Happy Reading!!
Selamat Menikmati...
.
.
Damian dan Calista
Damian itu menyebalkan menurut Calista. Mereka sudah berteman sejak dia masih bocah, jadi Damian amat sangat mengenalnya. Mereka berteman jauh sebelum mereka bertemu dengan Brian dkk. Damian itu beda dari yang lain. Disaat teman-teman Brian yang lain menghinanya, dia hanya diam mengamati. Kadang dia juga yang menghentikan mereka saat dirasa keterlaluan. Mungkin karena dia ketos yang nggak suka keributan?
Damian itu abnormal. Pola pikir dia beda dari yang lain. Dia tidak paham dengan sahabat satu-satunya itu. Damian itu peka. Peka banget sampe-sampe kayak cenayang, dan karena kepekaannya itu dia jadi sangat menyebalkan. Dia selalu tau bagaimana keadaannya, dan itu sangat menjengkelkan. Apa lagi kalau Damian sudah menyampaikan pendapatnya, beuh ngejlebnya sampai keubun-ubun.
Calista tu bingung. Kenapa Damian saat bersamanya dan bersama cirlenya tampak berbeda. Saat bersama circlenya, Damian lebih kalem dan kadang lebih memilih jadi pengamat atau penengah. Tapi kok kalau sama dia, Ya Tuhan. Anak satu itu ngeselin sampe ubun-ubun. Pengen dia kubur hidup-hidup, tapi sayang dia kan sahabatnya satu-satunya.
Hubungan dirinya dan Damian tidak begitu dekat lagi saat dia jatuh cinta dengan Brian yang kalau dipikir-pikir sangat konyol. Bersyukur dia bertemu dengan bocilnya yang menyadarkannya. Gadis itu menyadarkannya kalau harusnya dia tidak repot-repot ngejar-ngejar orang yang nyakitin kita. Seperti orang masokis yang ketagihan rasa sakit saja. Karena itulah dia ingin berubah untuk dirinya sendiri, kalau bisa pun dia juga ingin memperbaiki hubungannya dengan Damian dan juga adiknya Arvin.
Calista merasa sedikit bersalah karena biasanya melampiaskan kemarahannya pada Damian. Kasihan sekali sahabat kecilnya itu. Eh tapi kalau dipikir-pikir itu sebanding dengan apa yang dilakukan Damian padanya waktu kecil. Mengingat masa kecilnya membuatnya semakin ingin membuang sahabatnya itu.
Waktu kecil, Damian pernah melemparkan bola kasti dengan kekuatan penuh dan mengenai jidatnya hingga benjol. Saat itu mereka memang sedang bermain bola kasti. Dan karena dirinya kurang fokus, Damian malah melemparnya dengan bola dengan keras. Sontak dia langsung nangis kejer karena rasa sakit itu.
Dan Damian malah menyeringai senang. Katanya, "Makanya main itu diperhatiin, bukan perhatiin yang lain! Fokus. Berhenti nangis, lebay gitu aja nangis. Dasar cengeng." Ujarnya.
Padahal dia nangis karena itu cowok, dan dia malah mengejeknya. Dan itu kan waktu dia masih bocah kan wajar kalau nangis karena rasa sakit. Damian sangat menyebalkan. Pernah juga Damian dengan iseng, mendorongnya ke kolam renang yang dalam. Calista belum bisa renang kala itu. Dia meminta pertolongan namun Damian hanya menontonnya hingga lemas, baru dia menolongnya.
Calista marah padanya, dan Damian bilang. "aku suka liat kamu kesusahan."
Dan sejak itu Calista menobatkan kalau sahabatnya itu abnormal. Dan dia yakin sahabatnya itu punya bibit-bibit psikopat. Semoga kekejamannya tidak berlanjut sampai dia dewasa nanti.
Calista ternyata ditunangkan dengan Damian, betapa sialnya dia terjebak dengan sahabatnya yang abnormal itu. Beberapa minggu sebelum dia lulus, dan dia baru tau itu. Itu pun terjadi dadakan. Dan ternyata Damian sudah tau hal itu. Calista yang shock pun hanya terima-terima saja. Saat dia sadar apa yang baru saja terjadi dia akhirnya malah berdebat dengan Damian. Dan tentu saja Damian yang menang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Figuran: Meaning Of Life (END)
Teen FictionNabil si gadis desa yang putus sekolah dan bekerja membantu kakek neneknya. Akibat suatu kejadian dia harus meregang nyawa dan terbangun di ruangan asing yang menurutnya sangat mewah. Lita, figuran yang hanya pernah disebutkan namanya dan namanya m...