31. See You, Lentera

428 58 20
                                    

It's been so long time.... i'm sorry! 😢🙏🏻

Siapa yang masih nunggu cerita ini update?

Terimakasih teruntuk pembaca cerita MPP, sejauh ini aku menikmati dunia nyataku, sejauh itu jg kalian setia menunggu aku lanjutin cerita ini😢😢😢

Aku usahakan supaya tetap ending, pelan-pelan. Tapi aku lanjutin ini sesuai outline yang aku buat dulu. Jadi semoga masih bisa menghibur hati kalian yang kesel aku lama update. Thank you <3

Yang kangen Dokter Gavin ada gak ya???

***

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

Lentera menatap dua Suster di ruangannya sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Ia menghela napas, ada perasaan resah yang sejak tadi mengguncang jiwanya. Gadis itu menunduk memeluk boneka kesayangannya.

"Selesai, Ra?" tanyanya dengan wajah serius. Tubuhnya yang mungil cekatan memindahkan beberapa kardus ke depan pintu.

"Udah nih, La. Aku masih ada satu tugas lagi, gantiin baju Lentera." jawabnya.

"Sip. Aku nyicil bawa satu kardus ya, Ra? Sisanya nanti aku minta tolong Satpam." Almira mengangguk merespons sahabatnya.

Lentera berjalan mendekati Suster Almira. Tangannya menarik lengan perempuan itu. "Kita mau kemana, Sus?" tanyanya.

Perempuan berseragam biru muda dengan sanggul yang mengendur itu merunduk. Merangkul tubuh Lentera sambil menahan air matanya. Ini berat baginya, ia akan berpisah dengan pasien kesayangannya yang entah sampai kapan waktu menentukan kesembuhan Lentera.

"Kita mau pindah ke tempat Dokter Livia." jawabnya lirih. Tak kuasa menahan genangan di pelupuk matanya, Suster Almira memeluk Lentera tanpa celah.

"Kenapa pindah?" sahut Lentera kebingungan. Ia berusaha melepas pelukan Suster Almira namun perempuan itu tidak membiarkan Lentera berkutik.

"Siapa saja yang pindah? Apa semua orang akan pindah ke tempat Dokter Livia?" tanya Lentera.

"Tidak, Lentera." sahutnya kembali dengan raut wajah tersenyum. Ia mengusap kepala Lentera.

Gadis itu mengoceh pertanyaan yang Suster Almira hiraukan. Sembari mengganti baju dan menyisir rambut panjang Lentera, dadanya berdesir. Memori itu kembali, saat kali pertama ia menyisir rambut Lentera. Gadis kecil dengan seragam biru putih memeluk boneka dino.

"Suster, kenapa melamun? Katanya kita harus cepat menyusul Suster Lula."

"Maaf, Suster teringat sesuatu. Oh iya, nanti kamu ditemani Suster Lula saja ya. Ada Dokter Alwi juga tentunya."

My Perfect PsikiaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang