Bab 16 | Catatan Rintihan

46 7 0
                                    

Selamat Membaca Kisah
Perjalanan Mereka

Now Playing : Adera - Catatan Kecil

***

Bab 16 | Catatan Rintihan

Sepucuk surat berisi sebuah rintihan yang berasal dari hati kecil yang paling dalam

***

Iqbal tidak habis pikir dengan apa yang di lakukan abangnya, kenapa ia tega melakukan hal itu kepada adiknya sendiri sebenarnya apa yang di pikirkan Wahyu kenapa ia memerintahkan maling untuk mencuri uang celengan itu. Apa hanya karena ponsel yang di belikan Wahyu kepadanya? Apa jangan-jangan Wahyu menjual ponselnya demi memberikan ponsel baru buat Iqbal? Padahal di waktu dulu Iqbal tidak meminta Abang memberikan ponsel baru tapi kenapa?

Iqbal sangat bingung dan bertanya-tanya, ia sangat terpukul dengan apa yang terjadi tadi malam. Memang benar masalah celengan itu hanya dirinya dan sang abang yang tahu lalu di tambah dengan pengakuan sang ayah yang melihat sebelum pergi ronda ia melihat Wahyu masuk ke kamarnya.

"Bal, sudahlah masalah uang celengan itu jangan kamu pikirkan biar itu menjadi urusan Ibu sama Ayah," jelas Ify yang melihat Iqbal tampak bersedih.

"Iya Bu, Iqbal gapapa kok. Cuma Iqbal heran aja kenapa Abang seperti itu," heran Iqbal.

"Mungkin Abang kamu syirik sama kamu karena sekarang kamu makin terkenal jadi abangmu melakukan banyak cara agar kamu mengalahkan kamu." Ify mencoba menghasut Iqbal agar selalu membenci Wahyu.

Iqbal bangkit dan menatap Ify "Tapi Bu, Abang selama ini tidak pernah syirik sama Iqbal Bu, bahkan Abang selalu mensupport apapun yang Iqbal lakukan. Kurang apa lagi sih Bu, Abang pasti bukan pelaku nya."

"Sini dengarkan Ibu, yang kemarin hampir celaka siapa? Yang bikin kamu kehilangan ponsel siapa? Dan sekarang yang kehilangan uang celengan kamu siapa? Wahyu nak, Wahyu itu sekarang jahat sama kamu," jelas sang Ibu.

"Tapi---"

"Tapi sekarang Wahyu udah pergi dari sini jadi jangan mikir yang aneh-aneh lagi. Sekarang yang terpenting kamu banyak istirahat buat acara nanti ya."

Ify mulai meninggalkan Iqbal sendirian lalu setelah itu karena sekarang masa tenang karena lusa ia harus berangkat untuk karantina jadi lebih baik Iqbal beristirahat sambil mempersiapkan apa yang ia harus siapkan nanti, namun sebelum itu malah mengecek kamar abangnya mencari barang-barang yang mungkin tertinggal disini. Memang pasti ada barang yang tertinggal karena Ify hanya memasukkan semua baju-bajunya kedalam tas Wahyu.

Terlihat suasana kamar yang masih terlihat berantakan dimana selimut belum terlipat, sprei yang tidak tertata rapih dengan bantal yang jatuh di lantai. Dan disana Iqbal langsung merapihkan semuanya sampai tidak tertinggal satupun. Namun pada saat ia melipat selimut tiba-tiba jatuh sebuah buku dan pulpen.

Iqbal terkejut lalu malah memungut buku sama pulpen itu lalu akhirnya membaca isinya.

"Ayah Ibu, dan adik kecilku aku ingin hidup dengan kalian bertiga, aku ingin hidup bersama dan bahagia selamanya. Sama seperti dongeng-dongeng yang ku baca sewaktu masih kecil."

"Tapi hidup ini bukanlah dongeng, ini adalah hidup nyata terkadang ekspetasi berbanding terbalik dengan realita kita hanya bisa meratapi dan berpikir apakah ini nasib atau takdir?"

"Rasanya ingin seperti Iqbal yang hidup merasakan kasih sayang keduanya apalagi seorang ibu. Ia sangat beruntung dan benar-benar beruntung."

Iqbal mulai terisak-isak membaca surat ini ternyata benar sang Abang benar-benar iri kepadanya karena kedua orang tuanya apalagi sang Ibu---Ify hanya sayang kepada Iqbal dan bukan kepada Wahyu. Lalu Iqbal dengan air mata yang masih menetes ia mulai membaca lembaran berikutnya.

"Tuhan? Kenapa aku lahir kedua ini? Untuk apa? Sedangkan hanya untuk di banding-bandingkan sama Ibu. Memang benar semua anak adalah anugerah terindah yang Tuhan kirim buat ayah dan Ibuku tapi kenapa ini terjadi kepadaku, apa salahku dan apa dosaku?"

"Hati ini sangat sakit tuhan. Aku tahu iri hati itu adalah sebagian dari sikap setan, tapi aku bangga sama Iqbal, tuhan? Aku bangga. Tapi kenapa harus ada yang berkorban, dan kenapa harus aku."

Iqbal malah meremas lembaran buku itu dan mulai menangis dalam diam di kamar Wahyu.

🎓🎓🎓

"Aduh kayaknya, catatan gue tertinggal di rumah habis deh kalo sampe di baca sama Iqbal," umpat Wahyu

Wahyu mengumpan karena ia baru menyadari bahwa ada sebuah catatan milik yang di simpan sembarangan dan ia sangat menyalahkan dirinya sendiri kalau sampai Iqbal membacanya. Tapi mana mungkin ia harus kembali hanya untuk mengambil barang yang tidak penting bagi mereka tapi bagi Wahyu itu penting.

Wahyu bingung harus kemana sekarang, kalau ia pergi ke tempat gerai fotocopy milik Mas Shino, maka orang-orang akan marah karena seorang pencuri ada disini bahkan yang paling parah Mas Shino sama Bang Yedam tidak akan percaya lagi kepada Wahyu. Hanya satu tempat yang bisa di kunjungi Wahyu, ia mengambil ponsel dan menelepon seseorang.

"Ini gue, Wahyu. Kita ketemuan yuk?"

"...."

"Gimana kalo supermarket deket pangkalan ojek dimana gue dulu PKL aja gimana,"

"....."

"Gue tunggu,"

Wahyu bergerak menuju ke sana jadi ia bisa memantau Bang Yedam dan Mas Shino dari kejauhan dan berdoa agar gerai fotocopy nya laris manis. Wahyu sampai duluan dan tinggal menunggu seseorang sampai tidak lama berselang seseorang mengendarai motor datang dan langsung menghampiri Wahyu.

"Apa kabar bro?" sapa Wahyu

"Kabar baik, tapi tunggu kok lo bawa ransel dan motor lo mana?" tanya balik Farid.

Yap seseorang yang di panggil Wahyu itu adalah Farid, sahabat sekaligus teman sebangkunya dulu yang sekarang sukses dari dirinya. Dan sekarang ia melihat dari atas kebawah melihat keadaan sahabatnya yang tidak baik-baik saja.

"Ada deh, nanti gue jelasin." Namun sebelum menjelaskan tiba-tiba tubuhnya limbung kehilangan keseimbangan.

"Lo gapapa," ucap khawatir Farid.

"Gue gapapa," jawab Wahyu yang masih tetap baik-baik saja.

"Kayaknya lo belum makan deh. Kita ke rumah aja gue yuk." Farid langsung menarik tangan Wahyu untuk baik ke atas motor dan segera berangkat menuju rumah Farid.

Setelah sampai disana Wahyu hanya diam saja sesekali tidak memakan makanan yang di bawa Farid. Ia hanya menyandar punggungnya di sofa rumah Farid, melihat sahabatnya seperti ini membuat Farid cemas padahal kemarin mereka ketemu di acara perpisahan kemarin Wahyu masih baik-baik saja.

"Yu cerita sama gue. Lo kenapa?" tanya Farid pelan-pelan.

Dan Wahyu masih saja diam saja dan membuat Farid bingung. Tidak biasanya Wahyu seperti ini.

"Ya sudah kalo lo gak nya cerita gapapa nanti aja, tapi lo makan ya atau mungkin lo mau tiduran aja," ucap Farid memberikan opsi

"Gue mau tidur aja. Boleh yang gue numpang istirahat disini," pinta Wahyu dengan mata berkaca-kaca.

Melihat mata itu Farid hanya bisa mengangguk lalu mengantarkan Wahyu ke kamar tamu. Untung saja kedua orang tuanya tidak ada di rumah selama beberapa hari jadi ia bisa memberikan tumpangan buat sahabat. Apapun masalah sahabat pasti Farid bantu dan ia hanya bisa berdoa agar Wahyu kembali ke sifat dan kebiasaan lama.

***

Tbc.

Yeyeyeyeye akhirnya Lis bisa up lagi. Kita doakan agar Wahyu baik-baik saja? Mudah-mudahan Farid bisa bantu ya

Jangan lupa vote and coment 👧
Tinggalkan Jejak 👣


Lis_author

BBS [5] Wahyu Iqbal ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang