11. BACK WITH CHENLE & JISUNG

796 122 17
                                    

Ini cuma mau ngetest aja. Kalo chapter ini ada gak?

•••

"Sumpah ya lo tuh butol banget!"

Sena, gadis itu sedaritadi tak berhenti mengoceh. Gadis itu terus mengumpati Jeno yang sedang jalan bersamanya. Ia kesal karena Jeno terlalu buta cinta. Terus memprioritaskan Karina.

Sekarang buktinya, Jeno akan pergi menuju rooftop untuk bertemu Karina. Tapi Sena ingin ikut bersama Jeno.

Jeno dengan tatapan lurus ke depan menjawab, "Lo mending ke kelas aja. Udah dibilangin juga gak usah ikut."

Sena tak mendengarkan Jeno. Ia terus mengoceh, mengatakan Jeno adalah orang yang bodoh soal cinta. Jeno butol. Bucin tolol.

"Butol!" umpat Sena lagi. Menggerutu karena kesal dengan Jeno. Kenapa ia harus menemui Karina, sedangkan waktu istirahat sisa tiga menit lagi?

"Bulol, Sen. Bulol," koreksi Jeno yang muak karena gadis itu  selalu mengatakan apapun itu dengan versi dirinya. Maksudnya, versi bahasanya.

"Ya gue maunya bilang butol! Gak usah sok-sok koreksi lo kayak Chenle Jisung!"

Jeno hanya menghela nafas frustasi. Lihat bagaimana keras kepalanya gadis itu. Jeno hanya bisa geleng-geleng kepala dan memilih diam. Tidak akan ada yang pernah menang melawan Sena.

"Iya iya."

Keduanya terus berjalan menuju rooftop, tempat Karina berada. Jeno tadi sudah mengatakan kepada Sena untuk pergi ke kelas terlebih dahulu, tapi saat Sena tau kalau Jeno ingin menemui Karina, gadis itu memilih untuk ikut. Awalnya Jeno menentang begitu keras, terus menyuruh gadis itu untuk bermain game bersama Chenle Jisung saja. Tapi namanya Sena, keras kepalanya mengalahkan batu. Jadi Jeno membiarkannya ikut setelah lima menit berdebat.

Saat kedua kaki mereka terus melangkah, mendadak pergerakan keduanya melambat saat melihat dua orang remaja baru saja turun dari tangga rooftop.

Karina dan Jaemin.

Karina dan Jaemin yang melihat sosok Sena dan Jeno pun ikut melambatkan langkah mereka yang sedang turun dari tangga. Terlihat raut wajah terkejut dari Karina mendapati sosok Jeno yang berjalan ke arahnya.

"Jeno? Kamu bilang tadi gak bisa—"

"Ya gak bisa bukan berarti kamu harus sama Jaemin."

Mendadak Karina terdiam kaku. Gadis bak Dewi Yunani itu meneguk saliva nya berat. Kerongkongannya mendadak kering melihat tatapan Jeno yang begitu tajam menatap Jaemin yang menatap kekasihnya datar.

Mendadak suasana mencekam bagi Karina.

Berbeda dengan sosok gadis berambut pendek itu. Senyuman tipis terukir di wajahnya. Kedua tangannya ia lipat di depan dada, memunculkan kesan angkuh. Kepalanya sedikit ia miringkan untuk melihat adegan yang menegangkan ini. Ia sangat suka kekacauan.

Jaemin langsung mengedikkan bahu acuh ketika Jeno sudah memutuskan kontak mata mereka. Ia langsung berjalan melewati Jeno dan menatap Sena dengan senyuman yang manis.

"Lo, udah berapa kali gue bilang gak usah deket-deket Karina." Jeno membalikkan badannya, menatap Jaemin yang menghentikkan langkah karena ucapan Jeno. "Lo harusnya ngehargain orang yang udah punya pacar—"

"Dan lo juga harusnya ngehargain pacar lo." Jaemin kini membalikkan badannya, menatap Jeno dengan tatapan datar namun tajamnya. "Tadi gue cuman pengen tiduran di rooftop. Terus ada pacar lo, lagi makan sendirian. Lo tau kalo dia gak suka sendiri, kan?"

Ucapan Jaemin itu mengundang hawa panas dari tubuh Jeno. Tubuh Jeno seketika terasa panas, seperti ada yang membakarnya. Tangannya mengepal, menatap Jaemin tajam, setajam pisau.

Brother Sissy | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang