Pagi-pagi sekali, Aleesha sudah bersiap. Memakai jas formal dan kacamata andalannya. Tidak lupa menyemprotkan parfum cowok banyak-banyak. Ia menatap bangga pantulan dirinya di cermin. Tersenyum puas melihat penampilannya sendiri.Yah, walau sebenarnya Aleesha sendiri tidak bisa menampik. Wajahnya tidak bisa diajak kompromi. Mau Aleesha dandani sebanyak apa pun, wajahnya benar-benar menunjukkan wajah seorang cewek. Brillian sama sekali tidak salah jika ia meragukan Aleesha. Aleesha sendiri justru tertegun Brillian mau menerimanya walau ogah-ogahan.
Aleesha menengok, melihat ke arah jam di nakas. Sudah nyaris pukul 06.00. Ia tidak kepagian, kan? Aleesha pikir ia tidak mau sampai membuat Brillian menunggu dan malah meninggalkan kesan jelek di mata cowok judes dan sinis itu. Bisa berabe jika sampai Aleesha kena semprot sebelum kerja.
"Ini Pak Bos udah bangun belum, ya?" Aleesha bergumam. Dia merapikan pakaiannya sebentar lantas melangkah keluar dari kamar. Aleesha berjalan menuju kamar Brillian. Masih tertutup rapat.
Dia mengerjap.
"Apa Pak Bos belum bangun?" gumamnya. Sebelum akhirnya Aleesha memutuskan mengangkat tangannya, nyaris mengetuk pintu kamar sampai tiba-tiba sebuah suara membuatnya terjingkat kaget dan menoleh.
"Ngapain kamu di depan kamar saya?"
Aleesha tertegun. Ia menahan napas saat mendapati pemandangan di depannya. Brillian berdiri sejauh dua meter di hadapannya. Hanya memakai celana selutut dan handuk tergantung di kedua bahunya. Rambutnya masih meneteskan satu dua tetes air. Jatuh ke leher lalu mengalir ke dada.
Itu ... beneran dada kan, ya?
Aleesha meneguk ludah diam-diam. Merasa dalam bahaya, ia segera memalingkan wajah ke arah lain. Demi apa pun. Ini pertama kalinya Aleesha melihat cowok telanjang dada dalam keadaan basah secara langsung. Aleesha ingin kabur. Tapi, ia tidak berani bergerak sedikit pun.
Brillian menatap sebal Aleesha, lantas berdengkus. Kedua tangannya bersidekap. Dagunya sedikit terangkat pongah. "Berani banget kamu malingin muka dari saya."
"Maaf, Pak. Saya pikir tadi Bapak belum bangun, makanya saya mau ngetuk pintu kamar Bapak buat bangunin Bapak." Aleesha mencuri lihat ke arah Brillian beberapa kali. Ia tidak bisa bertahan lebih lama. Tubuh indah itu benar-benar membuatnya salah tingkah.
"Saya udah bangun dua jam sebelum kamu. Paham?"
Aleesha menunduk. "Paham, Pak."
"Terus ngapain kamu masih di sini? Minggir!" Brillian berujar ketus. Aleesha buru-buru menyingkir. Memberi jalan lewat untuk sang bos. Ia memekik ketika Brillian membanting pintu keras-keras.
Benar-benar menyebalkan. Aleesha mendorong kesal kacamatanya yang sedikit melorot. Entah dosa apa yang ia perbuat. Aleesha harus berhadapan dengan manusia ini demi kakaknya untuk waktu entah sampai kapan.
***
Brillian mengembuskan napas panjang. Di balik pintu kamarnya, bersandar seraya memejamkan mata. Jemarinya menyisir rambut basahnya hingga berantakan. Brillian meluruskan pandangan. Sedikit menelengkan kepala berpikir selama beberapa saat.
Tidak. Brillian tidak boleh menyerah. Walau kelihatan cewek, tapi Alex adalah laki-laki. Ini benar-benar melatih mentalnya. Brillian bahkan terlalu jijik untuk bersitatap lama-lama dengan perempuan. Kini ia mesti berhadapan setiap hari dengan cowok sefeminim Alex demi menghilangkan traumanya.
Brillian tidak menyangka akan sesulit ini. Wajah Alex benar-benar aneh. Brillian tidak mengira ada cowok semenjijikkan itu. Bulu mata yang lentik, bibir merah yang tipis pink, kulit putih yang kelihatan semulus pantat bayi. Dibanding cowok, ia lebih cocok menjadi seorang cewek.
KAMU SEDANG MEMBACA
GIRL IN SUIT (SUDAH TERBIT)
RomanceAleesha Wijaya rela menyamar sebagai laki-laki dan menjadi sekretaris Brillian Langitra, CEO perusahaan saingan sang kakak, Keandra, untuk mengulik informasi dan menjatuhkan perusahaannya. Demi sang kakak yang selama ini membencinya, Aleesha bahkan...