2. Histories

1.2K 151 53
                                    

A/N : pembaca yang baik adalah pembaca yang meninggalkan jejak. Entah itu komen, vote dan follow. Thanks_

.

.

Cerita ini alurnya maju-mundur ya. Pembaca lama pasti paham kebiasaannku. Jadi saran aja nanti baca pelan-pelan biar nyambung.

.

.

Seoul_2004
.......

"Jennie-ya, Ayo bangun. Bukan'kah hari ini kau ada meeting dengan Client dari China?"

"Kau dan Irene Unnie bisa mengurusnya kenapa masih menggangguku?" Ucapnya dengan rasa malas. Yang masih setia menyembunyikan dirinya di balik selimut. Sementara Jisoo menggeleng heran. Terlebih kamar mewah itu terlihat sangat berantakan. Belum lagi bau alkohol yang menyeruak. Membuat Jisoo ingin muntah dan segera membuka gorden itu agar cahaya matahari segera masuk ke dalam.

"Ya! Siapa yang menyuruhmu membuka jendela? Sangat menyilaukan!"

"Jennie bangun'lah. Kau__tidak ingin di maki oleh Kakekmu lagi'kan?"

"Aku tak peduli. Kakek tua itu memang biasanya memarahiku."

"Ya. Tapi__kau tidak kasihan pada kami? Aku dan Suamiku'pun harus menerima makian kakekmu apalagi Irene Unnie dan suaminya."

Dengan rasa malas akhirnya membuat Jennie bangkit. Perlahan memperhatikan wajah Jisoo yang kini menunduk murung. Karena demi apa, senakal-nakalnya Jennie, Ia tak bisa melihat Jisoo dan Irene murung setelah dimaki oleh kakeknya.

"Baik'lah. Kau bisa tunggu di bawah. Aku akan mandi dulu. Tolong panggilkan beberapa maid untuk membereskan kamarku." Ucapnya sambil menghilang di balik pintu kamar mandi itu. Membuat Jisoo mengangguk senang. Setelah itu Ia segera menuju dapur untuk menyiapkan sarapan Jennie. Karena Jisoo atau Irene sangat tahu jika bukan mereka berdua yang membuatkan makanan khusus untuknya maka Ia akan malas untuk makan. Sementara di kantor kebesaran Kim, seorang kakek yang merupakan pimpinan tertinggi di perusahaan tengah memarahi suaminya Jisoo karena terlalu memanjakan Jennie sehingga membutnya menjadi seorang gadis pemalas dan pemberontak. Juga pembuat masalah. Membuatnya semakin ragu untuk memberikan perusahaannya pada cucu semata wayangnya itu.

"Aku tidak yakin akan memberikan perusahaanku padanya. Yang ada perusahaanku akan cepat sekali bangkrut karena memiliki cucu tak berguna dan tak kompeten seperti dia."

"Tuan Kim__"

"Kalian terlalu memanjakannya. Mau jadi apa dia nantinya tanpaku?!"

Haein terdiam. Membuatnya tidak berani membantah apalagi membela Jennie didepan kakeknya. Karena semua yang kakeknya Jennie ucapkan memang benar. Ia sangat yakin jika saat ini Jisoo pasti tengah kewalahan mengurusi Jennie di rumah seorang diri. Karena Irene dan suaminya ( Suho ) sudah ada di kantor. Membuat ketiganya saling tatap heran.

"Kenapa diam saja! Cepat suruh anak tak berguna itu datang! Atau perusahaan ini akan bangkrut karena keterlambatannya!"

Dan lagi-lagi Haein hanya mengangguk patuh. Ia menghubungi Jisoo agar segera membawa Jennie sebelum kesabaran kakeknya habis.

.

.

"Yeppo." Ucap Jisoo saat merapikan pakaian Jennie. Sementara Jennie hanya terdiam murung tidak seperti biasanya. Sepanjang jalan Ia hanya terdiam. Membuat Jisoo semakin heran.

I Still Remember YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang