengan jalan yang berbeda" *** Wahyu Lutfhi dan Iqbal Lutfhi adalah kakak-beradik yang terpaut usia beda satu tahun. Di kala mereka menginjak usia remaja, Wahyu lulus dari bangku menengah kejuru...