CHAPTHER 3: TANGAN TAK SAMPAI

379 30 0
                                    

 AUTHOR'S PROV

Hari sudah larut ketika Sehun dan Suho tiba di dorm. Kelelahan menyergap kesuruh urat syaraf tubuh tinggi dan tegap mereka. Setelah memastikan mobil terkunci, mereka berdua berjalan menaiki tangga menuju pintu depan.


Tiba- tiba..


"Hey, kau yang bernama Sehun!!" seorang gadis yang sepertinya sudah bermasalah dengan Sehun meneriakinya dari tangga pertama dan melangkah dengan ganasnya keposisi dimana Suho dan Sehun berdiri. Keduanya hanya tercengang melihat tamu dadakan yang mereka jumpai.


"Kau tidak perlu susah- susah membayari obat- obatanku, sekalipun aku harus mencari uang lebih lebih dan lebih aku tidak akan meminta belas kasihan pada siapapun, apalagi kau!"


Rae Sang menarik tangan Sehun dan menepukkan beberapa lembar uang dan koin pada telapak tangan  Sehun. Satu perbedaan yang pasti antara Rae Sang dan unnienya, jika ia terjatuh dia tidak akan pernah teriak meminta tolong sekalipun di terjatuh ke palung laut.


"Apa- apain ini?! Kau bermaksud meremehkanku dengan mengembalikan uang tadi?" celetuk Sehun sambil menarik tangannya dari genggaman Rae Sang dan membuat sedikit kegaduhan karena gemericik koin berjatuhan.


"Kau pergi dari sini! Berani sekali kau berlaku seperti ini! Kau pikir kau ini siapa? Setelah berkata seenaknya padaku, sekarang kau mencoba meremehkanku seperti ini. Pergi kau!" amarah Sehun kali ini terlihat sepertinya serius. Tangan telunjuknya menunjuk pada pintu gerbang seakan memberi isyarat untuk sesegara mungkin lenyap dari hadapannya.


Rae Sang sama sekali tidak merasa gentar melihat amarah Sehun, alisnya masih mengeras begitu juga tubuhnya yang mematung bak baja. Setelah melihat Sehun masuk ke dalam rumah sambil menggembrak pintu pertanda amarahnya belum mereda, barulah Rae Sang pergi tanpa sedikitpun menoleh kebelakang.


Suho yang sedari tadi berdiri diantara mereka benar- benar hanya menjadi seorang penonton. Sepertinya yang kali ini benar- benar serius bukan candaan seperti yang terjadi sebelumnya. Suho menatap Sehun yang sudah berada didalam rumah dan menatap punggung Raesang yang semakin menjauh secara bergantian. Suho masih belum bisa mencerna apa yang sedang terjadi, dengan sekejap saja dia memunguti uang yang berjatuhan dan masuk kedalam rumah.



 RAE SANG'S PROV

Bodoh sekali aku ini, hanya karena tidak ingin diremehkan begitu saja aku rela masuk kedalam bagasi mobil  dan mengikuti mereka sampai disini. Aku benar- benar tidak tahu aku dimana sekarang, tolol sekali. Unnie, bisakah kau berikan aku kebijaksanaanmu sedikit? Agar aku tidak gegabah seperti ini.


Jam tanganku menunjukan pukul 11 malam dan sangat sulit mencari taksi di daerah ini. Seperti sudah masuk ke bawah batu saja, taksipun aku tidak bisa menemukannya. Untunglah dikejauhan sebuah benda bersinar- sinar terlihat dan memberikanku harapan. Sebuah minimarket<3. Segeralah aku masuk dan memesan sebuah ramen bungkusan.


Mencari posisi enak, aku memilih  duduk disebuah meja dengan kanopi di depan minimarket. Aku bisa merasakan kehangatkan disekujur tubuhku dengan menggenggam ramen hangat ditangan dan melupakan sejenak apa yang sudah terjadi tadi.


Sambil memegangi sesuatu yang menjuntai di dadaku, aku memejamkan matamu sejenak. "kau, kau yang disana. Bisakah kau merasakan kelelahanku disini. Aku melakukan hal bodoh lagi hari ini. Di luar sini sangat dingin, gunakan jaketmu jika kau ingin berpergian. Bawalah payung juga, sepertinya hujan akan turun. Jika hujan turun nanti, bisakah kau menjemputku disini? Aku benar- benar merindukanmu. Kau yang tak kuingat pernah terlihat."


SUHO'S PROV

Aku hanya memandang keluar kaca menerawang dilangit malam yang sepertinya akan turun hujan. Tidak bisa kupungkiri aku memikirkan gadis itu. Apakah dia sudah berada dirumah atau masih dijalan, apakah dia tahu jalan pulang, adakah yang menganggunya diperjalan, apakah dia memiliki uang untuk pulang, apa yang sedang dia lakukan sekarang, dan masih banyak pertanyaan. Menurutku malam hari adalah dunia gelap yang menyeramkan untuk seorang wanita.


Sungguh menyesalkan aku memiliki sifat 'tidak bisa membiarkan wanita terluka' yang eommaku turunkan seperti ini. Kusambarlah jaket dan kunci mobil, aku hanya akan memastikan apa dia masih disekitar sini atau tidak dan setelah itu aku akan pulang.


Roda mobil melesat diatas jalan beraspal hitam, berbelok ke kanan dan ke kiri menelusuri segala barisan rumah- rumah besar. Hujan berhujanan di atap mobil membuat suara riuh yang menelan suara radio. Tidak lama setelah berkendara, di bawah kanopi minimarket kulihat seorang gadis yang terduduk meringkuk memeluk lutut diatas sebuah kursi dan tampaknya dia mulai kedinginan.


Aku keluar dari mobil dengan payung yang menangkal tetesan hujan yang berjatuhan. Dari sebrang  jalan kulihat dia yang sepertinya tidak menyadari kehadiranku. Usianya mungkin 19 tahun dan sudah bekerja, terlihat keras kepala, tidak mau kalah, dan..


DWUAAR! *suara petir menggelegar*


Gadis itu semakin meringkuk pada lututnya, dengan kedua telapak tangannya yang dingin dia mengusap kedua telinganya seakan mencoba menghapus suara petir yang mengagetkan tadi. Aku menikmati kegelisahannya yang diakibatkan oleh suara petir tadi. Tingkahnya dan raut mukanya.


Dan dia juga takut petir.


Suhaku juga takut petir. Usianya sekarang pasti sudah 19 tahun, apakah dia sudah bekerja, apakah dia menyelesaikan sekolahnya dengan mudah, apakah dia sudah memiliki pacar. Aku tidak tahu, sama sekali tidak tahu bahkan apakah makanan favouritenya masih sama atau tidak aku pun tidak tahu.


Beginilah aku yang akan selalu termakan oleh kenangan saat sesuatu mengenai Suha memicuku untuk berkelana dalam masa kelam. Tapi apalah daya aku ini, hanya ingatan yang mampu menyentuhnya tanpa tangan ini pernah sampai untuk mendekapnya.




Annyeong, readers! makasih ya udah baca story aku, kabarin temen-temennya juga doong buat baca story ini hehe don't forget to vote and comment yaa, love you all! thanks.

UNTOLD STORY ( EXO Sehun Suho Baekhyun )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang